NovelToon NovelToon
Pengganggu

Pengganggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Penyesalan Suami / Berbaikan
Popularitas:43.6k
Nilai: 5
Nama Author: IAS

Setting Latar 1970

Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.

Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.

Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.

Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan 33

Hiks hiks

Tangis Sugi tak kunjung berhenti. Ya sudah dari semalam dia menangis saat suami yang ditunggunya tidak juga datang. Kelompok yang berpisah telah pulang lebih dulu dan mengatakan mereka tidak menemukan apa-apa. Kabar itu cukup membuat hati dan pikiran Sugi semakin kacau.

"Duuuh kalau seperti ini terus, rumah benar-benar akan kacau," ucap Juwita dalam hati. Dia tidak suka melihat ibu mertuanya itu menangis terus seperti ini. Jika dikata sedih, ya pastilah sedih akan tetapi Juwita merasa bahwa Sugi sudah berlebihan. Dari malam hingga pagi wanita itu tidak berhenti menangis dan itu cukup mengganggu tidurnya.

Juwita secara perlahan pun memundurkan langkahnya dan pergi dari kamar Sugi. Ia berjalan menuju ke dapur dimana dapur pun tampak sepi.

"Huh sial! Aku lapar sekali tapi tidak ada yang memasak. Apa mereka tidak melakukan pekerjaan mereka? Meski ada orang mati sekalipun, bukankah kehidupan orang lain harus berjalan," kesal Juwita.

Juwita mencoba mencari-cari sesuatu yang ada di dapur, namun tak ada apapun yang bisa dimakan. Rasa kesalnya pun semakin menjadi-jadi. Dengan langkah cepat dia menuju ke tempat dimana para pembantunya berada.

"Sebenarnya kalian itu niat kerja tidak hah? Mengapa tidak melakukan pekerjaan kalian dengan baik?" ucap Juwita marah, kedua alisnya berkerut dan nafasnya sedikit memburu.

"Non? Non Juwita mau apa memangnya?" sahut salah satu pembantu, wajahnya pucat melihat kemarahan Juwita yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Ya kalian lakukan pekerjaan seperti biasa lah. Jangan karena di rumah ini sedang ada kemelut, kalian ikut larut juga. Aku ke dapur tapi tidak menemukan apapun untuk dimakan. Kalian juga tahu kan kalau sekarang aku sedang hamil, seharusnya kalian tetap menjaga asupan makanan ku," Juwita berkata demikian sambil melipat tangannya kedepan dada. Ya dia tak lagi merasa harus menjaga ekspresi wajahnya saat ada di situasi seperti ini.

Sebagai nyonya rumah ini sudah sewajarnya dia memberi teguran kepada para pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Itulah yang dipikirkan oleh Juwita sekarang.

"Oh itu Non, kami sudah menyelesaikannya kok. Non Juwita lihat saja di meja makan. Kami sudah menyiapkan makanan seperti biasa. Kami tidak tahu apa keinginan Juwita, jadi kami memasak seperti yang biasa Nyonya Sugi inginkan untuk sarapan. Dan maaf sekali lagi, untuk pekerjaan lain juga sudah kami selesaikan,"sahut pembantu itu dengan kepala tertunduk.

"Apa?" kaget Juwita. Dia langsung membalikkan badan dan pergi ke ruang makan. Tangannya dengan cepat membuka tudung saji itu, dan benar apa yang diucapkan pembantunya bahwa makanan sudah dimasak dan disajikan.

"Ughhh sialan!" umpat Juwita. Sepertinya dia sangat malu sekarang. Tapi bukan Juwita jika tidak bisa membalik keadaan.

Sambil memegangi perutnya, wanita itu kembali ke tempat para pembantu tadi berada.

"Aku tidak tahu kalau kalian sudah menyelesaikan pekerjaan. Maaf ya aku jadi marah-marah. Situasi rumah sangat kacau, aku sedang hamil jadi semuanya terasa sangat tidak terkendali. Aku sangat sedih dengan Adam dan Asha yang belum ditemukan. Bahkan bapak juga belum pulang mencari mereka. Lalu Ibu, ibu menangis terus. Rasanya benar-benar kacau,"ucap Juwita dengan menampilkan wajah sedihnya.

Sontak hal tersebut membuat para pembantu itu merasa iba. Mereka yang sempat bingung dengan sikap Juwita yang tiba-tiba berkata kasar dan marah itu kemudian menjadi maklum.

"Tidak apa-apa Non, kami mengerti apa yang Non Juwita rasakan. Sekarang Non Juwita makan dulu saja, bagaimanapun Non Juwita sedang hamil jadi harus makan dengan baik. Kalau Non Juwita ingin makanan yang lain, bilang saja kepada kami nanti akan kami buatkan,"ucap pembantu itu.

"Baiklah, terimakasih ya sudah memaklumiku,"kata Juwita.

Wanita itu tersenyum lalu pergi, tentu saja dia tersenyum lebar karena berhasil membuat para pembantu itu percaya dengan apa yang dia ucapkan. Padahal sebenarnya dia sama sekali tidak peduli ucapan para pembantunya.

Bagi Juwita hanyalah agar dirinya tetap dipandang bijak. Ia tidak boleh menunjukkan celah barang sedikit pun di depan para pekerja rumah ini sebelum dirinya menjadi nyonya rumah yang sesungguhnya.

"Lho Mas, ku pikir kamu ke perkebunan?" Juwita merasa heran melihat suaminya yang tengah duduk dan menikmati sarapannya. Untuk ukuran seorang kakak yang adiknya belum diketahui kondisinya, Bimo tampak sangat tenang.

Meskipun Bimo pernah berkata bahwa harus ada orang yang bisa berpikir dengan tenang dan bijak saat situasi yang kacau begini, tetap saja Juwita merasa aneh kepada suaminya tersebut.

"Nanti setelah ini. Ada apa tadi kudengar kamu marah-marah,"sahut Bimo. Rupanya dia mendengar ketika Juwita memarahi para pembantu kediaman Darsuki.

"Biasalah, para pembantu itu kulihat mereka tidak bekerja dengan baik. Ya rumah ini kacau karena Adam dan Asha belum ketemu, tapi seolah semua ikut berhenti,"jawab Juwita. Dia lalu mengambil makanan dan ikut bergabung untuk sarapan bersama Bimo.

"Nah kan, aku bilang juga apa. Harus ada orang yang berpikir sehat di saat seperti ini. Makanya aku kelihatan tenang. Siapa yang tidak khawatir dengan kondisi adik sendiri yang belum jelas. Tapi, bagaimanapun pekerjaan tidak boleh mandek. Itu juga akan memiliki hasil yang buruk,"papar Bimo.

Juwita menganggukkan kepalanya mengerti. Memang benar bahwa semua yang ada harus berjalan sebagai mana mestinya. Jika berhenti karena kesedihan yang menumpuk, maka akan berpengaruh pada keberlangsungan hidup.

"Ya aku mengerti, Mas. Ah iya, kamu sudah memeriksa ibu? Apa ibu masih menangis?" tanya Juwita.

"Iya sudah, ibu sudah tidak menangis. Sekarang dia sedang tidur, mungkin ketiduran karena kelelahan menangis,"sahut Bimo.

Setelah merasa tidak ada lagi yang ingin dibicarakan mereka berdua kembali makan dengan tenang. Juwita tidak makan banyak karena perutnya seolah menolak.

Keduanya mengakhiri sarapan mereka bersama. Bimo memutuskan untuk pergi ke perkebunan, sedangkan Juwita ingin mengantar Bimo sampai ke luar.

Mereka berjalan bersama dalam dia. Dan sesampainya di teras, baik Bimo maupun Juwita terkejut bukan main.

Pemandangan yang ada di depan mereka itu adalah pemandangan yang entah bagaimana mereka bisa gambarkan.

"Ya Allah, Den Adam, Non Asha, syukurlah kalian selama. Semuanya, Den Adam dan Non Asha pulang!!'

Alhamdulillah!!

TBC

1
GiZaNyA
hahaha.. good Adam... emang harus dibikin seneng dulu itu si Bimo... baru nanti digrebek... mudah2an Adam bilang ke Bapaknya untuk ngikutin kemana pun Bimo pergi.. biar cepat selesai masalahnya...
dewi rofiqoh
Bimo pasti klo preman Suruhannya berhasil
Eni Istiarsi
salah cari lawan Bang! 😄
Esther Lestari
Adi masih baik hati gak menghabisi nyawa para penjahat itu
Dew666
🍒🍒🍒🍒
GiZaNyA
mantaappp... bikin orang orang suruhan Bimo bilang misi udah mau selesai terus minta bayaran sisanya ke Bimo... biar langsung dibekukan sama polisi...
GiZaNyA
dasar si Bimo.. tunggu aja nanti pembalasan si Adam kaya gimana...
Dewi kunti
typo nya bertebaran,bnyk kata yg hurufnya kurang🙏
lin
pngen tau lngkah apa yg akan Adam ambil, belajar lah menggunakan logika jgn trllu baik , sayangi nyawa dan istri Lo sendiri, klo gak diselesaikan hdup Lo dalam bahaya terus jdi bertindak lah💪
dewi rofiqoh
Adam dan asha jadi sulit percaya dengan orang lain, secara mereka sengaja disakiti oleh orang terdekat bahkan masih saudara sendiri
Eni Istiarsi
wajar jika Adam dan Asha menjadi tidak mudah percaya pada orang disekitarnya.karena nyata bahkan kakak kandungnya sendiripun ingin melenyapkannya
dewi rofiqoh
Jangan sena dulu nomor! Keinginanmu tak sesuai ekspektasi 🤭🤭,kare author tak merestui 🤭🤭
marie_shitie💤💤
ini nmnya sahabat setia dan mau melakukan apa pun
Aas Jamilah82
eh Juwi jangan marah sama Asha harusnya kamu marah Sama othor yg menjodohkan kamu Sama bimo🤣🤣,
lin
untuk jodohnya adam bkn juwita, si bimo sm juwita pasangan serasi sama2 jahat dan gk bersyukur, smga aj Adam cerita sm org tuanya tp secara diam2 ttg kelakuan kk nya Sklian ksih bukti trus msukin penjara, klo dibiarin ketiga kalinya blm tntu adam sm asha selamat mskipun ada adi yg ngebantu💪👍
Esther Lestari
gak sabar menunggu Bimo jatuh karena kejahatannya😁
Dew666
🍭🍭🍭🍭
dewi rofiqoh
Sock sudah pasti,... Bagaimanapun juga mengetahui bahwa saudaranya sendiri yang tega mencelakainya bahkan berusaha menghilangkan nyawanya. Sabar dam... Setelah ini berpikir jernih dan jangan gegabah. Cari bukti kejahatan bimo
biby
ceritakan sj sm bapakmu dam. setidakx urang tuamu tau kelakuan kakaknu
Dewi kunti
perbuatan 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!