Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34 perburuan terakhir...
Saat Damar terseram dengan Flo jujur ia merasa tak percaya wanita yang dulu berprofesi sebagai dokter yang ia anggap sangat lemah namun kini dengan wajah tegas dan mengacungkan senjatanya ke arah dirinya.
Damar mengangkat pistolnya pelan. Tatapannya liar.
"Kalian pikir kalian pahlawan? Tidak ada pahlawan di dunia ini!" teriaknya, lalu mencoba menarik pelatuk.
Tapi sebelum peluru meluncur, Gilhan datang dari arah belakang dan menendang senjatanya jatuh dan membantingnya ke tanah. Perkelahian jarak dekat pun pecah, tinju dan tendangan bertubi-tubi, di antara keduanya.
Mereka saling menghajar seolah dua masa lalu yang saling menyeret.
Gilhan tahu ini bukan sekadar menangkap musuh, itu adalah cara ia menyudahi bab gelap dalam hidupnya.
Setelah pergulatan sengit itu , Gilhan berhasil mengunci tangan Damar kebelakang, membantingnya ke lantai basah dan memborgolnya.
Damar mendengus, darah merembes dari bibirnya.
"Kau pikir dengan menangkap ku, semua selesai...?"tanyanya sambil tertawa getir.
Gilhan menatapnya tajam, napas terengah-engah.
"Tidak… tapi ini awal keadilan untuk mu.."
Damar dibawa dengan paksa dengan pengawalan ketat, menuju fasilitas keamanan khusus internasional.
Seluruh jaringan Black Serpent yang terhubung dengannya mulai terungkap lewat perangkat komunikasinya.
Media mulai menyebarkan kabar besar tokoh buronan kelas internasional ditangkap hidup-hidup.
Beberapa hari kemudian, pengadilan darurat internasional digelar.
Damar duduk dalam ruangan tertutup, tangan diborgol, dikelilingi pasukan bersenjata. Flo hadir sebagai saksi, sementara Gilhan berdiri sebagai pelapor utama.
Jaksa membacakan daftar panjang kejahatan yang dilakukan oleh Damar, dari penyelundupan senjata, pembunuhan berencana, konspirasi internasional, percobaan perebutan teknologi berbahaya.
Semua bukti lengkap.
"Tok..!"
"Tok..!"
"Tok..!"
Hakim akhirnya mengetukkan palu.
hukuman penjara seumur hidup di fasilitas dengan keamanan maksimum.
Tidak ada pengampunan, tidak ada negosiasi.
Malam setelah putusan dijatuhkan, Gilhan dan Flo berdiri di jembatan kota, menatap laut tenang.
Angin malam mengibaskan rambut Flo, sementara Gilhan merasakan dada yang dulu sesak mulai longgar.
"Sudah berakhir," kata Flo pelan.
"Ya..."jawab Gilhan sambil tersenyum.
"Bukan hanya Damar yang kita tangkap… tapi juga masa lalu...."
Flo menggenggam tangannya. "Mulai sekarang… kita bukan lagi buronan dunia gelap, jadi apa rencana kamu sekarang....?!" tanya Flo seakan tidak ingin pria itu mengucapkan selamat tinggal.
Gilhan menatap bintang yang muncul di balik awan tipis.
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun hidup dalam pelarian,ia merasa benar-benar bebas.
Malam itu terasa kian sunyi
Angin malam berhembus dari arah pelabuhan tua.
Kota kembali tenang setelah penangkapan Damar, namun di dalam kegelapan yang lebih dalam…sebuah ancaman baru tengah lahir.
Di salah satu tempat tersembunyi di perbatasan timur bekas markas perdagangan senjata gelap puluhan orang berpakaian serba hitam berkumpul.
Di tengah ruangan, seorang pria bertubuh tinggi berdiri tegap, mengenakan mantel panjang hitam dengan lambang ular melingkar di bahunya. Tatapannya tajam seperti pisau, suaranya berat dan dingin.
"Kalian pikir Black Serpent akan runtuh hanya karena satu Damar ditangkap?"
"Tidak… malam ini, kita akan bangkit."
Pria itu adalah Reza salah satu pendiri asli Black Serpent yang selama ini bersembunyi di balik bayangan.
Ia jauh lebih berbahaya dari pada Damar.
Tidak hanya cerdas dan licin, Reza juga memiliki jaringan internasional,termasuk para penyelundup, pembunuh bayaran, dan politikus korup.
Di depan Reze terdapat meja panjang dengan peta digital terpampang di atasnya.
Titik-titik merah menyala menunjukkan lokasi-lokasi strategis, termasuk kota Selara tempat Gilhan dan Flo kini tinggal dengan tenang.
"Mereka pikir dengan menjatuhkan satu kepala, tubuh ular ini akan mati," gumam Raze sambil tersenyum dingin.
"Tapi ular sejati… punya banyak kepala."ucapnya sambil tersenyum sinis.
Salah satu anggota inti mendekat.
"Gilhan sudah kembali ke kota, bersama dokter wanita itu"
Raze menatap tajam, lalu tertawa kecil.
"Kalian terlalu terpaku pada chip itu. Dan menganggap semuanya benar-benar sudah aman....Padahal… aku yang menciptakan sistem cadangan. Yang tidak pernah kalian ketahui..."
Ia mengambil kalung hitam dari dalam saku jasnya."Liontin perak dengan kode "RZ-01" menggantung di sana "kode kunci kembar dari chip RM-27"
Chip yang Gilhan serahkan memang penting, tapi tidak cukup untuk menghentikan Black Serpent sepenuhnya.
"Kalau mereka punya satu kunci," kata Raze pelan, "aku punya kunci lainnya. Dan kali ini… semua kekacauan akan dimulai dari tempat mereka merasa paling aman."
