Enam bulan lalu Ariella Al Sharif, putri Eren dan Shaera Al Sharif, patah hati setelah sahabat sepupunya ditolak oleh ayahnya. Sebagai putri penguasa kerajaan Oman, Ariella tidak bisa membantah keputusan ayahnya. Sekarang Ariella ingin berlibur setelah dirinya disibukkan urusan kerajaan ke Solo, heritage buyutnya. Ariella sengaja menjadi backpacker, dengan naik kendaraan umum. Saat dirinya naik kereta api dari Jakarta ke Solo, Ariella duduk bersama dengan Akarsana. Pria cupu itu hendak ke Yogyakarta, untuk nyekar eyangnya. Keduanya saling mengobrol dan entah bagaimana, mereka jalan-jalan keliling Semarang, Solo, Magelang dan Yogyakarta. Keduanya pun saling tertarik hingga akhirnya mereka harus berpisah.
Sebulan setelah itu, Ariella bertemu lagi dengan Akarsana tapi dengan status yang berbeda.
8th Generation of Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Banyak Hal Yang Terjadi
"Kamu tahu kan apa yang terjadi di Maroko," ucap Akarsana.
"Tahu tapi Ella tidak tahu. Dia terlalu sibuk di Gaza dan keluarganya tidak ada yang memberitahu padanya. Ayo, kamu kejar Ella biar tidak ada salah paham!" perintah Sahran.
Akarsana mengangguk lalu melepaskan tangan Anaya. "Mas harus ngejar Ella!"
"Go mas!" senyum Anaya. "Ganbatte!"
Akarsana tersenyum lalu menepuk bahu Sahran dan berlari mengejar Ariella.
"Semoga kamu tidak dibanting Ella saja," kekeh Sahran membuat Anaya menoleh ke pria jangkung itu.
"Dibanting?" beo Anaya.
"Yup. Sudah tradisi ... Kalau kamu tidak jujur ... Kena hajar!" seringai Sahran.
Anaya menggigit bibir bawahnya. "Duh, bahaya ini!"
***
Akarsana melihat Ariella berada di gazebo sambil memegang gelas berisi fruit Punch dan wajahnya tampak sedih. Akarsana lalu menghampiri Ariella yang menoleh saat mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya.
"El ...."
Ariella menatap wajah Akarsana dan dia memperhatikan tangan pria itu diperban meskipun sudah berusaha disembunyikan di balik lengan jas.
"Sana ... Apa ...."
"Aku boleh duduk?" potong Akarsana.
"Boleh ...." Ariella menggeser posisi duduknya, memberikan tempat untuk Akarsana duduk di sebelahnya.
Keduanya duduk berdampingan tanpa ada suara.
"Aku minta maaf Ella. Aku hutang banyak penjelasan padamu," ucap Akarsana.
"Siapa gadis itu?" tanya Ariella dingin.
"Dia Anaya, adikku. Saat tahu aku mau ke Gaza dan dengar kamu juga ada disana, dik Naya ingin menemui dirimu." Akarsana menoleh ke arah Ariella dengan menatap lembut.
"Dia ... Adikmu? Kenapa beda ... Kamu lebih terlihat ...."
"Jawa dan Indonesia? Itu aku tidak tahu. Sepertinya waktu itu Allah salah adon dik Naya jadi lebih terlihat arabnya." Akarsana tersenyum.
"Kenapa kamu tidak menghubungi aku?"
Akarsana tampak sendu. "Kamu tidak tahu?"
"Tahu apa?"
"Aku menembak kak Bassam ...."
Mata biru Ariella terbelalak. "Apa yang terjadi?"
***
Sepuluh Hari Sebelumnya, Rabat Maroko
"Aku kesal, kita tidak bisa ngobrol dengan mbak Ella!" gerutu Anaya saat mereka tiba dari Arab Saudi.
"Situasinya memang tidak bagus, dik." Akarsana meletakkan semua bawaannya di ruang tengah istana ibunya.
"Dasar zionis brengseeekkk! Sekarang mbak Ella masih disana! Aku tahu mbak Ella seorang tentara tapi tetap saja ... Aku kan khawatir!" ucap Anaya.
"Mas lebih khawatir, dik."
Tiba-tiba sekretaris ibunya datang dengan wajah panik.
"Pangeran! Putri! Ratu Batari dalam bahaya !" lapor sekretaris ibunya.
Akarsana mengambil pistolnya yang ada di laci, begitu juga dengan Anaya. Bukan apa-apa, keduanya tahu harus melindungi ibu mereka apapun caranya.
"Dimana ibu?" tanya Akarsana sambil menyelipkan pistolnya di balik punggungnya.
"Di istana utama!"
Mereka bergegas kesana dan saat Akarsana bersama dengan Anaya tiba, tampak Bassam sedang marah dan menodongkan pistol ke Yusef dan Batari, sementara istri pertamanya hanya menatap dingin.
"Kak Bassam!" seru Anaya, membuat Yusef dan Batari menoleh.
"Naya ! Jangan kemari nak!" seru Batari.
"Apa yang terjadi Bu?" tanya Anaya yang langsung digiring Akarsana di belakangnya.
"Bagus lah kamu sudah datang! Kamu ... Anak tidak diakui! Harusnya kamu itu sadar! Kamu itu tidak ada levelnya dengan Ariella! Harusnya aku! Kamu tahu ... bapaknya nolak aku mentah-mentah! Apa sih yang menarik di kamu!" bentak Bassam.
Akarsana mengambil pistolnya dan menggenggamnya di sisi kanannya.
"Ella tidak akan pernah mau sama kamu!" balas Akarsana. "Dan ... Kamu mabuk?"
"Kenapa kalau aku mabuk?"
Anaya mencengkram bahu kiri Akarsana sementara tangan kanannya juga memegang Glock.
"Aku tidak bisa berkomunikasi dengan orang mabuk!" ucap Akarsana.
"Kamu ... Merebut semuanya! Abi selalu membandingkan aku dengan kamu! Kamu kesayangannya Abi! Kesayangannya! Kamu punya semuanya ! Kamu punya usaha! Koneksi! Pacar yang cantik!"
"Karena aku bukan kamu! Kamu sendiri tidak mau berubah! Kamu tidak mau koreksi diri kamu sendiri! Kamu hanya bisa menyalahkan orang lain! Sementara sumber ketidakmampuan kamu itu adalah dari diri kamu sendiri! Kamu tidak mau belajar! Tidak mau mengembangkan skill dan kemampuan kamu! Kamu maunya jalan instan!" balas Akarsana. "Kalau aku bisa bersama dengan Ella, itu sudah takdir!"
"Bassam ... Emir Eren sudah bilang pada Abi ... Dia tidak mau punya menantu kamu. Mereka tahu kamu bagaimana jadi ...."
"DIAM ABI! ABI MEMANG SENGAJA MEMBERIKAN PRINCESS ARIELLA KE SANA, ANAK ABI YANG TIDAK AKAN JADI RAJA MAROKO!"
"Princess Ariella tidak silau dengan gelar ... Bahkan, dia tidak perduli kamu mau jadi raja atau tidak!" balas Akarsana.
Bassam menoleh . "Abi mau memberikan gelarku ke Sana? GELARKU?"
"Jika memang harus! Kamu tidak bisa ditolong kelakuannya!" jawab Yusef.
"YUSEF! TEGANYA KAMU BILANG SEPERTI ITU PADA ANAKMU!" bentak istri pertamanya.
"AKU TEGA! SANGAT TEGA KARENA AKU MALU DENGAN EREN, DENGAN PARA DELEGASI KARENA ULAH DIA!" Yusef menujuk ke arah Bassam. "Kita sudah terlalu memanjakan dia, Umi ... Sudah waktunya kita berikan realitasnya."
"Kamu tidak serius kan Yusef?" Umi menatap tajam ke Yusef. "Dia anak pertama! Dia anak yang seharusnya menggantikan kamu!"
"Tidak! Aku berubah pikiran!" jawab Yusef.
Tiba-tiba ....
DOR!
Yusef terjatuh setelah kena tembak Bassam.
DOR! DOR!
Akarsana menembak tangan Bassam dan kakinya hingga terjatuh. Sengaja dia tidak menembak area yang mematikan dan Umi pun berteriak histeris saat melihat putranya jatuh. Batari langsung memakaikan pasminanya untuk menahan pendarahan di bahu Yusef sementara para pengawal istana, bergegas membawa raja mereka keluar dari ruang utama istana menuju rumah sakit.
Bassam sendiri dibawa kepala keamanan istana ke rumah sakit dengan kondisi tangan diborgol, tidak perduli kondisinya terluka.
"Kamu ... Kamu memang anak tidak tahu diuntung!" geram Umi sambil mengambil pistol yang dijatuhkan Bassam dan hendak menembak Akarsana.
DOR!
Akarsana terkejut saat mendengar tembakan dari sisi kanannya dan Umi pun terjatuh. Pria itu menoleh dan tampak Anaya berdiri di sebelahnya, menodongkan pistolnya. Asap pun muncul dari moncong Glock nya.
"Dik Anaya ?"
"Tenang mas ... Aku hanya menembak lengannya." Anaya menatap dingin ke ibu tirinya yang kemudian ditahan pengawal kerajaan.
"Pangeran Sana dan Putri Anaya baik-baik saja?" tanya Kepala Pengawal.
"Baik-baik saja." Anaya dan Akarsana mengamankan Glock masing-masing. "Bagaimana Abi?"
"Dibawa ke Royal Hospital."
***
Berita Bassam menembak Raja Yusef terdengar di telinga Eren, meskipun beritanya sudah diusahakan untuk tidak terdengar di dunia luar agar tidak ada intervensi negara-negara anomali. Untuk sementara Akarsana didampingi Patih dan Perdana Menteri Maroko, menjalankan roda pemerintahan.
Akarsana bersukur tidak ada yang tewas apalagi Yusef tidak mengalami luka serius di bahunya. Seminggu Raja Maroko di rumah sakit, Eren datang ke Rabat Maroko bersama dengan Shaera Blair untuk membesuk Yusef.
Akarsana tersenyum saat menemui Eren dan Shaera, sementara Anaya sudah kembali ke kampusnya.
"Apa yang terjadi Sana? Kenapa malah jadi ramai begini?" tanya Eren.
"Kak Bassam marah karena Abi tetap tidak mau memaksa Paman Eren agar mau memberikan Ella. Dan ... Abi rencananya juga hendak membatalkan status kak Bassam," jawab Akarsana.
"Dasar anak manja!" gerutu Eren. "Paman boleh masuk menemui Abimu?"
"Silahkan paman."
***
Present Day di Brussels Belgia
"Jadi Abi ke Rabat?" tanya Ariella.
"Iya. Abimu memang tidak mau memberitahukan padamu karena kamu kan masih banyak pekerjaannya di Gaza. Aku minta maaf, Ella. Aku harus menjadi pengganti Abi mendadak sementara kak Bassam secara hukum berlaku, dianggap melakukan makar hingga tidak berhak memegang Maroko. Makanya aku tidak sempat menghubungi kamu karena aku memang sibuk. Maafkan aku."
Ariella tersenyum. "Aku senang kamu tidak selingkuh dan baru jujur sekarang."
"Ella, aku sudah berjanji pada Paman Eren dan Opa Damian. Aku pantang melanggar janjiku. Janji seorang pria itu jika dilanggar maka akan melukai dua hal besar. Wanitanya dan harga dirinya," ucap Akarsana.
Ariella mengangguk. "Maafkan aku yang cemburu."
"Wajar sayang. Dalam hubungan tidak ada cemburu itu ... aneh." Akarsana mendekatkan wajahnya ke Ariella. "I Miss you Ella."
"I miss you too Sana."
Akarsana pun langsung mencium bibir Ariella lembut dan gadisnya membalasnya.
***
Yuhuuu up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
lega kl ella sm akar kelapa ga slh pham lg,biar ga pd glau....
memang ya si balsam didikan ibunya yang nggak banget didikannya