Istri Rahasia Tuan Dewa

"Sayang mana dasi ku?" Dewa berdiri di depan cermin sembari mengancingkan kemeja putihnya. Biasanya Vania sudah menyiapkan dengan komplit stelan kerjanya tapi pagi itu Vania melupakan dasi untuk Dewa.

Vania keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat, ia merasa mual dan lemas.

"Vania kau kenapa?" tanya Dewa cemas.

"Aku tidak enak badan kak"

"Kalau begitu kita ke rumah sakit!" Dewa merangkul bahu Vania.

"Tidak perlu aku hanya masuk angin biasa, nanti siang jika belum membaik aku akan periksa, kakak pergilah ke kantor"

"Alu akan menemani mu Vania"

"Tidak perlu, sebaiknya kakak ke kantor ada meeting dengan kolega baru kan?"

Dewa terdiam sesaat pagi ini ia memang akan ada meeting dengan kolega baru perusahaan.

"Baiklah tapi jika terjadi sesuatu cepat telepon ya?" Dewa menatap Vania dengan wajah cemas. Ia sebenarnya tidak tega melihat Vania yang pucat dan lemas.

"Iya kak"

Jadilah Dewa berangkat ke kantor sementara Vania berbaring saja. Tidak lama ponselnya berbunyi ada telepon dari mama mertuanya mengajak bertemu di salah satu restoran. Vania yang masih tidak enak badan menyanggupi ajakan mama mertunya karena merasa tidak enak jika menolak. Ia datang ke Western resto. Di lihatnya di salah satu meja mama duduk di temani seseorang. Orang itu adalah Daniela.

Vania mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu kenapa di sana juga ada Daniela. Ini hanya kebetulan atau mama sengaja mengajak mantan menantunya ikut bergabung makan siang.

"Selamat siang ma..." sapa Vania ragu ia memandang ke arah Daniela yang tersenyum sinis padanya.

"Eh Vania ayo duduklah" kata mama cuek masih terlihat mengobrol dengan Daniela. Sementara Daniela sengaja memanasi Vania ia terlihat begitu akrab dan dekat dengan ibu dari mantan suaminya.

"Ayo kita pesan" kata mama membuka buku menu.

Vania melihat menu di buku itu ia sama sekali tidak tertarik dan rasanya ia mual sekali melihat gambar makanan terpampang disana.

"Mama pesan ini saja" kata Daniela.

"Ah Daniela kau masih ingat ya makanan kesukaan mama" kata mama menyindir Vania.

Vania hanya terdiam melihat perilaku dua wanita di hadapannya yang duduk bersebelahan. Hanya saja yang membuat Vania tidak tahan adalah rasa pusing dan mual yang menjadi jadi. keringat dingin terlihat di dahinya.

"Ma Vania minta maaf karena harus pergi ke rumah sakit Vania tidak enak badan" kata Vania.

"Huh kenapa bisa sakit sih seharusnya kau jaga kesehatan Vania agar bisa merawat suamimu dengan baik! Makan makanan yang sehat olah raga yang rajin! Ini malah sakit"

Daniela tersenyum puas melihat Vania kena marah mertuanya.

"Maaf ma tapi bisakah makan siang nya lanjut lain kali saja?"

"Vania kau ini bagaimana? Tidak menghargai undangan dari mama ya?" kata Daniela pedas.

"Bukan begitu tapi..."

"Yasudah pergi sana! Nanti mama akan protes sama Dewa bagaimana ia mendidik istrinya!" kata mama ketus. Entah kenapa ibu mertuanya bisa berubah jauh lebih judes ketika bersama Daniela. Mungkin mama mertuanya nya itu sudah terpengaruh oleh Daniela.

Vania tidak lagi peduli, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi keluar dari restoran. Di depan restoran ia tidak sengaja bertemu Indrawan.

"Vania...hai kau disini juga?" sapa Indra sembari tersenyum cerah. Vania memegangi pelipisnya rasa pusing kian menjadi hingga semua terasa gelap, Vania pingsan.

Saat tersadar Vania berada di ranjang rumah sakit. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Kau susah sadar?" Vania terkejut mendengar suara pria berada di ruangan itu. Ia menajamkan penglihatannya yang masih terasa kabur. Indra nampak berdiri di depan ranjang Vania.

"Kau..? Kenapa aku disini?" tanya Vania.

"Tadi kita tidak sengaja bertemu di restoran dan kau pingsan jadi aku membawa mu kemari, kata dokter kau sedang mengandung" wajah indra sedikit terlihat kecewa.

"Apa? Jadi aku hamil?" Vania terdiam sesaat ia tersenyum haru.

Kak Dewa pasti akan sangat senang mendengar berita ini.

Tanpa mempedulikan Indra di ruangan itu Vania meraih ponselnya dari dalam tas. Ia mencoba menelpon Dewa tapi tidak di angkat. Sepertinya suaminya sedang sibuk di kantor.

"Aku ingin pulang" kata Vania. Ia merasa canggung berlama-lama di satu ruangan bersama mantan kekasihnya.

"Aku akan mengantar mu Vania" kata Indra.

"Tidak perlu, bisakah kau membantuku memesan taxi saja?"

Indra menyadari jika Vania mungkin takut Dewa akan salah paham jika ia mengantarnya pulang.

"Baiklah aku akan pesan taxi untuk mu, tapi bolehkah aku membantu mu berjalan keluar sampai loby rumah sakit? Setidaknya aku memastikan kau baik-baik saja"

Vania menggeleng ia tidak mau terlihat berdua bersama Indra meski di tempat umum sekalipun. tapi apa Daya Vania masih merasa sedikit pusing hingga ia memerlukan bantuan Indra.

Indra berjalan di belakang Vania memastikan gadis itu tidak pingsan lagi. Ketika akan memasuki taxi Vania hampir terjatuh Indra refleks memegang bahu Vania.

Keduanya tidak sadar jika ada yang memanfaatkan situasi itu dan mengambil gambar mereka. Tentu saja orang itu adalah Daniela. Dulu ia menjebak Vania dengan Rafly tapi gagal kali ini ia yakin pasti berhasil. Apa lagi jika Dewa sampai tahu kalau Indrawan adalah mantan kekasih Vania.