Percintaan anak sekolah dengan dibumbui masalah-masalah pribadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sampai sejauh mana
"Ra, kalau kamu mau balas Viola, aku akan bantu," ujar Andra, menunjukkan keseriusannya untuk membantu Dara. Ia merasa harus melindungi dan menjaga Dara dari Viola yang sangat terobsesi dengan Zian.
Dara mengangguk, menunjukkan kepercayaan dan keyakinannya pada Andra. "Tenang aja, Dra. Kalau dia masih mau mengusik gue, siap-siap aja, gue nggak akan segan-segan buat bales dia," jawab Dara dengan tegas. Ia tidak akan membiarkan Viola terus-menerus mengganggunya. Ia akan membalas semua perbuatan Viola.
Mereka berdua masih berada di atap sekolah. Baju Dara kini sudah Terlihat agak kering karena terik matahari. "Dra, turun yuk. Baju gue udah lumayan kering," ajak Dara.
Andra memperhatikan baju Dara yang masih sedikit basah. "Baju kamu masih agak basah, loh, Ra. Kalau nggak, aku belikan yang baru aja, Ra," usul Andra, menunjukkan perhatiannya kepada Dara.
Dara menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Andra. "Nggak, Dra. Sayang, masih bagus. Lagian juga beberapa bulan lagi kita mau lulus," ujarnya, yang tidak ingin berlebihan. Ia tidak ingin merepotkan Andra. Mereka berdua pun turun dari atap sekolah.
Keduanya berjalan beriringan menuruni anak tangga sambil berbincang ringan. "Ra, kamu mau ke kelas atau ke kantin?" tanya Andra.
"Ke kelas aja lah, Dra. Gue mau nyalin pelajaran tadi," jawab Dara.
Sesampainya di kelas, mereka disambut oleh Sella dan Dela yang terlihat lega melihat kedatangan mereka. Kecemasan mereka sirna setelah mengetahui bahwa Dara baik-baik saja. Mereka bercerita tentang kekhawatiran mereka selama Dara menghilang.
Dela dan Sella menghampiri Dara yang datang bersama Andra. "Ra, lo ke mana aja? Kita khawatir banget," ucap Dela, suaranya menunjukkan kelegaan dan rasa Khawatir yang baru saja sirna.
"Gue habis disiram sama nenek lampir, Viola," jawab Dara, suaranya terdengar sedikit kesal. Ia masih mengingat kejadian yang baru saja dialaminya. Keempat sahabat itu pun duduk bersama, siap untuk berbagi cerita dan saling mendukung.
Kedua temannya saling pandang, kemudian menggeram marah. "Kok bisa sih, Ra?" tanya Sella, suaranya penuh ketidakpercayaan. Mereka tidak menyangka ada orang yang tega melakukan hal tersebut kepada Dara.
Dara pun menceritakan kembali kejadian di toilet tadi kepada kedua temannya. Mereka tak kalah geram mendengar cerita itu. Viola, yang sebelumnya tidak mereka kenal, tiba-tiba sering mengusik ketenangan Dara.
"Ih, kok gue greget banget sama tuh setan satu sih, Ra. Dandanan udah kayak nenek lampir, pakaian udah kayak gembel, masih ngatain lo murahan. Lebih murahan dia lah, Ra," ucap Sella, amarahnya menggebu-gebu. Ia merasa sangat kesal dengan perilaku Viola yang tidak tahu diri.
Dela merasakan hal yang sama. Ia merasa tidak terima sahabatnya dihina dan diperlakukan tidak adil. "Ra, kalau gue jadi lo, mungkin udah gue jambak tuh rambut si nenek lampir," ujarnya, menunjukkan rasa amarahnya yang sama kuatnya. Keempat sahabat ini pun sepakat untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain menghadapi masalah ini. Mereka tidak akan membiarkan Viola seenaknya memperlakukan Dara.
"Kita nggak boleh biarin Viola terus-terusan kayak gini," ujar Andra, menunjukkan dukungannya kepada Dara dan teman-temannya. Ia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Dara.
Sella menambahkan, "Iya, kita harus kasih pelajaran ke Viola biar dia nggak berani lagi ngusik Dara." Ia setuju dengan rencana untuk melawan Viola.
Dela setuju, "Tapi kita harus mikir rencana yang matang, jangan sampai kita juga yang kena masalah." Ia menekankan pentingnya perencanaan yang matang agar tidak merugikan diri mereka sendiri.
Dara menggelengkan kepalanya. "Jangan, tunggu sampai Viola mau ngusik gue lagi. Kalau yang ini memang nggak seberapa buat gue, tapi kalau dia udah kelewatan, gue nggak akan biarin dia lolos," ujarnya, suaranya terdengar tenang namun penuh tekad. Ia memiliki rencana tersendiri untuk menghadapi Viola.
Dela dan Sella menatap Dara tidak percaya. "Lo gimana sih, Ra? Lo kira kelakuan dia nggak keterlaluan? Ini udah keterlaluan banget, Ra," ujar Dela, menunjukkan ketidaksetujuannya dengan sikap Dara.
Dara tersenyum singkat. "Gue tahu, kalian semua peduli banget sama gue. Tapi kali ini aja, biarin dia berfikir kalau gue lemah nggak bisa bales Viola," jelas Dara, mengungkapkan rencananya. Ia ingin Viola merasa aman dan lengah sebelum akhirnya membalas perbuatan Viola.
Kedua temannya tidak habis pikir dengan jalan pemikiran Dara. Begitu juga dengan Andra, entah Dara terlalu baik atau memang tidak peduli dengan Viola yang telah menyakitinya.
Andra menatap Dara dengan tatapan khawatir. "Ra, dia tadi aja udah nekat loh kerjain kamu sampai ngatain kamu juga. Emang kamu nggak berniat buat bales dia?" Ia masih merasa khawatir dengan rencana Dara.
Dara tersenyum singkat, menatap Andra. "Dra, bukannya gue nggak mau bales, tapi gue mau tahu sejauh mana kelakuan dia ke gue nanti," ujarnya. Ia ingin melihat sejauh mana Viola akan bertindak sebelum akhirnya membalas dendam. Ia ingin memberikan pelajaran yang setimpal.
Sella menghembuskan napas pasrah. "Ya udah deh, Ra, kalau itu mau lo. Tapi lo harus hati-hati, siapa tahu dia masih mau melakukan kejahatan yang lebih parah lagi," ujarnya, menunjukkan kekhawatirannya terhadap keselamatan Dara.
Pada akhirnya, mereka menyetujui ucapan Dara, meski tetap khawatir terhadap keselamatannya. Namun, Dara meyakinkan mereka bahwa dirinya mampu menghadapi Viola.
"Ya udah, yuk, ke kantin aja," ajak Dela, mencoba untuk mengalihkan suasana.
Mereka mengangguk, kecuali Andra yang sedari tadi pandangannya kosong, entah sedang memikirkan apa. "Dra, lo mau ikut ke kantin nggak?" tanya Dara, membuat Andra tersadar dari lamunannya.
Andra mengangguk. "Iya, Ra," jawabnya, masih terlihat sedikit khawatir.
Bel istirahat berbunyi. Mereka berhamburan keluar kelas menuju kantin. Sella dan Dela berada di samping kanan dan kiri Dara, menggandeng Lengan Dara seakan siap menjadi pelindung bagi Dara.
Sementara Andra berjalan di belakang Dara, memperhatikan langkah Dara dengan tatapan khawatir. Mereka berempat menuju kantin, dengan sesekali bercanda.
Suasana kantin sudah ramai. Mereka memilih untuk duduk di meja paling belakang, sebuah tempat yang sedikit lebih tenang. Seperti biasa, mereka bergantian memesan makanan. Kali ini, giliran Andra yang memesan makanan untuk Dara, Sella, dan Dela.
Ketiga perempuan itu sudah duduk di meja, sambil berbincang ringan menunggu Andra datang dengan pesanan mereka. Suasana di antara mereka terlihat sangat nyaman.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, Viola tengah mengamati mereka. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat, tatapannya tajam tertuju pada Dara. Ekspresi wajahnya menunjukkan amarah dan dendam yang terpendam. Ia tampak merencanakan sesuatu.
Andra datang dengan membawa pesanan mereka dan seperti biasa dibantu oleh karyawan kantin itu. Ketiga perempuan itu dan juga Andra tengah menikmati makanan mereka masing-masing.
Seperti biasanya, mereka makan dalam diam, menikmati hidangan dan kebersamaan mereka. Mereka tidak menyadari bahaya yang mengintai di sekitar mereka.
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Dara yang sedang tenang menikmati makanannya diusik oleh Viola. Viola dengan sengaja menumpahkan air minum berwarna merah ke atas makanan Dara.
"Ups... Sorry... gue nggak lihat," ucap Viola dengan nada mengejek, sambil tersenyum sinis. Ia datang bersama dua temannya, menunjukkan kesombongan dan kesengajaannya.
Dara menatap Viola dengan tajam, begitu juga dengan Sella, Dela, dan Andra. Mereka semua menyadari bahwa Viola telah melakukan hal ini dengan sengaja.
Brakk!
Suara keras menggema di kantin. Dela dengan cepat menggebrak meja, berdiri dan menatap Viola dengan tajam. "Mata lo buta, hah! Lo lihat Dara lagi makan dengan santainya, lo malah numpahin air es ke makanan Dara! Otak lo di mana!" suaranya meninggi, menunjukkan kemarahan yang membuncah.
Dela tidak terima dengan perlakuan Viola terhadap Dara. Ketegangan di kantin semakin meningkat. Kemarahan antara Dela dan Viola pun tak terelakkan lagi.
Suara gebrakan meja Dela memecah keheningan kantin. Semua mata tertuju pada mereka. Viola, yang semula memasang senyum sinis, kini raut wajahnya berubah menjadi kesal. Ia tidak menyangka Dela akan bereaksi sekeras itu.
"Lo lebay banget sih! Orang gue nggak sengaja!" balas Viola, suaranya terdengar tinggi dan penuh dengan nada menantang. Ia tidak terima dituduh sengaja menumpahkan minumannya.
"Nggak sengaja? Lo yang sengaja, ya! Gue lihat sendiri!" Dela membentak balik, kemarahannya sudah di puncaknya. Ia tidak akan membiarkan Viola seenaknya memperlakukan Dara.
Sebelum Viola sempat membalas, Dela dengan cekatan menarik rambut Viola. Viola yang tak menduga, menjerit kaget. Ia membalas dengan menarik rambut Dela. Keduanya terlibat perkelahian saling jambak rambut. Rambut mereka terurai, mengalami tarik menarik yang membuat keduanya terlihat seperti sedang bergulat.
Sella dan Andra berusaha melerai, namun sulit untuk memisahkan kedua perempuan yang tengah beradu kekuatan itu. Para siswa lain di kantin hanya menonton, beberapa di antaranya mengambil ponsel mereka untuk merekam kejadian tersebut.
Suasana kantin menjadi semakin ramai dan chaotic. Perkelahian antara Dela dan Viola menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin. Dara yang awalnya ingin memisahkan mereka namun tidak bisa dan memilih terdiam, mengamati pertengkaran tersebut dengan raut wajah yang geram.