Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Hari sudah malam, namun Carla masih berada di rumah sakit. Setelah selesai memeriksa pasien nya, Carla mengajak Hana untuk makan malam.
"Makan di kantin saja Dok, soalnya saya masih kerja," ujar Hana.
"Kita keluar sebentar, lagipula tugas kita sudah selesai," ucap Carla.
Hana yang tidak enak menolak pun mengikuti kemauan Carla. Mereka masuk ke dalam mobil, Carla pun segera menjalankan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit.
Mobil melaju ke sebuah tempat jajanan pinggir jalan. Carla memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari tempat keramaian.
"Dok maaf, apa dokter yakin mau makan di tempat seperti ini?" tanya Hana pelan.
"Kenapa? Kamu gak mau?" tanya Carla balik.
"Bukan begitu maksud saya, dokter orang kaya. Biasanya orang kaya memilih restoran mewah untuk tempat makan," jawab Hana.
Carla hanya tersenyum lalu menggandeng tangan Hana menuju gerobak soto Betawi. Keduanya duduk di bangku kayu dekat gerobak itu.
Carla pun memesan dua porsi soto Betawi. Dengan senang hati pedagang itu melayani mereka.
"Hana, mungkin sebagian orang akan berpikir, orang kok mau makan di tempat seperti ini? Coba kamu pikir, dengan kita makan di tempat seperti ini, kita bisa membantu perekonomian keluarga mereka dengan membeli satu atau dua porsi jualan mereka," ungkap Carla.
Pedagang soto pun tersenyum mendengar ucapan Carla. Benar, kebanyakan orang kaya akan memilih tempat yang menurut mereka layak.
Sementara Hana terdiam mendengar ucapan Carla. Dia semakin kagum dengan Carla yang memang baik hati.
"Dokter tidak ingat saya?" tanya Hana tiba-tiba.
Carla mengerutkan keningnya tidak mengerti. Carla mencoba mencerna pertanyaan Hana padanya.
"Sudahlah, pasti dokter lupa dengan saya," kata Hana.
"Tunggu-tunggu, maksudnya apa?"
"Tiga tahun yang lalu dokter menyelamatkan ibu saya. Kebetulan waktu itu saya masih belum kuliah. Dan hidup kami sangat sulit, namun berkat pertolongan dokter, kehidupan kami mulai membaik. Bahkan biaya perawatan pun dokter yang tanggung," ungkap Hana menjelaskan.
Carla mencoba mengingat-ingat tiga tahun lalu. Tapi dia lupa saking banyaknya orang yang sudah di tolong nya.
Kalau cuma satu atau dua orang mungkin dia bisa mengingatnya. Lagipula Carla tidak pernah mengingat orang-orang yang di tolong nya. Tapi orang yang di tolong nya tetap mengingat nya sampai kapanpun.
"Maaf aku tidak ingat, mungkin karena aku terlalu fokus pada pekerjaan sebagai seorang dokter," ujar Carla.
"Gak apa-apa Dok, tapi aku tetap ingat kebaikan dokter pada keluarga ku. Itu sebabnya aku ingin menjadi seorang dokter seperti dokter Carla. Agar aku bisa menolong orang tanpa pamrih," ungkap Hana.
Hana pun menceritakan tentang kejadian itu. Di mana waktu itu ibunya korban tabrak lari. Sementara dirinya dan ayahnya tidak memiliki uang untuk biaya pengobatan.
Beruntung ada dokter baik hati yang menanggung semua biaya pengobatan hingga sembuh. Bahkan Carla memberikan modal untuk usaha kecil-kecilan kepada ayah Hana.
"Jadi orang-orang yang ada di sekitar ku ternyata sudah ada sebelum aku transmigrasi ke zaman kuno. Aku baru tahu, jika tidak ada kejadian itu, aku tidak akan tahu," batin Carla.
Pesanan mereka pun siap, Carla dan Hana berhenti ngobrol dan mulai makan. Tidak butuh waktu lama, soto yang mereka santap pun habis.
Carla pun membayar makanan tersebut, namun sebelum sempat mereka pergi, beberapa orang preman minta setoran kepada pedagang di tempat ini.
"Bayar, bayar, bayar. Ayo bayar jika ingin tetap aman," kata ketua preman itu.
Pria itu pun membayar sejumlah uang yang di minta oleh preman tersebut. Asalkan menurut, preman itu tidak akan menganiaya mereka yang berjualan.
"Apa memang seperti ini Pak?" tanya Carla.
"Iya Nak, bahkan setiap hari," jawab pria itu.
Carla mengepalkan tangannya kuat, dia tidak suka dengan orang yang menindas orang lain hanya demi uang.
Carla bangkit dari duduknya, Hana juga ikut bangkit karena mengira Carla akan pulang. Namun Carla memintanya untuk tetap di sini.
Hana pun menurut dan kembali duduk. Sedangkan Carla berjalan menghampiri preman-preman itu. Dengan bangganya ketua mereka mengipas kan duit ke wajahnya.
"Lumayan pendapatan hari ini," ucap si ketua preman.
Namun dengan cepat Carla merampas uang tersebut dari tangan preman itu. Preman itu kaget karena ada orang yang berani merampas uangnya.
"Hei kembalikan!"
"Ambil sendiri kalau bisa."
"Cari mati ya? Sini kembalikan!'
Carla mengipas kan uang itu meniru kan ketua preman tadi. Para pedagang pinggir jalan sampai menghentikan kegiatan mereka melihat pemandangan itu.
"Hei kalian, tangkap cewek itu!"
"Ah iya bos," ujar salah satu dari mereka.
Mereka berjumlah 5 orang, namun yang maju hendak menangkap Carla 4 orang. Carla memang menunggu mereka menyerang, barulah Carla akan bertindak.
"Eits tunggu! Masa sama cewek keroyokan."
Mereka berhenti, namun satu orang maju hendak menangkap Carla. Carla tersenyum, tanpa berkata apa-apa Carla memutar tubuhnya dan mengangkat kakinya.
Tendangan Carla tepat mengenai kepala pria itu. Pria itu terhuyung, kepalanya pusing dan ambruk ke tanah.
"Sial, kita di tipu!" umpat salah satu dari mereka. Kemudian mereka pun maju secara bersamaan. Hanya bos mereka yang tidak.
"Waduh, cewek kok di keroyok," ucap Carla.
Mengingat rekannya yang tumbang hanya dengan satu tendangan, mereka tidak percaya lagi dengan ucapan Carla.
Ketiganya menyerang secara bersamaan, namun Carla menghindar dari dua serangan dan menangkis serangan yang satunya.
Mereka kembali menyerang, namun kali ini Carla lebih memilih melawan mereka. Satu persatu mereka menendang Carla tanpa jeda.
Carla mundur sambil menangkis tendang tersebut. Hingga pada akhirnya Carla pun mulai serius.
Satu tendangan keras mendarat di perut salah satu preman itu. Preman itu mundur dan terjatuh ke tanah.
Para pedagang dan pengunjung tempat itu merasa takjub dengan kehebatan Carla. Cuma Hana yang merasa khawatir dengan Carla.
"Pak tolongin teman saya," pinta Hana kepada pedagang soto.
"Ah iya," ucap pria itu.
Lalu ia memprovokasi pedagang yang lain untuk membantu Carla. Mereka para pedagang pun maju dengan membawa apa saja yang bisa di gunakan untuk menghajar preman-preman itu.
Bahkan ada yang membawa sendok sayur sebagai senjata. Mereka maju bersama untuk menghajar preman-preman itu.
Ketua preman mulai panik dan hendak kabur, namun pedagang-pedagang itu sudah mengepung nya.
Tidak ada pilihan, ketua preman itu hanya bisa pasrah saat di hajar oleh pedagang-pedagang itu.
Sementara Carla juga sudah mengalahkan keempat preman-preman itu. Carla pun menghentikan mereka karena tidak ingin ketua preman itu mati.
"Cukup, cukup jangan sampai bapak-bapak semua membunuh. Sebaiknya serahkan kepada yang berwajib," kata Carla.
Mereka pun setuju. Carla juga mengingatkan agar jangan takut di kemudian hari. Bersatu untuk melawan kejahatan maka insya Allah kita akan menang. Begitulah ucapan Carla untuk memotivasi mereka.