Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 33
Mobil Zayn baru saja sampai di halaman rumahnya, ibu Zubaidah yang sedang berada di taman depan melihat mobil putranya balik lagi seketika mematikan air kran untuk menyiram tanaman di sana. Dengan kening berkerut, ibu Zubaidah sedikit heran dengan anak menantunya yang tiba-tiba kembali.
"Ada apa, Zayn? Kok balik lagi?" tanyanya dengan wajah khawatir menatap Nasya yang masih menangis.
"Nanti Zayn ceritakan di dalam, Zayn mau mengantar Nasya dulu ke kamar." sahutnya dan sang ibu pun mengangguk sembari menatap keduanya yang berjalan menjauh.
Zayn memeluk bahu Nasya membawanya masuk ke dalam rumah, keduanya menaiki tangga secara bersamaan. Sedangkan ibu Zubaidah yang penasaran hanya menunggu putranya di ruang keluarga.
Tak lama, Zayn menghampiri sang ibu untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi tadi di perusahaan. Agar sang ibu tidak lagi khawatir dengan keadaan Nasya.
"Ada apa dengan Nasya, Nak?" tanya ibu Zubaidah setelah Zayn duduk di sampingnya.
"Angel, Ma. Dia kembali cari masalah, tapi semuanya sudah beres." sahutnya seraya melonggarkan dasinya di leher.
"Angel? Cari masalah apa lagi dia? Nggak ada kapoknya ya itu anak!" kesal ibu Zubaidah.
"Huuuft... Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia menghampiri Nasya dan menamparnya dengan keras. Dia memaki Nasya di depan semua orang yang ada di perusahaan." jelasnya panjang lebar membuat mata ibu Zubaidah membulat sempurna.
"Apa? Mantu Mama di tampar dan di maki sama dia? Kurangajar! Terus, kamu diam saja?" dengan nada tinggi ibu Zubaidah menatap Zayn dengan mata melotot.
"Sabar dulu, Ma. Zayn belum selesai bercerita." balasnya berusaha menenangkan sang ibu.
"Ya sudah, cepat ceritakan!"
Zayn menceritakan semuanya dengan sangat detail, dia menceritakan semua dari awal hingga akhir bahkan sampai Angel berteriak histeris saat di bawa polisi pun tak ketinggalan. Ibu Zubaidah yang sudah mendengar semua cerita dari sang putra akhirnya bernafas lega.
"Hmm... Bagus lah kalau begitu. Jangan kasih dia kesempatan untuk berkeliaran di luar sana, Mama nggak terima mantu kesayangan Mama di sakiti olehnya." Zayn hanya tersenyum mendengar ibunya yang mengomel tak ada habisnya.
Dia lalu bersandar di sandaran sofa dengan menghembuskan nafas pelan. Pria itu melirik ibunya sekilas lalu kembali mengeluarkan suaranya.
"Besok aku akan membawa Nasya berlibur, Ma. Mama mau ikut?"
Ibu Zubaidah menoleh menatap sang putra dengan kening berkerut. Seakan memberikan beberapa pertanyaan dari ekspresi yang ibu Zubaidah lihatkan.
"Berlibur? Ke Bali? Memangnya nggak ada kerjaan di kantor?" tanyanya.
"Meeting semuanya Zayn tunda sampai minggu depan, Zayn ingin Nasya sejenak melupakan masalah yang tadi. Gimana menurut Mama?" balas Zayn dan ibu Zubaidah menganggukan kepalanya berkali-kali.
"Bagus itu, sering bawa istri mu liburan. Agar Mama bisa cepat dapat cucu, Nak."
Mendengar ucapan sang ibu, bibir Zayn yang tadinya tersenyum lebar seketika menciut. Lagi-lagi cucu yang di harapkan sang ibu.
"Insyaallah, doakan saja yang terbaik."
Keduanya terus mengobrol hingga waktu makan siang tiba, Nasya yang masih istirahat pun di biarkan oleh Zayn agar pikirannya sedikit lebih tenang.
~
Malam harinya di meja makan, Zayn, Nasya dan ibu Zubaidah makan malam bersama. Mereka juga sambil mengobrol di meja makan untuk menciptakan keakraban di rumah itu.
"Jadi, tidak usah kau pikirkan si wanita sakit jiwa itu, Sayang. Dia sudah di beri hukuman yang setimpal, fokus pada rumah tangga mu dengan Zayn, Nak." ujar ibu Zubaidah setelah selesai membahas semuanya.
"Iya, Ma. Terimakasih sudah memberi dukungan pada Nasya." balasnya menggenggam erat tangan ibu Zubaidah dan tersenyum.
"Ingat Zayn, jaga mantu Mama selama di Bali. Jangan pernah biarkan dia sendirian di mana pun berada. Mengerti?!" ungkapnya memberi peringatan pada sang putra.
"Iya, Ma. Berarti kalau Nasya lagi mandi, Zayn juga harus ikut masuk ke dalam kamar mandi, Ma?"
"Uhuk...Uhuk...Uhuk..."
Mendengar ucapan sang suami, Nasya pun tersedak dengan makanannya sendiri. Dia tidak menyangka, Zayn akan bertanya soal itu pada sang ibu hingga membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus karena menahan malu.
"Ish...! Kamu ini, jahil sekali jadi suami. Lihat, mantu Mama jadi tersedak gara-gara kamu!" kesal ibu Zubaidah memukul pelan bahu Zayn dan menghampiri Nasya untuk memberikan minum.
Saat ibu Zubaidah memberikan minum pada Nasya, Zayn hanya tersenyum sesekali melirik sang istri karena memang sengaja menggodanya. Agar di Bali nanti keduanya tidak terlalu canggung.
.
Satu jam sudah mereka menghabiskan waktu di ruang keluarga setelah makan malam. Mereka saat ini sudah berada di kamar masing-masing. Nasya sekarang sedang sibuk mengemasi barang di dalam koper untuk kepergiannya besok bersama sang suami ke Bali. Sedangkan Zayn yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sofa sudut kamarnya beranjak menghampiri sang istri.
"Belum selesai?" tanyanya sembari melihat isi koper Nasya, dan wanita itu menggeleng sebagai jawaban. "Bawa apa saja? Kita di sana hanya tiga hari, tidak perlu membawa banyak. Kita di sana juga akan berbelanja untuk di bawa ke Jakarta." sambungnya.
"Aku hanya membawa gamis, mukenah, baju tidur, handuk dan pakaian bepergian juga peralatan makeup. Itu saja." ungkap Nasya menoleh menatap suaminya di samping.
"Lalu, pakaian dalamnya nggak bawa?"
Pertanyaan Zayn berhasil membuat hidung Nasya kembang kempis, jujur dia sangat malu dengan sikap Zayn yang akhir-akhir ini lebih agresif dan menggodanya.
"Apa harus aku kasih tahu juga kalau aku membawa pakaian dalam ku?"
Zayn tersenyum simpul mendengar jawaban istrinya, sedangkan Nasya memilih mengakhiri kegiatannya membereskan barang ke dalam koper. Dia menutupnya dengan sedikit kasar lalu menaruhnya di samping lemari. Dia akan melakukannya lagi besok pagi sebelum berangkat.
~~
Kini hari berganti pagi, Nasya selepas sholat subuh kembali melanjutkan membereskan barangnya ke dalam koper. Sedangkan Zayn masih membersihkan diri di kamar mandi untuk bersiap lebih dulu. Setelah itu baru lah akan membantu sang istri membereskan semuanya.
"Gimana, semuanya sudah siap?"
Nasya otomatis berbalik melihat suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang ia lilitkan di pinggang. Hal itu sontak membuat jantung Nasya tidak bisa di kondisikan.
Dia menatap bagian pinggang hingga perut seksi suaminya yang terlihat indah di matanya. Namun, itu tak berangsur lama. Nasya seketika kembali berbalik menghadap ranjang.
"Nasya..."
"Ya! Kenapa?" sahutnya gugup kembali menoleh.
"Semuanya sudah siap?" tanyanya lagi.
"Eemm... Sudah, sudah siap semuanya. Aku... Aku mau mandi dulu." dengan sangat gugup, Nasya berusaha menghindari Zayn yang masih basah bertelanjang dada.
Baru saja satu langkah, kaki Nasya terhenti karena Zayn menahannya. Wanita itu tentu saja menabrak tubuh suaminya yang masih basah. Mata Nasya berkedip cepat menatap kedua netra sang suami yang tiba-tiba menariknya.
"Mau mandi?" tanya Zayn dan Nasya mengangguk ragu. "Mau aku temani?"
Dag...Dug...Dig...Dug...
...****************...
smg ibunda husnul khotimah diterima amal ibadah dan dimaafkan
dosa dan kesalahnya mdpt t 4 terbaik disisinya kelg ihlas melepas sowan ibudanya.Aamiin