Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.
Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Pilihan
Layar ponsel menyala sedari tadi, tapi Sandi memilih abai. Rasanya untuk mengangkat satu jarinya saja, dia terasa tak berdaya. Sandi merasakan lelah luar biasa, badannya remuk dan bagian intinya terasa perih.
Suaminya mengingkari perkataan. Apa itu lembut? Lembut apanya? Rayuan mungkin. Dan dengan bodohnya, Sandi percaya begitu saja.
"Mas ..."
"Hmmmm ..." Ari mendusel pada leher istrinya. Tangannya memeluk perut rata itu.
"Tolong ambilin hp aku. Dari tadi nyala terus, sekalian lihat jam." Pintanya. Ponsel ada di atas kabinet belakang suaminya. Sedangkan pencahayaan kamar benar-benar gelap, jendela ditutup dengan gorden tebal.
"Nggak usah, tidur lagi aja." Kata Ari dengan suara serak.
"Lihat jam aja deh, di sini kan nggak ada jam dinding." Andai adapun tak akan terlihat. Tapi Sandi butuh alasan untuk lepas dari pelukan erat suaminya.
"Tidur sayang ... Emang kamu nggak capek apa? Apa mau aku buat kamu pingsan sekalian?" Ari sama sekali belum membuka mata. Posisinya bahkan masih sama.
Sandi berdecak, "ngapusi!!!"
Dalam keadaan mata terpejam, Ari menyeringai. Tak mungkin dia mengungkapkan isi kepalanya saat ini. Bisa-bisa istrinya yang tukang merajuk, langsung mendiamkannya. Salah sendiri, perempuan ini begitu menggairahkan. Dan sensasi saat mereka menyatu, benar-benar di luar ekspektasinya.
Brengseknya, tanpa Ari sadari dia jadi membandingkan dengan sang mantan. Yang juga pernah dia ambil mahkotanya, ketika masa kuliah dulu. Kenapa saat ini rasanya lebih menggigit dengan kelembaban yang pas? Padahal dua kali dia meniduri perempuan, semuanya masih dalam keadaan tersegel.
Apa mungkin karena saat ini, ketika melakukannya mereka sudah menikah. Jadi tidak ada rasa bersalah dalam diri, meniduri pasangan halalnya?
Apa mungkin, cintanya untuk Sandi lebih dalam dari sebelumnya?
Ari ingat, dulu yang mengajak berhubungan intim pertama kali. Justru mantannya, padahal Ari masih polos saat itu. Tak ingin melakukannya, karena takut dosa.
Sepertinya, Ari harus memastikan jika Sandi tak akan sama dengan mantannya. Yang dengan mudahnya berpaling, karena tergoda fisik dan kekayaan lelaki lain.
"Maaf deh, kamu terlalu enak. Sehingga aku lupa daratan." Hanya itu yang bisa Ari ucapkan, tak mungkin dia berkata jujur. Kalau sebenarnya Ari benar-benar menyukai berhubungan intim dengan istrinya.
"Ya udah tolong ambilkan hape aku, aku mau lihat jam." Sandi berusaha tak mempedulikan omongan nyleneh suaminya. Padahal wajahnya terasa panas, karena pujian tersebut. Ari belum tau, tentang isi hatinya.
Terpaksa Ari menurut, dia meraih ponsel yang masih tersambung pada kabel charger. Lalu memberikannya pada istrinya.
Saat ponsel dipegang Sandi, layarnya kembali menyala. Itu Indah yang menghubunginya, tapi bukannya langsung menjawab. Sandi justru fokus pada angka yang menunjukkan waktu. "Astaga, udah jam setengah sembilan. Pantes mbak Indah telepon aku." Gumamnya. "Kamu sih, aku bilang kan jangan tadi malam. Aku kesiangan ini, mbak Indah pasti marah deh!" gerutunya.
Ari tak peduli, dia kembali mendusel ke arah istrinya. Namun kali ini ada di antara dua gundukan. Keduanya tak mengenakan apapun di balik selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.
Baru saja menggeser icon telepon dan menyentuh gambar speaker. Terdengar seniornya mengomel. "Sandiiii ... Kemana aja Lo! Gue telepon nggak diangkat, Wa nggak dibales. Mana katanya mau nemenin gue lembur pagi, gue udah bawa bekel banyak ..." Indah bahkan menyebutkan beberapa lauk yang dibawanya, juga soal materi rapat yang nantinya akan dilaporkan pada manajer terlebih dahulu. Sebelum nantinya menghadap pada CEO.
Melihat istrinya hanya diam mendengarkan, Ari yang asik mendusel. Menghentikan kegiatannya, dia mendongak menatap dari bawah wajah istrinya. Lalu sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya. "Sandi abis malam pertama, mbak Indah! Dia nggak bisa bangun nih!"
Sandi menunduk dan melototi suaminya. Seolah ingin memberikan peringatan. "Nggak usah didengerin, Mbak! Mas Ari suka iseng." Rasanya malu sekali. Ya ampun, bagaimana jika nantinya dia bertemu dengan seniornya itu. Mau ditaruh di mana wajahnya?
"Oh ... Pantesan telat banget, Ya udah Lo istirahat aja di rumah. Tapi bisa kan Lo ngerjain beberapa pekerjaan dari situ. Kayak semacam WFH gitu, San! Lo nggak masuk, alamat gue lembur sampai malam."
Sandi merasa lega, setidaknya dia tak perlu keluar rumah dengan kondisi fisiknya yang seperti saat ini. "Iya mbak! Kirim aja ke email aku, entar aku kerjain dari rumah."
"Bagus!!! Entar gue kirim via email." Kata Indah. "Ri, mainnya jangan kasar-kasar. Kasihan Sandi, entar kalau dia trauma. Lu yang repot."
"Nggak lah mbak, Sandi pasti bakal ketagihan."
Dari seberang sana terdengar tawa dari Indah dan juga Arka serta Willy. Mereka melontarkan guyonan untuk menyemangati Sandi dan menghujat Ari. Lalu sebelum menutup telepon Arka berpesan, jika Rini sudah mengirim via kurir salep untuk kewanitaannya yang pastinya terasa perih dan bengkak.
Rasanya Sandi malu sekali, dia benar-benar tak punya muka untuk bertemu dengan para rekan kerjanya. "Kamu kayak ember bocor, tau nggak? Hal ginian kamu kasih tau." Dengusnya kesal.
Ari mengambil alih ponsel milik istrinya dan menaruhnya di atas kabinet. Lalu dia kembali menghadap istrinya, "aku kasih dua pilihan." Katanya.
"Apa?" Sandi penasaran, apalagi yang akan suaminya lakukan.
"Lanjut tidur satu sampai dua jam lagi, atau kita melakukannya sekali lagi." Tutur Ari. "Tidak ada pilihan lain selain itu." Katanya tegas.
"Mas, aku harus ngerjain kerjaan aku. Kamu dengar mbak Indah ngomong tadi, kan?" Sandi merasa keberatan. "Lagian kalau gituan lagi, punyaku masih sakit. Tega banget." Gerutunya kesal.
"Ya udah kamu tidur aja. Soal kerjaan kan bisa dilakukan setelah ini."
"Mas ... Aku nggak enak sama mbak Indah. Ngerti nggak sih kamu?"
"Tidur atau melakukannya sekali lagi." Ari tak mau dibantah.
"Mas ..." Sandi memohon, "punyaku masih sakit." Dia beralasan.
Ari merengkuh tubuh istrinya, "ayo tidur lagi. Biar pas kamu bangun, kamu udah segar."
Terpaksa Sandi mengikuti, dia tau maksud suaminya baik. Walau rasanya enggan, karena bagaimanapun dirinya masih kelelahan.
***
Salep kiriman dari Rini, cukup efektif mengobati nyeri di sekitar kewanitaannya. Sehingga Sandi bisa melangkah, tanpa terasa perih.
Jam makan siang, Ari memilih memesan dari aplikasi ojek online. Bukannya dirinya malas masak, tapi istrinya menginginkan makanan selain yang ada di lemari pendingin.
Sebagai suami yang tau diri, telah membuat istrinya kesusahan. Ari mau menyuapi. Dia bukan suami egois yang mementingkan kesenangannya sendiri. Tapi soal semalam, itu adalah haknya sebagai suami. Tak apa bukan?
Sambil disuapi, Sandi mulai bekerja dengan laptopnya. Matanya fokus menatap layar, sementara tangannya sibuk beradu dengan keyboard dan mouse.
"Kamu baru selesai haid. Lalu semalam, saking enaknya. Aku lupa menariknya, jadi kalau kamu hamil. Nggak apa-apa, ya?"
Sandi menghentikan gerak jarinya, dia menoleh ke arah suaminya. "Emang langsung jadi? Kan baru hari ini doang."
"Kamu waktu pelajaran biologi, nyangkut di mana?" Tanya Ari heran.
"Ketiduran kayaknya." Sahut Sandi.
"Pantesan ... Pokoknya kalau kamu hamil, jangan diapa-apain."
"Iya mas!!"
Ponsel Ari menyala, Sandi yang sedang fokus ke layar laptop. Melirik sejenak dan mendapati sebuah nomor asing menelepon suaminya.
hajar 2 kadal tak tau malu itu 😂😂
udah biarin aja tuh s rumi ngejar² suami org kaya orang stres dasar gatau malu.ntar nular ke suaminya yg pst bakal ngamuk² kaya org ksurupan klo tau istrinya berulah.dan yg psti ngamuknya ke org lain,bisa aja ari yg jd sasaran.pdhlkan yg gapunya adab bininya sndiri. pantes jodoh,pda gapunya otak mrk/Grin/
kasian bojo mu 😒
memang pantaslah jodohnya s harumi itu s dimas,dia jg yg bawa pengaruh gabener utk ari.untung sja mahkotanya ari yg dapt,lumayan ri garugi² amat d jagain brthn² jg udah dapat yg prtama wkkwkwk
tp ya emng cinta dan nafsu penghalangnya hanya setipis tisu (katanyaaaa wkwkw)
aplg pacaran sma yg udah matang,suka cepet tegang hahahaaa/Grin/
lagian sampe nangis darah sklipun kaga bakal ngerubah apapun rumiii lu udah bahagia kan dapt suami kaya plus bucin tolol sampe² bakal ngamuk kesiapa aja yg buat kamu nangis(inget mia yg prnah jd sasaran dimas waktu itu/Smug/) rasa bersalah lo tanggung aja seumur idup lo!!!
gitu aja ?
😭😭
ari yg d hianati,dimas yg ngerebut,tp knp smua teman² dimas kaya benci bgt ke ari???
apa ari jg punya sisi gelap d balik sikap ramah dan baiknya ya thor?? (trbiasa dgn dua wajah fero dan kawan²nya jd ke arah sana kan pikiranku wkkwkw) atau hanya ketakutan mrka aja yg takut istri² mrka kecantol mas² jawa?/Grin/