Liana menantu dikeluarga yang cukup berada tapi dia dipandang rendah oleh mertuanya sendiri. Mahendra suaminya hanya bisa tunduk pada ibunya, Liana dianggap saingan bukan anak menantu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon citra priskilai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liana memulai hidup baru tanpa saingan
Rumah kontrakan Liana memang tidak senyaman rumah ibu Hindun, tapi Liana tampak lebih tenang dan nyaman untuk dirinya sendiri. Dan Dion tampak tidak tertekan ketika dia ingin main dan berlarian dalam rumah. Liana memang mengambil keputusan mutlak untuk hidup dan kebahagiaanya sendiri.
Soal Mahendra, Liana juga sangat menghargai keputusannya untuk tetap berada disamping ibu Hindun. Karena sampai kapanpun Mahendra akan tetap milik ibunya, ya milik ibu Hindun. Sejenak Liana melihat Dion yang asyik bermain dan sesekali melempar senyum pada Liana.
Dalam hati Liana sangat bersyukur karena bisa bebas dari tekanan keluarga Mahendra yang menjadikannya babu sekaligus mesin ATM. Bahkan Liana juga memiliki komitmen dikemudian hari kelak Liana tidak mau serumah dengan menantu perempuannya. Karena Liana tahu betul sikap sebagai menantu yang tersinggung dengan perkataan ibu mertua.
Liana berfikir janganlah istri Dion kelak mengalami perasaan seperti dirinya ketika serumah dengan Liana. Bahkan Liana Memilih tinggal di panti jompo dan dirawat orang lain ketimbang merepotkan anak menantunya kelak.
Dion dan Liana sudah seminggu menempati rumah kontrakan tersebut. Liana seolah olah memutus hubungan dengan keluarga Mahendra, bahkan hp yang dulu dipakainya di jual diluar kota dan Liana membeli hp baru untuk dirinya. Mulai Minggu depan Liana akan bertemu owner pemilik merk dagang yang akan bekerja sama dengan Liana dan mas Seno.
Liana mempersiapkan diri dan tentu saja proposal yang menyiapkan mas Seno, karena Liana berkeyakinan dengan bergandengan bersama mas Seno pasti akan bisa menjadi lebih maju dan sukses. Liana memang selalu berfikir positif untuk segala hal, bahkan tentang ibu Hindun dan bapak Suparman mantan mertuanya.
"Mama mau makan ayam goreng"
Renggek Dion pada Liana.
Liana tersenyum pada Dion dan bangkit mengendong Dion dan menciumi Dion tanpa henti.
"Ayo sayang"
"Kita beli KFC ya"
"Terus nanti kita beli snack dan ice cream ya"
jawab Liana pada Dion.
Dion menganggukkan kepala, Liana dan Dion pergi naik motor matiknya yang sudah hampir lima belas tahun dipakai oleh Liana. Dalam hati Liana ingin beli mobil meski hanya LCGC untuk mengantar dan menjemput Dion sepulang sekolah.
Sampai di mall Liana tampak senang melihat Dion yang kegirangan dan menunjuk nunjuk kedai KFC favoritnya. Dion memang dari dulu gak pernah rewel soal makan waktu di rumah ibu Hindun, tapi sekarang mulai minta ini itu pada Liana. Mungkin dulu Dion takut untuk meminta sesuatu pada Liana karena takut dimarahi sampai dibentak oleh ibu Hindun.
Liana dan Dion sangat menikmati makanan favoritnya Dion,
"Mama gak kangen sama ayah Mahendra"
Tanya Dion tiba tiba.
Liana langsung terbatuk batuk dan segera minum es teh yang ada di depannya.
"Sayangku Dion,"
"Yang kangen mama apa gantengnya mama"
Tanya balik Liana pada Dion.
Dion menggelengkan kepalanya, itu tandanya tidak. Karena Liana tahu betul sifat dan karakter Dion, mungkin Mahendra tidak pernah ada waktu untuk Dion. Tapi waktu untuk ibu Hindun sang ibunda tercinta selalu ada.
Liana teringat sekali waktu Dion demam tinggi sampai Liana ketakutan dan panik. Dan saat itu berbarengan dengan ibu Hindun yang penyakit kolesterol dan darah tingginya kumat. Tapi ketika Liana minta tolong pada Mahendra untuk membawa Dion ke dokter ibu Hindu. Malah marah marah.
Dan Mahendra malah memilih mengantar ibu Hindun yang masih bisa menahan sakitnya, sedangkan Dion sudah sangat panas dan badanya lemas. Liana tidak ambil pusing dengan suaminya yang pecundang, Liana mengendong Dion dengan selendang tradisional dan mengemudikan motor matiknya menuju dokter terdekat.
Liana sangat kecewa jika ingat kejadian itu, Mahendra akan tetap mendengarkan ibu Hindun sampai kapanpun.
Terimakasih