Berawal dari pertemuan tak terduga, Misel seorang gadis desa yang tak pernah berharap menikah di usia muda. Namun, tak di duga ia kini menikah di usia muda. Hal yang tak pernah ia pikirkan sekarang ia duduk di acara pernikahan nya sendiri dengan seorang pria yang baru ia kenal 5 hari yang lalu.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Yuk mampir untuk mengetahui seperti apa kelanjutan ceritanya? Bagaimana misel bertemu dan persiapan apa yang ia siapkan untuk pernikahannya ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meledak Emosinya
"Hehehe... maaf kanjeng ratu, adik kanjeng ini salah, karena telah membuat kanjeng ratu emosi." ucap Resa yang malah merapatkan telapak tangannya di depan dada, lalu membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Ck... memulai lagi dramanya, ayolah Resa jangan bertele-tele seperti ini. Mau aku makan kamu hah?" ucap Misel yang sudah meledak emosinya.
"Eh... jangan, jangan kak. Masa iya gadis imut seperti ku ini di makan sama kakak. Nggak etis banget hidup ku nanti kak." ucap Resa yang langsung protes.
"Makannya jangan banyak tingkah, ayo kata kan. Apa yang membuat kamu loncat-loncat?" ucap Misel yang tak mau di bantah lagi.
"Hm... baiklah, aku akan memberitahu kakak. Kenapa aku loncat-loncat seperti barusan, itu karena Nenden mau gantikan kakak menikah nanti hari minggu. Bukannya ini berita gembira kak, jadi harus di rayakan bukan? Makannya barusan aku ajak kakak buat loncat-loncat agar rasa gembiranya menular." ucap Resa langsung memberitahu Misel. Karena jika ia tak langsung memberitahu Misel, maka sudah di pastikan bahwa Misel akan meledak dan lebih meledak lagi emosinya.
Misel yang belum ngeh dengan ucapan Resa barusan. Kini, ia pun mulai mengulang beberapa kata yang di ucapkan Resa.
"Bentar, bentar tadi kata kamu. Akan ada yang gantiin aku nikah di hari minggu. Terus katanya Nenden. Itu artinya, aku bisa terbebas dari pernikahan ini bukan?" ucap Misel yang mengulang dan langsung bertanya pada Resa.
Resa yang mendapatkan pertanyaan dari Misel segera menganggukan kepala sebagai jawabannya.
Sedetik kemudian, Misel pun langsung berteriak.
"ARGH... INI LIAR BIASA, AKHIRNYA AKU BISA BERNAFAS LEGA. ARGH... RESA... INI NGGAK MIMPI KAN?" ucap Misel yang teriak kegirangan.
"Nggak kak, ini nyata. Sini aku cubit untuk membuktikan kalau ini nyata." ucap Resa yang langsung menjawab.
Misel yang ingin memastikan pun langsung mengulurkan tangan kanannya agar Resa segera mencubit tangan tersebut.
Resa yang paham, langsung mencubit tangan itu. Setelah di cubit, Misel pun teriak kesakitan.
"ARGH... sudah lepaskan, sakit sekali kamu cubit tangan akunya Resa. Mana sampai merah kaya gini lagi. Kamu sengaja ya, cubit keras-keras." ucap Misel yang langsung menyalahkan Resa.
Dalm hati, Resa hanya bisa menghela nafas dan berkata. "Huh... gini amat sih nasib aku, bukannya tadi kakak yang bilang mau di cubit. Giliran udah di cubit, eh malah nggak terima karena cubitannya keras. Salah terus sepertinya aku ini dimata kakak. Terus, kalau seperti ini. Kapan aku benarnya dong? Nasib... nasib... gini amat."
"Ck... malah bengong kaya gini. Resa... Tanggung jawab nih, liat tangan aku merah kamu cubit barusan. Mana masih sakit lagi." ucap Misel yang mulai mengaduh.
"Ya ampun kak, mana coba aku liat bekas cubitannya itu." ucap Resa yang mulai khawatir.
"Ini liat lah merah." ucap Misel yang menunjukkan bekas merah di tangan nya pada Resa.
"Ya ampun kak, ini aku yang cubit?" ucap Resa yang langsung menutup mulutnya ketika ia selesai melihat bekas cubitan di tangan Misel.
"Ck... masih tanya lagi. Yang cubit aku kan ini kamu, masa iya jadi hantu yang cubit. Kan ngga mungkin." ucap Misel yang tak habis pikir dengan jawaban Resa barusan.
"Hehehe... kirain gitu kak, ada sabotase cubitan. Tiba-tiba cubitan kakak ini merah seperti ini, karna ada yang lain yang curang. Kan aku berpikirnya seperti itu kak. Hehehe..." ucap Resa dengan tak tahu malunya.
"Ck... pake sabotase segala. Aneh, sudah lah sekarang kamu obatin tangan aku biar nggak merah lagi kaya gini. Pake apa kek, kamu cari aja sendiri." ucap Misel yang langsung meminta pertanggung jawaban Resa atas cubitannya ini.
"Beneran ini kak, aku harus obatin bekas merah cubitan itu?" ucap Resa yang masih tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Sehingga ia pun malah bertanya lagi untuk memastikan.
"Iya lah, masa aku bercanda sih. Cepatlah kamu obatin ini. Jangan lama, aku nggak suka ada yana merah ini." ucap Misel yang tak mau berlama-lama lagi.
Dengan lemas Resa pun berkata untuk menjawab ucapan Misel barusan.
"Baiklah kak, aku obatin." ucap Resa.
Sementara di kantor, Satria yang sudah selesai dengan dokumen-dokumen nya pun mulai bersiap untuk pulang.
"Gani... siapkan mobil, saya mau pulang." ucap Satria dalam panggilan telepon karena ia malas untuk teriak memanggil Gani yang ada di luar ruangan nya.
"Baik tuan." ucap Gani dari panggilan tersebut.
Telpon itu pun berakhir tak sampai satu menit. Satria kini mulai menunggu telpon lagi dari Gani ketika mobil yang akan ia naiki telah siap.
Lima menit kemudian, Gani pun menelpon dirinya lagi.
"Tuan, mobil sudah siap." ucap Gani dalam panggilannya itu.
"Saya ke sana sekarang." ucap Satria menjawab panggilan telepon tersebut.
"Baik tuan." ucap Gani yang sebenarnya sambungan telpon itu sudah terputus.
"Hm... kebiasaan sekali tuan, belum juga di jawab sudah di tutup. Sabar... sabar... Gani, siapa tau nanti tuan mu itu akan mendapatkan karma karena menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari penelpon nya." ucap Gani di dalam hatinya.
Lima menit kemudian Satria telah sampai di depan pintu keluar dari kantor. Terlihat di sana mobilnya sudah benar siap dan pintu mobil pun sudah terbuka.
Tak menunggu lama, ia pun langsung masuk ke dalam mobil.
"Boleh saya jalankan sekarang tuan mobilnya?" ucap Gani ketika Satria sudah duduk di dalam mobil.
"Iya jalan kan saja." ucap Satria.
"Baik tuan." ucap Gani yang langsung menjalankan mobilnya.
Empat puluh lima menit kemudian, mobil tersebut sudah sampai di rumah Satria.
Satria pun langsung keluar tanpa menunggu Gani membuka kan pintu untuknya.
Gani yang masih diam di kemudi, terdiam karena melihat Satria yang tak biasanya keluar sebelum ia sendiri yang buka pintu mobil.
"Ada apa ini? kenapa tuan membuka pintu sendiri tanpa menunggu aku membukanya?" ucap Gani di dalam hati ketika melihat Satria yang sudah jalan meninggalkan dirinya di dalam mobil.
"Apa ada sesuatu yang mendesak sampai tuan berubah? atau karena aku melakukan kesalahan sampai membuat tuan berubah. Ah... kalau semua ini terjadi, aku bisa gawat. Harus segera minta maaf." ucap Gani yang langsung memarkirkan mobil yang sedang ia kendarai secepat mungkin.
Hal ini membuat pak Juned, satpam yang bertugas menjaga rumah Satria pun keheranan.
Sehingga ketika Gani keluar dari mobil tersebut. Pak Juned pun mulai bertanya.
"Pak Gani, kok bawa mobilnya cepat-cepat seperti ini. Apa ada yang salah sama mobilnya pak?" ucap pak Juned.
"Tidak ada yang salah kok pak Ju, saya hanya sedang terburu-buru saja." ucap Gani.
"Oh saya kira, ada yang salah pak. Kalau boleh saya tau, pak Gani buru-buru kenapa?" ucap Pak Juned lagi.
Gani pun mulai mencari jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan pak Juned barusan.
Bersambung...