Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.
Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.
"Suka lo itu bikin capek ya."
"Gue nggak pernah minta lo suka gue."
Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.
"Kamu adalah kesialan yang lahir!"
Itulah yang sering Jihan dengar.
Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa
__________
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.30
...Telah di mulai....
^^^"Penderitaan mana yang belum aku coba dan rasa sakit mana yang belum aku rasakan. Aku ingin semuanya sebelum berakhir."^^^
...____________...
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hasil nilai UTS terpajang jelas di papan pengumuman sekolah. Para murid segera menyerbu, berebut tempat untuk mencari nama masing-masing. Beberapa memilih membuka ponsel, memeriksa nilai lewat aplikasi sekolah. Suara riuh tawa bercampur dengan keluhan memenuhi lorong, ada yang tersenyum puas, ada yang menghela napas panjang, dan ada pula yang hanya bisa berdiri mematung mencoba mencerna angka yang baru saja mereka lihat.
"Gila bro, liat nih. Uhhh... memanjakan mata banget angkanya." celetuk Iqbal geleng-geleng kepala melihat kertas berisi skor nilai yang terpajang di papan sekolah Ganesa.
Yang membuatnya takjub adalah satu nama yang berada di peringkat paling atas, satu angkatan dengan mereka.
Abintang Sagara.
MTK: 100
IPA: 100
IPS: 99
PJOK: 100
"Dikit lagi sempurna woii! Emang nge cheat nih orang!"
"Apa gue bilang? Bintang ini emang titisan Albert Einstein!" sahut Brian yang berdiri merangkul Iqbal dengan santai.
Iqbal terkekeh. "Tuker otak yok, Bin. Pengen ngerasain jadi pinter kek otak senku," Candanya di balas tawa Brian.
"Yee! Untung elonya, rugi Bintangnya!" Balas Brian menyindir dengan gaya.
"Sialan Lo!" umpat Iqbal lalu mendorong samping kepala Brian hingga terjungkal ke kanan.
Sedangkan sang empu yang di bicarakan justru tengah sibuk mencari nama seseorang. Namun, tak kunjung ketemu ketika ia mencari dari nama atas.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari nama itu dari bawah, dan...
Jihan Alessa
MTK: 60
IPA: 50
IPS: 55
Pjok: 67
Peringkat 50 dari 59 murid Ganesa.
Nilai ini lebih tinggi dari pada bulan lalu. Tetapi hasilnya tetap mengecewakan membuat sosok Jihan mematung di depan papan pajang tersebut. Tatapannya kosong seperti boneka tanpa nyawa.
Lagi-lagi, Jihan kembali gagal.
Dan apakah seterusnya akan seperti itu?
Abintang mulai memperhatikan mata Jihan yang mulai berair. Gadis itu hanya merenung sejenak lalu beranjak pergi entah kemana.
Lelaki itu berniat ingin mengejar, namun ia urungkan karena tahu Jihan butuh waktu untuk mencerna apa yang telah terjadi.
Jihan berlari tergesa-gesa di lorong sekolah, melewati banyak siswi yang sedang menggunjing tentangnya. Ia mencoba tak mendengar perkataan mereka, tapi kenapa kalimat yang mereka lontarkan justru terdengar jelas di telinga Jihan?
"Apa gue bilang. Tuh anak emang gak cocok ama Abintang. Liat aja perbedaan mereka, jauh banget!" Sindir salah seorang siswi.
"Kok bisa ya Abintang pacaran ama cewek bego kayak dia?"
"Kena pelet kali!"
"Cocokan juga sama Kiara gak sih? Liat aja Kiara peringkat 2. Sedangkan Jihan?" Mereka tertawa puas setelah mengatakan itu.
"Modal ganjen kalik! Kelihatan banget kalo tuh cewek emang murahan. Udah punya Abintang aja masih ngembat Kevin. Apaan banget tuh cewek, kayak cakep aja!"
"Udah gue bilang, Jihan tuh emang bego. Udah bego, sering caper ama Daevas pula. Dia gak malu apa jadi orang paling bodoh sendiri? Kalo gue sih malu!"
Berbagai kalimat pedas terlontar kepada Jihan. Gadis itu mencengkram erat roknya. Berbagai cara ia lakukan untuk menahan air matanya agar tak jatuh. Dadanya terasa di remas saat pandangan matanya tak sengaja bertatapan dengan wajah Abintang yang hanya terdiam dengan ekspresi dingin seperti dulu.
Jihan merasa asing meski di tengah keramaian. Ia mengigit bibir bawahnya, berusaha menahan isak tangis yang ingin meledak. Semua orang menatap padanya seolah ia adalah sampah yang harus di musnahkan.
Perasaan aneh mengganjal hatinya. Gadis itu segera berlari pergi ke halaman belakang sekolah yang cukup sepi. Ia membutuhkan waktu untuk sendiri. Saat ketika ia menatap pohon mangga yang berada di sebelah tembok belakang Ganesa. Otak Jihan langsung mencerna untuk melakukan kegiatan membolos.
Ya, untuk pertama dan terakhir.
***
Maaf ya, aku update lambat. 2 hari satu kali. Karena emang, tujuan aku bikin cerita ini buat pelampiasan aja.
Jadi ga ngejar angka popularitas.
Seneng deh, ada yang mau baca cerita ini.
Makasih banyak, prennn😄💌
kasihan banget jadi jihan
semangat ubii/Bye-Bye//Applaud/
semangat y nulisnya /Bye-Bye/