NovelToon NovelToon
Merajut Takdir Dunia

Merajut Takdir Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Sistem
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Evolved 2025

Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjuangan Aiden

Malam itu, di bawah rembulan yang pucat, Aiden berdiri dengan sabar di seberang sebuah bangunan mewah yang gemerlap. Tempat itu, sarang perjudian yang dikenal di dunia bawah. Matanya terpaku pada pintu utama, menunggu sosok yang sangat dikenalnya, "ibu Wulan"

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Ibu Wulan keluar, bukan sendiri, melainkan bersama seorang pria berjas mahal. Pria itu tampak berwibawa, dengan aura kekayaan yang terpancar kuat. Di belakang mereka, beberapa pengawal berbadan tegap mengikuti dengan sigap.

Aiden bisa melihat bagaimana Ibu Wulan tertawa kecil mendengar bisikan pria itu, lalu pria itu merangkul pinggangnya dengan mesra. Pemandangan itu membuat hatinya mencelos.

Saat mereka hendak memasuki mobil mewah yang sudah menunggu, Aiden memberanikan diri menghampiri. "Tante!" serunya.

Ibu Wulan terkejut, menoleh dan mendapati Aiden berdiri tak jauh darinya. "Aiden? Sedang apa kamu di sini?" tanyanya, sedikit gugup.

"Tante, Aiden mohon... Ayah Wulan sakit parah, butuh uang untuk pengobatan," kata Aiden, suaranya bergetar. Matanya memohon, menatap Ibu Wulan dengan penuh harap. Aiden melihat pria itu, "Ayah Wulan sedang berjuang untuk hidupnya! Kenapa tante malah bersama orang lain seperti ini?"

Ibu Wulan terdiam, wajahnya diliputi rasa bersalah. Pria berjas di sampingnya mengerutkan kening, menatap Aiden dengan tatapan merendahkan. "Siapa anak ini, Fira?" tanyanya dengan nada dingin.

"Dia... teman anak saya," jawab Fira lirih.

Pria itu mengeluarkan dompet, mengambil beberapa lembar uang, dan menyodorkannya pada Aiden. "Ambil ini dan pergilah. Jangan ganggu kami."

Aiden menolak uang itu dengan kasar. "Saya tidak butuh uang Anda! Saya hanya ingin Ibu Wulan ikut saya ke rumah sakit! Ayah Wulan sedang sakit parah!"

Pria itu mendengus kesal. Ia memberi isyarat pada pengawalnya. "Singkirkan anak ini."

Namun, sebelum para pengawal sempat bergerak, Ibu Wulan menahan tangan pria itu. "Tunggu! Biar saya bicara dengannya sebentar," pintanya. Pria itu terdiam sejenak, dan mengangguk, memberikan waktu beberapa menit dengan tidak sabar.

Ibu Wulan menarik Aiden menjauh, ke tempat yang lebih sepi. "Aiden, dengarkan tante baik-baik," ucapnya dengan nada memohon. "Jangan ikut campur urusan tante. Tante tahu kamu sahabat Wulan, tapi ini bukan urusanmu."

"Tapi, tan... Ayah..."

"Tante tahu, Aiden. Tante juga kasihan pada Ayah Wulan. Tante melakukan ini juga demi dia! Uang dari mana lagi yang bisa tante dapatkan kalau bukan dari sini?" Ibu Wulan menunjuk ke arah gedung dengan tatapan putus asa. "Tante berjudi untuk membayar biaya rumah sakit ayah Wulan!"

"Tapi, tan, ini salah! Tante tidak seharusnya melakukan ini! Lalu bagaimana dengan pria itu?" Aiden menatapnya tajam. "Apa hubungan tante dengan orang itu?"

"Aiden, kamu tidak mengerti. Uang yang tante punya tidak cukup. tante harus mencari cara lain," jawab Ibu Wulan dengan nada membela diri. "Sudah ya, Aiden. Tante masih ada urusan. Kamu pulang saja."

Aiden menggeleng keras. "Tidak, tan! Aiden tidak akan membiarkan tante melakukan ini! Wulan pasti sedih kalau tahu Ibunya seperti ini!" Aiden berusaha meraih tangan Ibu Wulan, namun wanita itu menghindar.

Seorang pengawal datang, memanggil Ibu Wulan.

Ibu Wulan menghela napas panjang, menatap Aiden sekali lagi dengan ekspresi yang sulit diartikan, lalu berkata dengan tegas, "Aiden, tante mohon... jangan membuat tante semakin sulit. Tante harus pergi." Ia lalu berbalik dan kembali menghampiri pria berjas itu, meninggalkan Aiden yang terpaku dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Aiden hanya bisa terdiam, hatinya hancur melihat wanita yang dulu sangat baik padanya, kini berjalan menjauh.

Saat Ibu Wulan kembali ke mobil, pria itu menyambutnya dengan senyum yang dibuat-buat. Ia membukakan pintu, mempersilakan Ibu Wulan masuk. Mereka berdua masuk ke dalam mobil mewah itu, meninggalkan Aiden yang masih terpaku di tempatnya.

Mobil itu mulai melaju, keluar dari halaman bangunan yang gemerlap. Namun, belum sempat mereka mencapai jalan raya, tiba-tiba sebuah tubuh besar menghalangi jalan mereka. Seorang anak lelaki gendut, tak lain adalah Aiden, berdiri tegak di depan mobil, kedua tangannya terentang, menghalangi jalan mereka.

Pria itu mendengus kesal. "Anak ini lagi? Benar-benar cari masalah!" Ia memberi perintah pada bawahannya, "singkirkan dia!"

Dua orang pengawal berbadan tegap segera turun dari mobil dan menghampiri Aiden. "Hei bocah gemuk, minggir!" bentak salah seorang pengawal dengan suara kasar.

Aiden tidak gentar. Ia tetap berdiri di tempatnya, menatap mobil itu dengan tatapan tajam, lalu berseru dengan suara lantang, "saya tidak akan minggir! Saya ingin Ibu Wulan ikut saya!"

Pengawal itu semakin geram. "Sudah dibilang minggir! Jangan sampai kami bertindak kasar!" Ia mencoba menarik Aiden dengan paksa, namun anak itu berusaha sekuat tenaga untuk tetap berdiri di posisinya.

Kesabaran pengawal itu akhirnya habis. Tanpa ampun, ia melayangkan pukulan keras ke arah Aiden. Anak itu terhuyung, merasakan sakit yang luar biasa di wajahnya. Namun, pengawal itu tidak berhenti di situ. Ia terus memukuli, dan menendang Aiden dengan kejam, hingga anak itu meringkuk di jalan, tidak berdaya.

Di dalam mobil, Ibu Wulan hanya bisa diam, mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak sanggup melihat Aiden yang sedang dipukuli. Hatinya bergejolak, antara rasa bersalah dan ketakutan. Ia tahu apa yang terjadi di luar sana salah, namun ia merasa tidak punya pilihan lain. Ia terlalu terikat dengan pria di sampingnya, terlalu membutuhkan uang yang dijanjikannya.

Aiden tergeletak tak berdaya di jalanan, tubuhnya terasa remuk dan penuh luka. Dengan kasar, para pengawal menyeretnya ke pinggir jalan, menjauhkannya dari mobil mewah. Mobil itu kemudian pergi, meninggalkan Aiden yang terkapar seorang diri.

Dengan sisa tenaga yang ada, Aiden berusaha merangkak, mencoba mengejar mobil yang semakin menjauh. "Tante... tan..." lirihnya, suaranya tercekat oleh rasa sakit dan kekecewaan. Air matanya bercampur dengan debu jalanan, membentuk noda kotor di wajahnya.

Ia terus memanggil ibu Wulan, berharap wanita itu akan berbalik dan menolongnya. Namun, mobil itu terus melaju, semakin jauh, hingga akhirnya menghilang dari pandangannya di tikungan jalan.

Aiden terdiam, napasnya tersengal-sengal. Ia merasa seluruh dunianya runtuh. Orang yang selama ini dihormatinya, yang selalu memperlakukannya dengan baik, yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri, kini pergi meninggalkannya.

Saat kesadarannya mulai menipis, di tengah pandangannya yang kabur, ia samar-samar melihat seseorang berjalan mendekatinya. Sosok itu tampak familiar, namun ia terlalu lemah untuk mengenali siapa orang itu. Ia hanya bisa pasrah, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

1
micho0w0
Bikin ketagihan, kapan update lagi??
Evolved 2025: terimakasih ka, update setiap hari jam 10 malam 🙏
total 1 replies
Hebe
Ingin baca lagi!
mr.browniie
Gemes sama tokoh ini. 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!