Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 35
"Turunlah.. Aku ingin memeriksa pekerjaanku."
Masih berada di pangkuan Nathan, Brianna melepaskan satu persatu kancing piyamanya, ia tidak mengindahkan ucapan Nathan. Nathan diam, tidak memberikan reaksi apapun atas godaan yang dilakukan Brianna. Hingga kain berbahan sutra itu terjatuh memperlihatkan lekukan tubuh indahnya, pria itu masih tetap sama. Menatapnya dengan diam.
Brianna tidak menyerah. Ia ingin melepaskan kemeja Nathan, sontak Nathan menahan tangan wanita itu. "Apa kau tidak mendengar perkataan ku tadi? apapun yang kau lakukan tidak akan membuatku tergoda Brianna. Lebih baik kau turun, lalu kenakan pakaianmu." Nathan menghentakkan tangan Brianna dengan kasar. Hati Brianna pedih, Ia tidak terima atas perlakuan Nathan terhadapnya. Tentu ada alasan dibalik sikap Nathan yang acuh, tapi wanita itu tidak pernah menyadari kesalahannya.
"Sebenarnya ada apa denganmu, Nathan?" Brianna mengelus rahang Nathan, mencoba merayu pria itu. "Kau banyak berubah."
Nathan mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya. "Baiknya kau koreksi dirimu sendiri, Brianna. Keluarlah! aku tidak ingin di ganggu." Usir Nathan.
Brianna segera turun dari pangkuan Nathan. Ia memunguti pakaian lalu memasangnya kembali. Selepas kepergian wanita itu, Nathan menghubungi Gabriel.
.
.
.
Keesokan paginya, Nathan tersenyum melihat putranya menggeliat di bawah selimut. Akhir-akhir ini, Nathan tidur bersama Marvell di kamar putranya itu. "Hei Son, mau sampai kapan kau akan tidur hmm?" Nathan menggoyahkan tubuh Marvell, menghadiahi banyak kecupan di wajah Marvell.
"Apa kau tidak ingin menikmati sandwich isi daging asap dengan lelehan keju buatan Bibi Ellen? Jika kau tidak bangun juga, Daddy yang akan memakan jatah sandwich-mu." Kata Nathan sambil menggelitik pinggang Marvell, membuat putranya membuka mata sambil tertawa.
"Apa pagi hari ini kita jadi pergi, Dad?"
Nathan memasang raut wajah sedih. "Maaf Son, hari ini Daddy harus menghadiri rapat." Helaan napas Marvell terdengar. Wajah mungil itu berubah murung, bibirnya mengerucut beberapa centi, membuat wajahnya terlihat menggemaskan.
"Sepertinya hari ini aku akan menghabiskan liburku dengan membaca."
Nathan melengkungkan bibirnya membentuk senyuman. "Daddy hanya becanda."
"Jadi hari ini kita akan bersenang-senang, Dad?" Nathan mengangguk, Marvell lantas berdiri di atas tempat tidurnya, lalu melompat-lompat. "Yes, yes!! Aku ingin ke taman hiburan, Dad. Aku ingin naik bianglala Carousel, melihat pertunjukan lumba-lumba, melihat sulap. Aku juga ingin makan es krim dengan rasa strawberry, kata Aunty Joana rasa strawberry sangat enak, dan aku juga ingin makan gulali di dekat sungai Aare. Apa Daddy bisa mewujudkannya?"
"Tentu saja," Nathan menyentil hidung Marvell dengan gemas. "Daddy akan memenuhi permintaanmu. Apa kau senang?"
"Ya, aku sangat senang, Dad."
"Sekarang saatnya kau mandi, Daddy yang akan memandikan-mu."
"Oh Daddy ku yang terbaik." Marvell menjatuhkan dirinya di pelukan Nathan yang disambut Nathan.
Sayangnya, Daddy tidak sebaik yang kau pikirkan, Son. Maafkan Daddy.
"Aku menyayangimu, Dad."
"Daddy juga menyayangimu. Sekarang saatnya mandi." Nathan yang duduk di tepian tempat tidur, merubah posisinya, membelakangi Marvell. "Naiklah, Daddy akan menggendong-mu."
Marvell melompat menaiki punggung Nathan, memeluk lehernya dari belakang. Nathan beranjak, menggendong Marvell masuk ke kamar mandi. "Kau ingin mandi hujan or mandi di bathtub?"
"Di bathtub Dad, dengan busa yang melimpah."
Nathan menurunkan Marvell. Ia menyiapkan air dan menuangkan sabun cair di dalam bathtub. "Air busa sudah siap, Son. Bukalah pakaianmu."
Setelah memandikan Marvell, Nathan membantu Marvell memakaikan pakaian, menyisir rambut Marvell. Bahkan Nathan juga menyiapkan keperluan Marvell untuk di perjalanan nanti. Seperti pakaian ganti, dan juga snack.
"Sudah rapi. Kau tunggu disini, Daddy ingin mengganti pakaian."
Nathan masuk ke kamar yang masih dalam keadaan temaram. Dilihatnya ke tempat tidur, Brianna masih terlelap. Nathan menghembuskan napasnya, ia merasa lelah dengan sikap Brianna yang tidak ada perubahan. Nathan melanjutkan langkahnya menuju walk in closet, enggan membangunkan wanita itu. Ia mengambil pakaiannya di dalam lemari, lalu keluar dan masuk kembali ke kamar putranya.
Kini Nathan sudah berada diruang makan bersama Marvell. Nathan meletakkan sandwich yang sudah ditambahkan keju di atas piring Marvell. "Makanlah, setelah itu kau harus menghabiskan susumu."
Disaat mereka berdua menikmati sarapan, Brianna masih menggunakan piyamanya menuruni undakan tangga. Wanita itu baru bangun. "Mom... " Sapa Marvell ketika pijakannya berada di anak tangga paling akhir.
Marvell meninggalkan sarapannya, ia berlari menghampiri Brianna lalu memeluknya. "Kau sudah pulang, Mom? Ini kejutan. Aku sangat merindukanmu, Mom. Aku senang Mommy pulang. Apa aku sedang bermimpi?Tolong cubit aku."
Brianna mengusap rambut Marvell. "Ya, ini Mommy. Kau tidak sedang bermimpi, sayang."
"Ayo Mom, kita sarapan bersama." Marvell menuntun Brianna. Ia juga yang menarik kursi yang ada disisinya untuk Brianna, layaknya pria dewasa yang sedang memberikan perhatian pada wanitanya. "Duduk disini, Mom. Disampingku."
Brianna mendaratkan bokongnya. Ia menatap Nathan yang sibuk dengan ponselnya. Tidak ada sapaan dari pria itu. Nathan tidak mempedulikan kehadirannya.
"Kau harus mencicipi sandwich daging asap buatan Bibi Ellen, Mom. Ini sangat lezat." Marvell memotong sandwich-nya menggunakan tangan.
Brianna mendorong sandwich yang disodorkan Marvell, "Mommy tidak bisa sarapan dengan makanan berat." Tolaknya yang di dengar oleh Nathan. Pria itu menatap Brianna dan menatap Marvell secara bergantian. Dilihatnya Marvell menundukkan kepala, berpura-pura menikmati sarapannya. Padahal, ia sedang menutupi raut wajah sedihnya dan Nathan tau akan hal itu.
"Ellen."
Ellen yang baru saja meletakkan wadah berisi buah potong di atas meja, menoleh. "Iya Nyonya. Anda membutuhkan sesuatu?"
"Aku ingin salad sayur, dan juga susu redah kalori. Perintahkan Fronie untuk membuatkannya, untukku."
"Baik, Nyonya." Kemudian, Ellen berlalu menuju dapur.
"Hari ini aku dan Daddy akan pergi ke taman hiburan, Mom." Marvell kembali membuka suaranya. Ia tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Apa kau bisa ikut bersama kami? pasti sangat menyenangkan, jika kau ikut."
"Mommy tidak bisa menemanimu, sayang. Hari ini, ada promo film yang Mommy buat. Kau bersenang-senanglah bersama Daddy-mu."
Marvel sedih, ia kecewa karena mendapatkan penolakan lagi dari Brianna.
"Tidak masalah, jika Mommy-mu tidak bisa ikut," Nathan melirikkan matanya sekilas kepada Brianna. "kita masih bisa bersenang-senang berdua. Habiskan sarapanmu, Son. Kita akan segera berangkat."
Sepanjang perjalanan, Nathan dan Marvell membicarakan banyak hal. Tepatnya Marvell yang banyak berbicara, menceritakan banyak hal, dan Nathan menjadi pendengarnya.
"Jadi kau tidak menyukai Bobby, karena Bobby suka menjahili teman perempuanmu?"
"Ya, Dad. Aunty Joana.. "