Annette seorang bangsawan miskin yang tinggal jauh dari kekaisaran. Hidupnya terbilang sederhana akan tetapi penuh kebahagiaan. Hingga suatu hari masalah muncul di hidupnya.
Utusan kekaisaran tiba-tiba datang kerumahnya dan mengatakan jika dirinya telah menikah dengan kaisar dengan cara yang tidak diduga.
"Aku tidak mau! Aku mau cerai!"
Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Annette bisa bercerai atau tidak? Ayo pantengin terus ceritanya di "KAISAR AYO BERCERAI!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelinci
Annete mengernyitkan dahinya saat mendapati Aldrich yang berjalan perlahan kearahnya.
"Ke-kenapa Anda mendekat?" tanyanya.
Aldrich tidak mengatakan apapun namun ia sudah berdiri tepat di depan Annete.
"Ha!" kaget Annete saat melihat bagaimana Aldrich meletakkan kedua tangannya di sisi kanan dan kirinya.
"Ya-yang mu-mulia..." gugupnya.
Wanita itu bisa mendengar jelas nafas Aldrich yang tenang dan juga bau harum dai tubuh pria tersebut.
"Takut?" tanya Aldrich dengan senyuman menggoda di wajahnya.
"Ti-tidak...sa-saya ti-tidak..." gugupnya. Jantung Annete bahkan berdetak sangat kencang.
Mendengar hal tersebut Aldrich justru semakin mendekatkan wajahnya pada Annete.
'Dia gila!' wanita itu dengan cepat menutup matanya.
'Apa dia akan mencium ku?'
"Aw!" pekik Annete kala Aldrich mencubit pipinya.
"Apa yang kau pikirkan?" godanya dengan menjauhkan tubuhnya dari Annete.
"Anda..!"
"Ternyata kau yang mesum," ejeknya lalu kembali ke kamar mandi dengan pakaian yang akan ia gunakan.
"Yang mulia!" pekik Annete.
Sedangkan di kamar mandi, Aldrich berdiri dengan bersandar pada pintu. Ia menutup wajahnya dengan tangan.
"Tadi benar-benar berbahaya," gumamnya dengan kedua telinga yang memerah.
Beberapa saat kemudian keduanya telah siap, namun sejak kejadian tadi mereka sama sekali belum berbicara apapun. Benar-benar sangat canggung.
Annete menggigit bibir bawahnya dengan terus memperhatikan Aldrich dengan sudut matanya.
"Apa yang kau lihat?" tanyanya.
"Tidak ada yang mulia, hmm bukankah desa ini terlihat begitu sepi. Bahkan saya tidak lagi bertemu dengan nyonya rumah yang kita tumpangi."
Sebenarnya Annete hanya ingin mengalihkan perhatian namun, desa ini memang terlihat begitu sepi setelah ia perhatikan.
"Mereka sudah pergi," jawab Aldrich.
"Kemana? kenapa begitu tiba-tiba?" tanya Annete. Sepanjang perjalanan kali ini ia sama sekali tidak bisa menemukan benang merah dari semua kejadian. Padahal biasanya, Annete akan langsung paham dengan apa yang terjadi. Namun, di tempat ini semuanya benar-benar terasa sangat rumit.
"Aku tidak tahu," jawab Aldrich dengan ekspektasi datarnya.
'Aneh, aku selalu merasa dia memiliki sesuatu yang di sembunyikan.'
Perjalanan terus berlangsung dengan keheningan. Hingga langkah kaki Annete terhenti saat melihat sesuatu yang tidak jauh darinya.
"Apa itu?"
Tanpa mengatakan apapun ia langsung berjalan ke tempat yang menurutnya aneh, meninggalkan Aldrich yang telah berjalan lebih dahulu darinya.
"Kelinci?"
Annete sedikit terpaku kala melihat kelinci yang keluar dari semak yang sedari tadi bergerak.
"Wah lucunya!"
wanita itu menundukkan badannya, siapa yang tidak akan terpesona pada hewan dengan bulu putih yang begitu lembut.
"Sayang sekali aku tidak memiliki makanan, jika ada maka aku akan memberikanmu sebuah wortel," jelas Annete pada kelinci yang sudah pasti tidak akan mengerti perkataanya.
"Kau harus pergi, tempat ini sangat berbahaya."
Annete mengedipkan matanya beberapa kali saat tidak sengaja mendengar kelinci itu berbicara.
"Ini pasti hanya khayalanku saja, mana ada kelinci yang bisa bicara."
"Terserah padamu, tapi kau harus pergi dari tempat ini sebelum terlambat. Aku sarankan kau untuk menjauhi pria dengan rambut putih dan mata merah," jelasnya.
"Ha! kau benar-benar bisa bicara!"
"Terserah padamu, aku mau pulang." Setelahnya kelinci tersebut hilang begitu saja.
"Dia menghilang? Apa itu siluman?" panik Annete bahkan wajahnya terlihat begitu pucat.
'Atau jangan-jangan itu adalah hantu kelinci.'
"Tapi, apa ada hantu kelinci?" gumamnya.
"Apa yang kau pikirkan?"
"AKH!" Annete benar-benar terkejut ketika Aldrich yang begitu tiba-tiba ada di belanganya.
"Kenapa kau sangat suka berteriak?" kesal Aldrich.
'Rambut putih dan mata merah, jelas sekali jika itu adalah ciri-ciri Aldrich. Tapi kenapa hantu kelinci itu mengatakan untuk menjauh darinya?'
Batin Annete dengan terus memperhatikan Aldrich.
'Tapi, siapa juga yang mau dekat dengan manusia ini. Aku juga ingin menjauhinya tapi bagaimana caranya?'
"Terkadang aku ingin sekali membelah kepalamu dan melihat apa yang sedang kau pikirkan," ujar Aldrich yang membuat Annete tersadar dari pikirannya.
"Saya tidak memikirkan apapun, jadi Anda tidak perlu membelah kepala saya hehehe."
'Dasar psikopat!'
Aldrich tidak mengatakan apapun lagi dan ia beranjak pergi begitu saja. Annete hanya bisa mengikutinya dari belakang. Walaupun mereka terlihat sedikit dekat tapi Annete benar-benar tidak bisa untuk berjalan berdampingan.
"Yang mulia awas!" pekik Annete saat melihat sebuah panah yang entah dari mana asalnya melaju ke arah Aldrich.
Walaupun ia tidak menyukai Aldrich. Namun, langkah kakinya justru berlari ke arah pria tersebut. Bahkan tanpa berpikir panjang Annete juga menjadi perisai bagi Aldrich.
"BUGH!" mereka terjatuh di tanah dengan Aldrich di bawah sedangan Annete di atasnya.
"Anda baik-baik saja yang mulia? Apa ada yang terluka?" tanya Annete dengan begitu serius. Sedangkan Aldrich hanya terdiam kaku dengan terus memperhatikan wajah Annete yang berada di atasnya.
"Yang mulia! Anda baik-baik saja?" ulang Annete dengan sedikit berteriak.
"Kenapa?"
"Ha?"
"Kenapa menolongku?" tanya pria tersebut. Tentu saja ia mengetahui keberadaan panah tersebut dan Aldrich juga bisa menghindarinya dengan mudah. Namun, ketika ia mendengar teriakan Annete serta bagaimana wanita itu berlari kepadanya membuat Aldrich merasa ingin di selamatkan.
"Anda bertanya kenapa saya menolong Anda? Tentu saja saya melakukannya karena Anda pasti akan melakukan hal yang sama jika itu saya," jelas Annete. Ia tahu betul bahwa Aldrich telah menolongnya begitu banyak. Jadi, anggap saja ini semua sebagai balasan dari Annete.
"Hahaha," Aldrich tiba-tiba saja tertawa. Ini adalah tawa pertama yang Annete lihat dari pria ini.
"Apa Anda sedang mengejek saya yang mulia? Saya tahu bahwa saya tidak sehebat Anda tapi sa...hmmph."
Mata Annete membulat kala Aldrich justru membungkamnya dengan bibirnya.
'Dia menciumku?'
"Yang mulia Anda hmmph...."
Annete benar-benar tidak di berikan waktu berbicara. Ketika dia ingin menjelaskan sesuatu tapi pria tersebut akan terus menyerangnya.
'Ya tuhan, tolong selamatkan bibirku.'
cari bahagia sendiri daripada sakit hati
di tunggu double up ny😍😍
semangat thor
kamu lucu annet