3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti teman lama
Di dalam gedung berukuran sedang itu, tinggalah 5 orang pria tampan yang telah mendirikan bisnis hiburan malam sejak 3 tahun yang lalu.
Walaupun usaha mereka masih tergolong baru jika dibandingkan dengan usaha sejenisnya, tapi pelanggan mereka tidak kaleng-kaleng. Mulai dari istri pejabat, wanita sosialita, sampai aktris yang sudah cukup punya nama pernah menggunakan jasa mereka.
Ke lima pria tampan yang merupakan sahabat sejak masa kuliah itu terlihat sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.
Ada yang sedang berolah raga dengan alat seadanya, ada yang sedang bermain bilyard, ada pula yang hanya sedang berduduk santai di atas sofa sembari menikmati waktu istirahat mereka.
Siang hari adalah waktu istirahat mereka, sedangkan ketika malam tiba mereka harus kembali bekerja keras untuk menghibur para wanita kaya yang sedang kesepian.
"Nino, Aska, Bima, Sakti, Junot, aku pulang!" teriakan Hazel menggema, mengalihkan atensi kelima pria tampan yang Hazel absen namanya satu persatu.
Tanpa menunggu aba-aba kelima pria tampan itu mulai berjalan menghampiri ke arah sumber suara.
"Nino, aku lihat kaca mata yang kau pakai sudah ketinggalan zaman. Aku belikan kaca mata baru yang lebih keren namun memiliki fungsi yang sama dengan kacamata lamamu." Hazel memberikan kaca mata yang baru saja ia beli dari optik pada Nino.
Nino menerimanya dengan wajah sumringah, kemudian mulai mengganti kaca lamanya dengan kacamata yang baru.
"Bagus tidak?" tanya Nino seraya berpose seolah ada kamera di depannya.
"Bagus, ketampananmu meningkat dua kali lipat menggunakan kaca mata baru ini." ucap Hazel yang tak pernah sungkan dalam memuji orang.
"Terima kasih kak." balas Nino diiringi senyuman di wajahnya.
"Kakak tidak adil! Kenapa hanya Nino yang dibelikan kacamata baru? Kenapa kami tidak dapat?" protes Junot yang usianya paling muda di antara mereka.
"Karna hanya Nino yang matanya minus sedangkan kalian tidak." balas Hazel apa adanya.
Tujuan Hazel pergi ke luar rumah memang untuk membeli kacamata baru untuk Nino.
"Pekerjaan kalian menuntut kalian harus selalu berpenampilan menarik bukan? Jadi kalian janga iri pada Nino ya." nasehati Hazel.
Walaupun Hazel dan kelima pria muda itu baru saling mengenal tiga hari yang lalu, tapi kedekatan mereka seperti teman yang sudah saling mengenal sejak lama.
"Iya kak." Balas Aska, Bima, Sakti dan Junot meski dengan wajah sedikit tidak rela.
"Kalian jangan khawatir, siapa bilang aku tidak membelikan apapun untuk kalian. Aku juga membelikan sesuatu untuk kalian kok." Hazel mengangkat kantong belanjaannya tinggi-tinggi.
Aroma makanan lezat menyeruak dari dalam kantong kresek berwarna putih itu.
"Kakak bawa apa? Wanginya enak sekali?" tanya Aska si paling hobi makan.
"Saat sedang dalam perjalanan pulang tadi, Aku mampir dulu ke restoran favoritku. Aku membeli ayam mentega dan udang balado untuk kalian. Cobalah! Kalian pasti suka dengan rasanya." ucap Hazel.
Hazel menarik ke lima pria tampan itu untuk duduk di atas sofa berukuran panjang, sedangkan Hazel duduk di tengah-tengah mereka.
"Terima kasih kak, sejak kau tinggal bersama kami, kami tidak pernah kelaparan lagi. Bahkan berat badanku sudah naik hampir tiga kilo. Bagaimana jika tidak ada wanita yang tertarik denganku lagi?" tanya Aska dengan wajah sendunya.
"Kau tenang saja, kalau tidak ada wanita yang tertarik lagi denganmu. Masih ada aku." Hazel mengedipkan mata genitnya.
"Benar ya, aku pegang kata-katamu." Aska menanggapi candaan Hazel dengan serius.
"Tidak usah ada janji-janjian segala, seperti anak kecil saja." tepis Hazel yang tidak ingin memiliki hutang pada siapapun. Termasuk hutang janji.
"Sekarang makanlah atau kau tidak akan dapat bagianmu." titah Hazel.
Aska tidak banyak berbicara lagi, ia langsung bergabung dengan ke empat temannya yang sudah hampir menghabiskan makanan yang telah dibeli oleh Hazel.
"Kak Hazel, kau begitu baik pada kami. Tapi kami tidak punya cukup uang untuk menggajimu dengan layak, karna usaha kami sedang sepi akhir-akhir ini." lirih Bima yang pemikirannya paling bijak diantara ke lima sahabatnya.
"Kalian tenang saja. Aku sama sekali tidak mengharapkan gaji kok, asal kalian tahu ya uangku masih sangat banyak. Cukup berikan aku tempat tinggal yang nyaman, dan lindungi aku dari orang-orang yang ingin menyakitiku. Kalian tahu sendirikan kalau aku tinggal sebatang kara di kota ini." pinta Hazel.
Hazel bukannya tidak tahu kalau orang-orang suruhan sang suami sedang mencarinya hingga sampai ke kota X tempatnya berada sekarang. Hazel selalu dihantui ketakutan kalau dirinya akan ditangkap sewaktu-waktu.
"Kakak tenang saja. Kami akan selalu melindungi kakak walau nyawa kami jadi taruhannya." ucap Sakti yang memiliki tubuh paling atletis karna rajin berolah raga.
"Aduh, kalian ini menggemaskan sekali. Berkat kalian semua aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini." Hazel mencubit pipi ke lima pria yang usianya selisih beberapa tahun di bawah dirinya dengan gemas.
"Hazel! Dihadapanku berani sekali kau menggoda pria lain!" pekik Yusuf yang entah sejak kapan berdiri di belakang mereka.
"Siapa om-om galak itu? Kenapa dia marah-marah sama kakak?" tanya Nino.
"Aku gak kenal kok, sepertinya dia orang jahat yang ingin menyakitiku." cicit Hazel.
Mendengar kata-kata Hazel, kelima pria itu mulai pasang badan untuk melindungi Hazel seperti janji mereka.
"Mau apa kalian?!" langkah Satria mundur ke belakang kala Nino, Aska, Bima, Sakti dan Junot mulai berjalan ke arahnya.
Walau sebesar apapun kekuasaan Yusuf, tapi ia hanya sendirian sekarang.
Bersambung.