Jadilah milik ku maka akan ku singkirkan apapun yang membuatmu ragu. aku juga bisa membawa mu keluar dari semua masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MalyaIgus17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Baik
Galih menatap pesan yang dikirim Cinta sudut bibirnya melengkung merasa puas dengan pesan yang di kirim kekasihnya.
Tarik ulur memang yang paling pas menghadapi Cinta yang menurutnya terlalu tebal gengsinya.
Sebenarnya bukan gengsi sih lebih ke rendah diri gitu. Tapi Galih mana perduli soal itu selama dia bisa membuat Cinta merasa terlindungi menurutnya maka baginya cukup.
Dari sekian banyak yang Galih lakukan tidak satupun yang Cinta terima dengan suka Cita. selalu ada tanya di balik itu semua.
Kadang Galih harus membuat alasan yang cukup meyakinkan agar apa yang dia beri tidak berujung di kembalikan.
Tapi kali ini Cinta seolah sadar kalau dirinya salah yang membuatnya menerima apa yang dia berikan tanpa terlalu banyak drama. Atau bisa saja dia sudah terlalu lelah untuk berdebat.
Keesokan harinya
Galih mendengar soal skripsi Cinta tapi bisa di pastikan kalau Cinta lalai dan lebih memilih mendekam di rumah sakit tanpa memikirkan hal apapun.
Dan disini lah Galih, setelah mengetuk pintu tidak sampai dua kali pintu terbuka dan tampaklah Cinta yang terlihat jelas wajah lelahnya.
Meski ruangan lebih baik sekarang tapi tinggal di rumah sakit bukanlah pilihan yang tepat.
Cinta tetap lelah apalagi soal bibi Hanum dia mengurus semuanya sendiri, paman Bayu belum juga kembali sampai saat ini.
Meski begitu Cinta tidak mempermasalahkan sama sekali.
"Abanggg....!" dia tidak pernah berpikir kalau Galih akan datang kembali setelah tadi malam pergi begitu saja.
"Gea sudah datang...?"
Menyipitkan matanya Cinta heran kenapa kekasihnya malah bertanya soal yang lain. Terlebih soal Gea.
"Apa Gea mau datang kesini...?"
Kembali bertanya, karena Cinta sudah dengan jelas menolak keinginan sahabatnya itu. Bukan karena tidak ingin di jenguk atau apapun tapi suasananya akan sangat canggung nantinya.
"Bisa bicara didalam atau di luar...?" Galih sedikit kesal karena gadis didepannya sangat tidak peka.
"ohhh, masuk bang. Maaf ..." Cinta menggeser badannya dan membuka pintu lebih lebar agar Galih bisa masuk lebih mudah.
"Haloo bi, bagaimana keadaan nya sekarang...?" Bibi Hanum yang memang sedang duduk bersandar dengan kaki yang masih di topang membuatnya terlihat sangat menyedihkan. Hanya bisa merespon dengan tersenyum, sebenarnya bisa bicara tapi terlalu canggung rasanya.
Tapi melihat bos keponakannya meluangkan waktu sangat tidak sopan sekali kalau dia tidak membalas sapaannya.
"Saya baik. Terimakasih pak sudah mau bantu kami..." bibi Hanum tersenyum ramah.
"Pak..?" bingung dengan panggilan yang dia dapatkan.
"Terimakasih juga sudah mau meluangkan waktu pentingnya untuk menjenguk saya, padahal tidak perlu pak. Dibantu gini saja sudah sangat beruntung kami..." Tersenyum ramah. Sedang Galih hanya menanggapi dengan biasanya saja. Tapi panggilan yang diberikan sangat mengganggu menurut Galih.
"jangan panggil saya pak Bi, panggil nama saja..!" meminta dengan halus tapi bibi Hanum dengan cepat mengibaskan kedua tangannya, meskipun yang bergerak hanya satu saja membuat Galih mengerutkan keningnya.
"Enggak sopan kalau saya hanya panggil nama, apalagi pak Galih kan bos keponakan saya..."
"Bos..?" Galih menatap tajam Cinta yang jelas mengalihkan pandangannya. Tidak mau bersitatap karena dia bisa melihat kalau kekasihnya marah padanya.
Galih heran dari sekian banyak kata sebutan kenapa harus bos coba?.
Galih tersenyum " Ah, benar juga ya. Kalau gitu selamat istirahat bi. Saya harap Cinta bisa segera kembali bekerja...!"
"Kalau gitu saya permisi, tadi kebetulan mampir aja..." Berakting dengan sangat baiknya.
"Iya. Terimakasih pak sekali lagi.." Galih keluar dari ruangan itu. Tadinya dia ingin lebih lama disana tapi disaat mendengar soal status nya membuatnya malas, terlebih dia tidak tau harus bersikap seperti apa di depan Bibi Hanum.
"Bi Cinta antar dulu ya...!" langsung pergi tanpa mendengar jawaban bibinya.
Mengejar langkah Galih yang panjang membuat Cinta harus berlari lebih cepat.
"Abanggg...!" masuk kedalam lift yang sama, yang tanpa Cinta sadari lift itu terbuka karena Galih sengaja menahannya.
Iya, Galih sengaja melakukannya. Terlebih setelah dia sadar kalau Cinta ada usaha untuk menjelaskan. Meski pun penjelasan nya sudah bisa Galih tebak tapi tetap saja menyebalkan kalau di ingat.
"Abangg, Cinta..." Galih membungkam bibir Cinta dengan tergesa disaat lift sudah tertutup. Mencium paksa Cinta yang sepenuhnya belum siap, dengan mendorong Cinta sampai bersandar pada dinding lift.
Cinta memukul kuat dada Galih untuk berhenti tapi Galih tidak menghiraukan, malah semakin kuat menekan tengkuk Cinta.
Merasa kalah Cinta tidak berontak lagi dan memejamkan matanya disaat Galih semakin dalam mencium bibirnya.
Galih melepaskan ciumannya disaat dia merasa Cinta sudah kehabisan nafas.
"Ada bos yang melakukan ini sama karyawan nya ...?" Galih menatap Cinta intens. Menghapus sisa saliva pada bibir Cinta yang terbuka karena merasa kehabisan nafas dan menghirup oksigen dengan cepat.
Membuka lift yang sama sekali tidak bergerak " Kembali sana, bibi kamu menunggu sekarang...!"
Tidak membiarkan Cinta bicara apapun. Setidaknya Galih sudah membuat nya paham ada hal yang bisa dan tidak bisa dia lakukan seenaknya.
"abanggg..." Mata Cinta menggenang, dia benar-benar merasa aneh dengan sikap kekasihnya sekarang ini.
Apa Abang semarah ini...?
"Kita bicara lain kali, termasuk juga soal yang barusan...!" Galih berucap tegas dan Cinta keluar dari lift seketika itu lift turun membawa Galih pergi.
Cinta menangis dalam diamnya, tidak tau kenapa perasaan nya sehampa ini.
Dia menerima semua dari kekasihnya, sedang tingkahnya kebalikan dari tingkah baik Kekasihnya.
"Cinta...!" Suara seseorang memanggil dan dengan cepat Cinta menghapus air matanya. Tidak menyisakan jejak kesedihan pada wajahnya.
"Ge..."
Benar Gea datang dengan sekeranjang buah segar dan satu buket bunga besar yang terlihat sama segarnya.
Padahal Cinta sudah melarangnya datang, tapi Gea sama persis seperti Galih. Tidak mau mendengar.
"Selamat siang bi, udah sehatan ya..?" basa-basi sekali. Padahal dulu Gea paling gedek sama bibi Hanum gara-gara sikapnya yang keterlaluan pada Cinta sahabat nya.
"alhamdulillah sehat, Terimakasih ya sudah mau mampir..."
"Hehehe, santai aja bi. Kebetulan lagi santai juga. paling cuma lagi ngusul tanggal sidang Gea aja.." Cinta terkejut mendengar ucapan Sahabatnya.
Sudah satu Minggu berlalu setelah naskahnya di ACC dan dia masih belum mengusulkan tanggal sidang.
"astaga Ge, aku lupa loh ...!" menepuk keningnya dan beranjak ke arah Gea.
"Jadi kamu belum ngusulin...?"
"Belumm..." Kali ini Gea yang menepuk keningnya. " kok bisa sih, harus cepat Lo Ge soalnya yang sidang bulan-bulan ini tuh banyak banget. Kalau enggak dapat tanggalnya gimana coba...?"
Bibi Hanum terdiam mendengar pembicaraan dua gadis didepannya ini. Keponakan suaminya yang dulu dia benci bahkan melupakan hal yang sangat dia nanti demi untuk menjaganya, yang membuat dirinya tersentak. Sadar.
"Besok aku temenin deh ya..!" menawarkan tapi lebih ke memaksa. Bahwa Cinta tidak punya alasan lain lagi untuk menolak.
"Tapi bibi..."
"Sebentar aja kok, enggak sampai setengah hari. dan besok kita minta perawat di sini yang jaga. Enggak usah khawatir biar aku ngomong sama kak Galih...."
Bibi yang tadi akan bicara urung karena Gea lebih dulu menyambar tapi kali ini dia tidak bisa egois.
"Pergi saja Cinta, biar cepat selesai dan tenang kamu nya. Oh iya Gea juga kenal sama Pak Galih ya...?"
"Pak Galih?" melihat kearah Cinta yang seolah memintanya untuk tidak bertanya. Tapi kembali lagi Gea mana perduli sifat yang sama persis dengan Galih.
"Kak Galih, kakak sepupunya Gea bi. Kebetulan itu buah dan bunga dari Kak Galih juga yang minta Gea untuk bawa kesini..."
"ohhh..." Bibi Hanum tidak lagi bertanya karena merasa aneh.
Kok baik banget ya....
☘️
☘️
☘️
.