NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:710
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

Malam itu suasana rumah terasa berbeda. Rio terbangun karena mendengar tangisan Rizky yang tak seperti biasanya—lebih keras, lebih parau.

“Rey… Rizky nangis,” ujar Rio setengah sadar.

Rey bangkit lebih dulu, menggendong Rizky yang wajahnya memerah. Saat telapak tangannya menyentuh dahi bayi laki-laki itu, Rey langsung terdiam.

“Rio…” suaranya bergetar. “Badannya panas sekali.”

Rio langsung duduk, rasa kantuknya lenyap seketika. Ia meraih Rizky, menempelkan pipinya ke dahi kecil itu.

“Panas… kenapa bisa panas begini?” napasnya mulai tak beraturan.

Tangisan Rizky makin kencang, tubuh kecil itu menggeliat di pelukan Rio.

“Tenang, Rio,” ujar Rey mencoba menenangkan, meski wajahnya sendiri pucat. “Kita cek suhunya dulu.”

Angka di termometer membuat jantung Rio serasa berhenti.

“Ini… ini tinggi, Rey,” suaranya meninggi tanpa sadar. “Kita harus ke rumah sakit. Sekarang.”

Rio berdiri tergesa, hampir menjatuhkan selimut. Tangannya gemetar saat mengambil jaket dan kunci mobil.

“Rio, tarik napas dulu,” Rey mendekat sambil menggendong Rania yang terbangun. “Aku juga takut, tapi kita harus tenang.”

“Tapi dia masih kecil, Rey,” suara Rio pecah. “Kalau terjadi apa-apa sama dia… aku—”

Ia tak sanggup melanjutkan. Air mata jatuh tanpa bisa ia tahan saat Rizky terus menangis di pelukannya.

Rey menyentuh lengannya.

“Dengarkan aku. Kita lakukan yang terbaik. Kamu nggak sendirian.”

Rio mengangguk cepat, menghapus air matanya dengan kasar.

“Iya… iya. Maaf. Aku cuma… takut.”

Ia memeluk Rizky lebih erat, menempelkan keningnya ke kepala kecil itu.

“Bertahan ya, Nak. Ayah di sini. Jangan bikin Ayah takut begini.”

Tangisan Rizky perlahan melemah, seolah merasakan kehadiran ayahnya.

Di dalam mobil, Rio menggenggam tangan Rey sambil sesekali menoleh ke kursi belakang tempat Rizky terbaring.

Untuk pertama kalinya, Rio benar-benar merasakan ketakutan yang paling dalam—takut kehilangan. Dan saat itu juga ia sadar, cinta pada anaknya jauh lebih besar dari rasa bersalah, ego, atau masa lalu apa pun.

“Ayah janji,” bisiknya lirih, “Ayah akan jaga kamu… apa pun yang terjadi.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lampu putih rumah sakit terasa menyilaukan mata Rio. Langkahnya tergesa mengikuti brankar kecil yang didorong perawat, tempat Rizky terbaring dengan wajah pucat dan dahi yang masih panas.

“Dok, anak saya kenapa?” suara Rio gemetar, nyaris memohon.

“Demamnya cukup tinggi, Pak,” jawab dokter dengan tenang. “Kami perlu observasi dan rawat inap sementara. Mohon orang tuanya tenang.”

Kata rawat inap membuat dada Rio sesak. Ia menggenggam tangan Rey yang berdiri di sampingnya, wajah Rey tampak pucat namun berusaha kuat.

Rizky dipindahkan ke ruang perawatan anak. Selang infus terpasang di tangan kecilnya. Saat melihat itu, air mata Rio kembali jatuh.

“Maaf ya, Nak…” bisiknya lirih sambil menyentuh pipi Rizky. “Ayah nggak bisa ngapa-ngapain selain nemenin kamu.”

Rey berdiri di sisi lain ranjang, mengelus rambut Rizky dengan lembut.

“Kita di sini, Rizky. Kamu nggak sendirian.”

Tangisan Rizky sudah mereda, tubuh kecil itu tampak lemah namun napasnya teratur. Monitor di samping ranjang berbunyi pelan, tiap bunyinya membuat jantung Rio ikut berdebar.

Beberapa saat kemudian, dokter kembali menjelaskan hasil sementara.

“Diduga infeksi ringan. Kami beri cairan dan obat penurun panas lewat infus. Kita lihat reaksinya dalam 24 jam.”

Rio mengangguk cepat.

“Apa pun yang terbaik, Dok. Tolong jaga anak saya.”

Malam pun datang. Rey tertidur setengah duduk di kursi, masih menggendong Rania yang sesekali terbangun. Rio duduk di sisi ranjang Rizky, tak beranjak sedikit pun.

Ia menatap wajah putranya lama, jemari kecil yang kini diam di bawah selimut.

“Dulu Ayah banyak salah,” bisik Rio dengan suara parau. “Tapi Ayah janji… Ayah akan ada. Setiap sakitmu, setiap tangismu, setiap langkah hidupmu.”

Ia mengecup punggung tangan Rizky perlahan.

Menjelang dini hari, suhu tubuh Rizky mulai turun. Perawat tersenyum kecil saat memeriksa.

“Panasnya sudah berkurang, Pak.”

Rio menutup mata, menghela napas panjang yang sejak tadi tertahan. Ia menoleh pada Rey yang terbangun.

“Rey… panasnya turun.”

Rey tersenyum lemah, matanya berkaca-kaca.

“Alhamdulillah…”

Rio meraih tangan Rey, menggenggamnya erat. Di ruang rumah sakit yang sunyi itu, di antara bunyi mesin dan aroma obat, Rio sadar—keluarga kecilnya adalah segalanya.

Dan untuk Rizky, ia akan belajar menjadi ayah yang pantas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu halaman rumah orang tua Rio dipenuhi aroma masakan dan suara obrolan hangat para tetangga. Tenda sederhana berdiri rapi, kursi-kursi tertata, dan beberapa kambing telah disiapkan untuk prosesi akikah.

Rio berdiri di samping Rey, menggenggam tangannya erat. Rey tampak anggun dengan senyum lembut, Rania terlelap di gendongannya, sementara Rizky tertidur pulas di ayunan bayi. Kondisi Rizky sudah jauh membaik, wajahnya kembali cerah.

“Masih nggak nyangka ya,” bisik Rio pelan. “Kita sampai di titik ini.”

Rey mengangguk kecil.

“Setelah semua yang kita lewati… rasanya seperti mimpi.”

Prosesi akikah pun dimulai. Seorang ustaz memimpin doa, menyebut nama Rizky dan Rania dengan suara lantang. Saat nama anak-anaknya disebut, dada Rio terasa sesak oleh haru.

“Ya Allah,” bisiknya, “jaga mereka. Jadikan mereka anak-anak yang baik, lebih baik dari ayahnya.”

Setelah penyembelihan selesai, daging dimasak dan dibagikan. Tawa anak-anak kecil, obrolan para ibu, dan senyum para tetangga membuat suasana terasa hidup.

Ibu Rio menghampiri Rey.

“Terima kasih sudah kuat sejauh ini, Nak,” ujarnya sambil mengusap lengan Rey. “Anak-anak ini rezeki besar.”

Rey tersenyum, matanya berkaca-kaca.

“Saya yang berterima kasih, Bu… sudah menerima saya dan anak-anak.”

Rio yang mendengar itu langsung meraih tangan Rey.

“Kamu dan anak-anak adalah keluargaku. Jangan pernah ragu.”

Siang menjelang, acara hampir selesai. Rio duduk di samping boks bayi, menatap Rizky dan Rania yang tertidur berdampingan.

“Kalian tahu nggak,” ujarnya pelan, “hari ini Ayah belajar bersyukur dengan benar.”

Rey duduk di sampingnya, menyandarkan kepala di bahu Rio.

“Semoga dengan akikah ini, hidup mereka selalu diberkahi.”

Rio mengecup puncak kepala Rey.

“Amin. Dan semoga kita selalu dikuatkan untuk menjaga mereka.”

Di hari itu, di tengah doa dan kebersamaan, Rio dan Rey tak hanya mengakikahi anak-anak mereka—tetapi juga meneguhkan kembali ikatan keluarga yang lahir dari luka, penyesalan, dan cinta yang tumbuh perlahan menjadi utuh.

siang itu tampak pak ustad datang ke rumah,ia memanggil aku dan Rey.

"assalamualaikum warahmatullahi Rey dan Rio"

"walaikumsalam,ada apa ya pak"ujarku sesekali melirik Rey.

"nak Rio dan nak Rey bapak harapkan segera menikah agar terhindar dari fitnah,dan gunjingan para warga sekitar"ujar pak ustad dengan lembut.

"ya,Rio segeralah menikah"ujar bapak tampak setuju.

"kami akan segera mengurus pernikahan kami pak ustad, terimakasih sudah mengingatkan kami"ujar Rio di barengi anggukan pak ustad.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!