Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Kebenaran
Dokter Langit berjalan gontai menuju rumah peninggalan kedua orang tuanya. Matanya terlihat bengkak akibat terlalu lama menangis. Pikirannya saat ini kosong tak peduli dengan keadaan sekitar.
Seorang wanita cantik menyipitkan kedua mata. Menatap dokter Langit dengan penuh tanda tanya. Ingin mendekat namun tak berani. Wanita itu seolah tahu diri siapa dirinya di rumah itu.
Bug!
Tubuh dokter Langit jatuh di atas lantai sana. Membuat wanita itu tak bisa lagi berdiam diri. Segera membantu dokter Langit. Namun, dokter Langit segera menepisnya.
Keduanya terdiam cukup lama. Dokter Langit sadar jika ia tak boleh bersikap seperti itu. Sejatinya dokter Langit memang laki-laki baik penuh kelembutan.
"Maaf."
"Tak apa."
"Dimana Ara?"
"Sudah tidur."
Dokter Langit segera berdiri melangkah menuju kamar dimana anaknya berada. Dokter Langit berdiri cukup lama menatap wajah putrinya. Wajah imut itu menyadarkan dokter Langit akan semuanya.
"Dia putriku."
Gumam dokter Langit seolah masih belum percaya jika ia sudah punya anak. Anak yang terlahir dalam keadaan tak berdaya. Walau bagaimanapun bagaimana proses nya tetap saja gadis itu adalah darah dagingnya. Dokter Langit tak membenci itu hanya saja dokter Langit membenci dirinya sendiri karena tak berdaya. Pada akhirnya dia adalah laki-laki brengsek juga.
Tangan dokter Langit mengepal kuat mengingat jika dirinya belum puas menghajar Raka.
Hari itu ...
Hari dimana dokter Langit menemukan Raka di salah satu Bar yang ada di Bali.
Berkat bantuan teman-teman nya dokter Langit menemukan Raka. Tanpa banyak bicara dokter Langit menyeret Raka keluar dari Bar itu. Aneh nya Raka tidak melawan justru ia terus tertawa. Tawa yang terdengar penuh kepedihan.
Bug!
Dokter Langit membanting Raka terjungkal di atas aspal sana. Raka terus tertawa seolah tak merasakan sakit apapun. Seolah hatinya jauh lebih sakit.
Belum selesai di sana, dokter Langit menindih tubuh Raka. Dokter Langit sangat kesal dengan Raka yang terus tertawa walau wajahnya sudah babak belur.
"Diam sialan. Katakan jika semua ini bohong."
"Ayo katakan Raka. Jika anak dalam Poto ini bukan anak ku?"
"Katakan."
Rasanya sudah habis kesabaran. Dokter Langit berharap Raka berbohong. Anak dalam foto itu bukan anak nya. Namun, jawaban lemah itu membuat tubuh dokter Langit terpaku. Aliran darahnya seolah berhenti. Jantung dokter Langit berdegup kencang. Seketika dunia terasa berhenti saat itu juga.
"Bocah itu anak Lo."
Raka menyingkirkan tubuh berat dokter Langit dari atas tubuhnya. Raka menyeka darah yang terus mengalir dari sudut bibirnya.
Bugh!
Raka meninju Dokter Langit begitu kencang saat dokter Langit lengah.
"Itu balasan yang harus Lo terima sialan. Bagaimana rasanya sakit, kan? Hahaha .."
Tawa Raka kembali menggelegar, terdengar penuh kepuasan. Namun, tatapan itu menyorotkan sebuah kesedihan.
"Lo gak akan pernah bahagia. Kebahagiaan Lo akhirnya hancur juga. Sama seperti Lo yang sudah merenggut kebahagiaan gue."
"Apa-apa maksud mu Raka. Gue gak ngerti. Kebahagiaan mana yang gue rampas dari Lo?"
Dokter Langit sungguh tidak mengerti apa yang terjadi. Apa sebenarnya maksud Raka. Dirinya tak pernah merenggut kebahagiaan siapapun.
Raka meludah, mencengkram krah kemeja dokter Langit. Tatapan itu penuh kebencian dan juga rasa sakit.
"Sepuluh tahun! SEPULUH TAHUN LALU kau menyakiti adikku. Menghancurkan perasaan nya."
"Apa maksud kamu Raka. Kamu tak punya adik. Jangan membual."
"BELA!!!"
Deg!
"Bela adikku. Dia adikku. Kesayangan ku. Cintaku."
"Bel, lihatlah. Laki-laki yang kamu cintai sudah menderita. Dia tak akan pernah bahagia. Kakak sudah membalas rasa sakit mu. Dia sengsara seperti kamu dulu. Dia patah hati seperti kamu dulu. Kakak sudah berhasil menghancurkan masa depannya. Dia tak akan pernah mendapat kebahagiaan. Pernikahan akan gagal. Ia akan di Campakkan."
Bruk!
Raka jatuh pingsan setelah mengoceh panjang lebar. Hati Raka merasa kosong seolah sudah puas dengan apa yang ia lakukan. Menghancurkan kehidupan sahabatnya sendiri. Seolah itu adalah tugas yang harus Raka tanggung.
Dokter Langit menatap Raka dengan tatapan tak percaya. Kebenaran itu! Sekarang dokter Langit mengerti kenapa Raka mengkhianati persahabatan mereka. Kenapa Raka menghancurkan dirinya.
Semua karena seorang Bela.
Bela adalah gadis cantik penuh keceriaan. Bela menyukai dokter Langit pada pandangan pertama. Waktu itu Bela masih duduk di bangku SMA semester akhir sedang dokter Langit waktu itu baru lulus kuliah kedokteran nya.
Setiap hari Bela sering bolos sekolah hanya demi melihat Dokter Langit. Setiap hari selalu ngintil kemana dokter Langit pergi. Karena rumah mereka tidak jauh. Seiring perjalanan waktu kekaguman itu menjadi cinta dan cinta menjadi sebuah obsesi. Itulah yang terjadi pada Bela.
Apapun akan Bela lakukan agar dokter Langit meliriknya. Namun, siapa sangka dokter Langit selalu menghindar dan menolak ya bahkan sampai Bela jatuh sakit. Tapi tak merubah pandangan dokter Langit. Di mata dokter Langit Bela sudah seperti adiknya sendiri apalagi dokter Langit memang sudah menyukai dokter Harfa sejak dulu.
Belum lagi antara mereka ada perbedaan besar yang tak bisa di tembus. Dinding itu terlalu kokoh. Dokter Langit tak bisa menukar keyakinan demi seorang wanita dan harta.
Dokter Langit tak tahu jika penolakan nya membuat sosok Bela berubah. Berubah menjadi sosok yang mengerikan.
Hingga suatu hari Bela di beritakan meninggal.
Dokter Langit merasa jika apa yang terjadi pada Bela bukan salahnya. Hingga tak pernah peduli dan mencari tahu. Jika sebenarnya Bela adalah adik tiri Raka.
Ayah bela dan Ibu Raka menikah membuat mereka terikat menjadi saudara. Tapi, siapa sangka Raka malah menyukai adik tirinya itu. Karena hal itu membuat ibu Raka memutuskan pindah Rumah dan menyuruh Raka tinggal di apartemen.
Setelah mengetahui semua kebenarannya nya. Dokter Langit hanya bisa diam. Dokter Langit cukup Shok mengetahui kebenaran itu.
Raka menghancurkan dokter Langit hanya kerena balas dendam atas kepergian adik tiri nya. Cintanya pada sang adik membuat Raka buta. Itu bukan Cinta tapi sebuah obsesi yang menghancurkan semuanya.
Raka begitu tergila-gila sampai seperti orang bodoh selama ini. Dengan melihat dokter Langit hancur membuat Raka tenang. Seolah tidak ada yang boleh bahagia di atas penderitaan nya. Jika Raka tak mendapatkan cinta maka dokter Langit pun tidak.
Alangkah kerdilnya pikiran Manusia seperti itu. Bagaimana bisa manusia bisa buta hanya karena Cinta. Mereka harusnya sadar jika hidup bukan hanya soal cinta.
Raka seperti nya benar-benar sudah gila. Otaknya terganggu karena rasa sakit yang selama ini Raka rasakan. Tak ada yang peduli akan didinya bahkan kedua orang tuanya membencinya karena tak bisa menjaga Bela. Semua orang menyalahkan Raka atas kepergian Bela membuat Raka sakit dan melampiaskan pada Langit. Raka pikir yang harus menerima kebencian itu adalah dokter Langit bukan dirinya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...