April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Dave tak berhenti menyesap, bibir yang terlihat ranum itu terasa begitu manis.
April pun berusaha menyeimbangi meski sedikit canggung.
"Kak Dave, aku sedang datang bulan." bisik April begitu bisa menghirup udara bebas. Takut kalau Dave kebablasan.
"Hm, aku tahu. Aku bisa menahan sampai kamu selesai datang bulan." ujar Dave dengan nafas tersenggal. Ia begitu bersemangat hampir melupakan satu pantangan itu.
"Eum, ini sudah siang. Aku harus bangun dan menyiapkan sarapan untukmu dan juga David."
"Hm," lalu Dave turun dan membiarkan April pergi. Dave sendiri pun bergegas menuju kamar mandi. Kepemilikannya sudah basah juga.
April membersihkan diri dulu baru membangunkan David. Dilihatnya pria kecil itu masih terlelap. April menghampiri tempat tidur lalu mengusap kepalanya dengan lembut.
"Sayang, ini sudah siang. Ayo, bangun !" ucap April begitu lembut.
David menggeliat, "Eum, Ibu sudah tidak sakit lagi ?" tanyanya sembari mengucek mata sebelah.
"Sudah sembuh,"
"Semalam aku tidak bisa tidur." aku David dengan memelas.
"Loh, kenapa ?" April terkejut.
"Aku kepikiran sama Ibu, kalau Ibu baik - baik saja syukur deh ! Semalam aku juga mendoakan agar Ibu cepat sembuh."
"Sungguh ? Oh, terimakasih Sayang ! Berkat doa mu Ibu cepat sembuh." April memeluk David. Lalu memintanya untuk segera bangun dan mandi.
April kemudian menuju dapur untuk membantu Soraya.
.
.
.
" Paket !" teriak seorang kurir dari arah luar pintu rumah Janeta yang baru saja sehari ia tempati.
Janeta baru akan keluar berencana untuk belanja kebutuhan hari ini.
"Masih pagi, suara siapa di luar sana." gumam Janeta sambil melihat jam sudah menunjuk angka 9.
Suara di luar sana terdengar pria, ia mengulang kata hingga menunggu pemilik rumah menyahut.
"Iya, sebentar !" sahut Janeta sambil bergegas untuk membukakan pintu melihat siapa di sana.
"Hah, paket ? Untuk siapa ?" tanya Janeta heran begitu melihat seorang kurir membawa sebuah paket coklat, karena ia tidak memesan apa pun.
"Atas nama Ibu Janeta ?" tanya kurir itu sambil membaca nama yang tertera di label kotak.
"Iya, saya sendiri." tunjuk Janeta pada dirinya dengan keheranan.
"Ini paket untuk Anda !" pria itu menyerahkan kotak dan hendak bergegas pergi.
"Dari siapa ?" Janeta menjadi penasaran membuat langkah kurir itu tertunda.
"Maaf, pengirim tidak menunjukkan identitasnya." sahut Si kurir lalu setelah tidak ada masalah lagi, ia pun pergi.
Janeta yang masih penasaran pun masuk ke dalam untuk mengecek apa isi paket itu.
Setelah ia buka, ternyata isi di dalamnya sebuah ponsel keluaran terbaru. Yang sudah lengkap dengan nomor dan pulsa.
"Dari siapa ini, masa April ?" gumamnya tak berhenti berpikir sambil mengecek ponsel tersebut. "Kalau yang mengirim ini April, tidak perlu juga kan di paket kan ?
Menit berikutnya, ponsel baru Janeta bergetar. Janeta sampai tersentak dalam lamunan. Ia pun segera menggeser layar hijau.
"Hallo, siapa ini ?" tanya Janeta, ia mengira jika yang menghubunginya ini pasti orang yang memberikannya ponsel baru.
"Hallo Janeta, ini aku." sahut suara yang terdengar pria dari arah seberang sana.
Janeta hafal betul pemilik suara itu meski baru mengenalnya.
"Tuan Connor ? Apakah itu Anda ?" Janeta tak menduga jika pria asing itu yang telah memberikan hadiah sebagus dan semahal ponsel ini.
"Hm, bagaimana kamu suka dengan model ponsel barumu ?" tanya Connor, jika Janeta tak suka ia bisa membelikan yang lain.
"Suka. Tapi, seharusnya Anda tidak perlu melakukan ini. Ini terlalu berlebihan." Janeta berkata dengan sangat hati - hati, takut menyinggungnya.
"Baguslah kalau kamu suka. Tidak perlu sungkan, anggap saja itu sebagai hadiah perkenalan kita." sahut Connor santai.
"Aku tidak mau hadiah atau apa pun dari orang lain. Aku terkesan sebagai benalu yang mengambil keuntungan dari orang lain. Begini saja, aku anggap pemberian Anda ini sebagai hutang, suatu waktu jika aku sudah punya penghasilan sendiri, aku akan melunasi hutangku. Bagaimana?" tawar Janeta yang memang tak ingin merepotkan orang lain. Sudah cukup baginya untuk terus hidup bergantung, ia akan mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Connor tampak membisu, detik berikutnya ia menjawab. "Terserah apa yang ingin kamu lakukan. Aku tulus memberikan hadiah itu padamu. Baiklah, Janeta, aku harus melanjutkan pekerjaanku. Jika ada apa - apa, kamu tahu siapa orang pertama yang bisa kamu hubungi."
"Oh, iya. Aku mengerti. Terimakasih sebelumnya."
Tut !
Panggilan pun diakhiri, lantas Janeta berpikir sejenak dengan kepribadian Connor yang terlalu dini untuk mendekatinya. Connor belum tahu masa lalunya, ia bukan lah wanita yang sempurna.
Lalu Janeta segera pergi meski sedikit ragu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Tak jauh dari rumah barunya, ada toko yang menjual berbagai macam kebutuhan dapur. Janeta lantas pergi ke toko itu. Terdengar kasak - kusuk membicarakan tentang dirinya.
"Maaf, ibu - ibu, perkenalkan nama saya Janeta. Saya pendatang baru di kompleks ini." ujarnya memperkenalkan diri sambil menebarkan senyum.
"Oh, pendatang baru rupanya, ya, ya, salam kenal."
"Sudah menikah atau belum ?" tanya ibu yang lain memperhatikan penampilan tubuh Janeta yang langsing.
"Saya janda." sahut Janeta dengan jujur. Sebisa mungkin ia bersikap sabar meladeni ibu - ibu yang rempong itu.
"Oh, masih muda kok sudah menjadi janda. Berapa sih usia kamu ?"
"30 tahun."
"Hati - hati, kita harus menjaga suami kita agar tidak jelalatan matanya sama janda ini." bisik seseorang namun masih terdengar jelas di telinga yang membuat hati Janeta mendidih.
Lalu Janeta bergegas pergi setelah mendapatkan belanjaan.
"Sabar, sabar !" ungkapnya dalam diam sembari mengelus dada.
Sudah sangat lama memang ia tidak mengenal dunia luar, sekali berinteraksi rupanya menakutkan juga.
.
.
"Kamu David bukan ?" sapa seorang wanita dengan bersikap ramah. Wanita itu sudah lama mengintai sejak awal masuk hingga pulang sekolah.
David sedang menunggu jemputan lalu ada wanita datang menghampirinya.
"Tante siapa ?"
"Aku adalah adik dari ibu kandung kamu. Sebenernya, April bukanlah ibu kandung kamu. Dia cuman ibu susu kamu." Laurent mempengaruhi pemikiran bocah kecil itu.
"Ibu susu ? Maksud Tante orang yang menyusui aku di saat aku kecil ?"
"Kamu memang jenius David ! Benar."
"Tante bohong ! Aku tidak percaya !" elak David dengan wajah mulai menangis.
"Aku tidak bohong. Kamu bisa mencari bukti sendiri dengan memasuki kamar ayah kamu. Kamu akan menemukan foto ibu kandung kamu." Lalu Janeta memperlihatkan foto yang berada di galeri ponselnya.
"Nah, perhatikan ! Wanita ini bernama Lara. Dia adalah ibu kandung kamu. Sedangkan wanita yang berpura - pura menjadi ibu kamu itu dulunya seorang baby sister. Dia berhasil merebut ayah kamu dari Lara." David memperhatikan foto itu.
"Aku tetap tidak percaya !" David bersikukuh dengan pendapatnya.
"Terserah kalau kamu tidak percaya. Aku percaya kamu anak yang bijaksana. Untuk itu kamu harus menjaga rahasia pertemuan kita."
Lalu Janeta bergegas pergi setelah memberitahu rahasia besar mengenai siapa April itu.