menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Bangun di Ruang HeningMatahari siang telah naik tinggi, menembus jendela tipis Ruangan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Aroma antiseptik dan salep memenuhi udara yang hening.
Kim Hyun perlahan membuka matanya. Pandangannya buram sesaat, lalu fokus pada langit-langit putih dan lampu neon yang redup.
Ia berbaring di atas ranjang UKS, tubuhnya diselimuti kain tipis.Di mana aku?Ia mencoba bergerak, tetapi rasa sakit yang tumpul dan menusuk segera menjalar dari punggung, bahu, dan, yang paling parah, kedua tangannya.
Punggungnya terasa seperti telah dibenturkan berkali-kali ke dinding batu. Rasa sakit itu begitu intens hingga ia memutuskan untuk tetap berbaring, membiarkan tubuhnya beristirahat.
"Sudah bangun?"Sebuah suara tenang terdengar dari samping ranjang. Kim Hyun menoleh. Di kursi lipat di sampingnya, duduk seorang pemuda dengan rambut putih yang familiar: Hwang Ji-ho, anggota OSIS yang ditemuinya di atap beberapa hari lalu.
Hyun: (Suara parau) "Kau... anggota OSIS. Aku di mana?
"Ji-ho, yang sedang membaca dokumen, meletakkannya dan tersenyum tipis.Ji-ho: "Kau berada di UKS, Kim Hyun-ssi. Tadi pagi, temanmu, Min-ho, kesulitan menggendongmu. Kebetulan aku sedang lewat dan membantunya. Lukamu cukup parah, tapi untungnya tidak ada tulang yang patah, hanya memar tingkat tinggi dan sedikit gegar otak ringan."
Kim Hyun mengangguk lemah, mengingat perjuangan terakhirnya melawan Jang Tae-young. Jadi, Min-ho yang membawanya ke sini.
Hyun: "Terima kasih.
"Ji-ho: (Menghela napas, bersandar) "Tidak perlu berterima kasih. Sebaliknya, aku yang harus salut padamu.
"Hyun: (Bingung) "Salut? Untuk apa?
"Ji-ho: "Kau sungguh luar biasa, Kim Hyun. Kau baru masuk sekolah ini satu minggu, dan dalam waktu sesingkat itu, kau berhasil melumpuhkan dua pemimpin kelas dua sekaligus—Han Gyu-sik semalam dan Jang Tae-young tadi pagi. Bukankah itu adalah prestasi yang patut dipuji?"
Kim Hyun memejamkan mata sejenak. Berita menyebar begitu cepat di sekolah ini.Hyun: (Acuh tak acuh) "Hanya perkelahian biasa. Tidak ada yang luar biasa. Itu hanya membuang-buang waktu tidurku saja."
Ji-ho tertawa kecil, suara tawanya lembut dan tenang, kontras dengan kekacauan yang baru saja terjadi.Ji-ho: (Berbisik pelan, hampir tidak terdengar) "Orang sepertimu seharusnya tidak berada di sini... Tapi justru ini yang membuatmu menarik."
Hyun: (Mengernyit, berusaha mendengar) "Apa kau mengatakan sesuatu?"
Ji-ho: (Menggeleng cepat dengan senyum lebar) "Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya bertanya, bagaimana kondisimu sekarang? Apakah sakitnya tak tertahankan?"
Hyun: "Tubuhku terasa berat dan kaku. Aku hanya ingin pulang dan tidur selama tiga hari."
Ji-ho tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk.Ji-ho: "Aku mengerti. Sebagai anggota OSIS, aku bisa mengurus absenmu hari ini dan besok. Kau tidak perlu khawatir akan hukuman atau sanksi lainnya, karena sepertinya Jang Tae-young dan Han Gyu-sik akan lebih lama 'beristirahat' daripadamu."
Ji-ho: (Melanjutkan, santai) "Jadi, jika kau mau, aku bisa mengurus surat izin pulan—"
Belum sempat Ji-ho menyelesaikan kalimatnya, Kim Hyun, dengan ekspresi ceria yang jarang terlihat, langsung melompat dari ranjang. Rasa sakitnya seolah terlupakan oleh kata "pulang cepat".
Hyun: (Mata berbinar) "Aku mau! Aku pulang sekarang!"Ia mengambil jas sekolah yang terlipat di samping ranjang dan memakainya dengan susah payah karena tangannya sakit. Tanpa basa-basi lagi, ia berlari pincang menuju pintu keluar UKS.
Ji-ho: (Terkejut, hanya bisa menghela napas) "Dia bahkan tidak menunggu—"Ji-ho tertawa pelan, menggelengkan kepalanya. Ia berdiri, bersiap meninggalkan ruangan. Namun,
saat ia mendekati pintu, sebuah suara terdengar dari balik tirai gorden yang memisahkan ranjang di seberang ruangan.
Suara Dinding: (Berdeham, serak) "Jadi, itu adalah Kim Hyun?"
Ji-ho menghela napas lagi. Ia tahu siapa pemilik suara itu.
Ji-ho: (Menjawab dengan hormat) "Ya, Ketua. Itu dia. Tumbangnya dua pemimpin kelas hanya dalam 24 jam. Ini akan memengaruhi keseimbangan Kelas Dua."
Ketua: (Tertawa geli) "Hahaha! Menarik. Sangat menarik. Aku sudah bosan dengan kelas-kelas yang terlalu tenang. Tampaknya tahun ini akan menyenangkan. Akhirnya ada yang berani membuat keributan di sarang ular ini."
Ji-ho: "Untuk saat ini, lebih baik Anda fokus pada pekerjaan Anda, Ketua. Laporan tanda tangan untuk alokasi anggaran OSIS masih belum selesai Anda tanda tangani, bukan?" Ji-ho membalas dengan senyum tipis, nadanya bercanda tetapi penuh rasa hormat.
Ketua: (Berdecak kesal) "Aku tahu! Tapi ini waktu istirahatku, bodoh! Baiklah, pergilah. Dan awasi dia. Aku ingin tahu setiap detailnya."
Ji-ho membungkuk hormat, lalu meninggalkan ruangan.
Hening kembali menyelimuti UKS.Ketua: (Berbisik pelan dari balik tirai) "Kim Hyun... Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan."
Beberapa menit kemudian, Kim Hyun, yang berjalan pincang dengan punggung kaku dan wajah memar, tiba di gedung apartemennya.
Ia menunggu lift untuk naik ke lantai atas.Saat di dalam lift, ia meregangkan sedikit badannya, merasakan ototnya bergemerutuk protes.
Sesampainya di kamar, aku harus mandi air hangat dulu, lalu makan sesuatu, dan setelah itu tidur selama seminggu.Pintu lift terbuka.
Kim Hyun melangkah keluar, langsung menuju lorong kamarnya. Namun, saat berjalan, ia melihat seorang siswi yang berdiri di dekat pintu kamarnya, sedang melihat ponsel.
Pakaiannya adalah seragam sekolahnya, tetapi ia tidak memakai jas. Rambut hitamnya tergerai lurus.Bukankah itu...
Tanpa sadar, Kim Hyun menyebutkan nama tetangganya.
Hyun: "Ji-soo?"
Siswi itu, yang ternyata adalah Han Ji-soo, tetangganya terkejut dan langsung berbalik.
Ji-soo: "Kim Hyun-ssi!"Mata Ji-soo langsung membelalak saat melihat Kim Hyun. Wajahnya dipenuhi perban kecil yang hampir lepas, bibirnya bengkak, dan jalannya kaku.
Ji-soo: (Nada khawatir, refleks maju) "Ya ampun! Wajahmu! Ada apa denganmu? Kenapa kau penuh luka begini?!"
Kim Hyun gugup. Ini pertama kalinya mereka bicara formal sejak kejadian pengejaran tempo hari, dan ini terjadi setelah dia berjuang semalaman untuknya.
Hyun: (Menggaruk belakang kepalanya, sedikit canggung) "Ah, ini? Tidak apa-apa, Ji-soo-ssi. Aku... Aku masuk klub bela diri di sekolah hari ini."
"Klub bela diri? Kenapa aku bicara begitu?"
Hyun: (Berusaha meyakinkan) "Ya, klub bela diri. Dan... aku terlalu bersemangat saat latih tanding dengan senior. Kami sedikit berlebihan, dan ini akibatnya. Tapi aku baik-baik saja."
Ji-soo menatapnya lama, tatapan khawatir itu sedikit mereda, digantikan oleh rasa bingung.
Ji-soo: (Mengangguk pelan) "Oh... klub bela diri. Begitu. Kau seharusnya lebih berhati-hati."
Hyun: "Tentu. Aku akan berhati-hati. Kalau begitu, aku masuk dulu, aku butuh istirahat."
Kim Hyun cepat-cepat berjalan menuju pintu kamarnya, membuka kunci, dan segera masuk, meninggalkan Ji-soo sendirian.
Ji-soo hanya bisa melihat pintu yang tertutup itu dengan ekspresi campur aduk.
Di dalam kamarnya, Kim Hyun melepas jasnya dan menghela napas lega. Ia berjalan ke tempat tidur dan menjatuhkan diri.
Ia hanya berniat beristirahat sebentar sebelum mandi, tetapi kelelahan yang luar biasa langsung menyerangnya.Kim Hyun tertidur nyenyak hingga sore hari.
Ia terbangun saat melihat bayangan matahari terbenam menembus jendela.Ia melihat jam dinding.
Sudah menunjukkan pukul lima sore.Hyun: (Menguap lebar) "Lima sore... Aku harus mandi."
Setelah mandi beberapa menit, Kim Hyun keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terasa segar, meskipun masih terasa nyeri di sana-sini. Ia mengenakan kaus putih polos dengan logo kecil "Pike" di dada, celana panjang hitam, dan melilitkan handuk di lehernya.Setelah menjemur handuknya, perut Kim Hyun mulai berbunyi nyaring.
Hyun: (Mengelus perut) "Baiklah, waktunya mengisi bahan bakar. Setelah pertarungan brutal itu, aku butuh makanan enak."
Saat ia melangkah menuju dapur, bel pintu apartemennya berbunyi.TING TONG.Kim Hyun berhenti.
Siapa? Min-ho? Tapi dia tidak pernah datang tanpa pemberitahuan.Dengan hati-hati, ia mendekati pintu.
Hyun: "Siapa?"Pintu tidak langsung terbuka. Terdengar suara teredam dari luar.Kim Hyun akhirnya membuka pintu.
Ia langsung terkejut.Di depannya, berdiri Han Ji-soo. Ia sudah berganti pakaian kasual: T-shirt abu-abu, celana pendek pink, dan jaket abu-abu tipis. Di tangannya, ia memegang panci sup aluminium yang uapnya masih mengepul, dan di pergelangan tangannya tergantung sebuah tas renteng berisi beberapa mangkuk kecil.
Wajah Ji-soo sedikit memerah karena panas dari panci.Ji-soo: (Sedikit canggung) "U-um... Kim Hyun-ssi. Ini... ini untukmu."
bersambung...