NovelToon NovelToon
Antagonist Yang Menghindari Takdir

Antagonist Yang Menghindari Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Obsesi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.

Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.

Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..

"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Taruhan Hari Ke-2

Hari kedua dimulai dengan kekacauan kecil.

Syifa baru saja duduk di bangkunya ketika dosen masuk kelas dengan wajah tergesa dan map tebal di tangan.

“Perhatian,” ucapnya tanpa basa-basi. “Hari ini kita nggak kuliah di kelas. Ada perubahan jadwal. Kita langsung kuliah lapangan.”

Ruangan mendadak riuh.

“Sekarang?” “Pak, alatnya belum siap.” “Ke mana, Pak?”

Dosen itu menghela napas. “Lokasi sudah saya kirim di grup. Lima belas menit kita berangkat. Yang nggak ikut, dianggap absen.”

Syifa mengumpat pelan. Astaga..

Ia merogoh ponsel, membaca pesan lokasi yang ternyata cukup jauh dari kampus—area proyek penelitian yang akses transportasinya terbatas. Teman-temannya langsung panik soal kendaraan.

Di saat yang sama, ponsel Syifa bergetar.

Kayden: Kamu kenapa? Kelas kamu ribut.

Syifa menatap layar beberapa detik sebelum akhirnya membalas.

Syifa: Kuliah lapangan mendadak. Lokasinya jauh.

Tidak sampai semenit, Kayden sudah muncul di depan kelas.

“Kamu ngapain ke sini?” tanya Syifa, kesal sekaligus kaget.

“Aku denger ada kuliah lapangan,” jawab Kayden santai. “Aku punya mobil.”

“Kayden, jangan mulai.”

“Aku nggak maksa.” Ia mengangkat kunci mobil. “Aku cuma nawarin tumpangan. Kamu boleh bilang enggak.”

Syifa menimbang cepat, akan lama jika dia memanggil sopir, sedangkan mereka harus tiba disana tepat waktu untuk di absen ulang.

Teman-temannya sudah saling berebut kendaraan. Ia benci mengakui kenyataan ini.

“Yasudah, tapi jangan sok perhatian.”

Kayden mengangguk. “Deal.”

Di mobil, suasananya canggung. Musik mati. Hanya suara GPS dan deru mesin. Kayden menyetir dengan fokus, tidak mencoba membuka percakapan.

Syifa meliriknya diam-diam.

'Kok dia beneran nurut sih'

Di lokasi lapangan, medan berlumpur dan sedikit licin. Mahasiswa tersebar, dosen memberi instruksi sambil menunjuk beberapa titik observasi.

“Kelompokkan bertiga,” kata dosen.

Syifa refleks menoleh ke kanan-kiri. Teman-temannya sudah membentuk kelompok.

“Syifa, kita sudah berempat!” teriak salah satu temannya.

Sebelum Syifa sempat panik, dosen menambahkan, “Yang belum dapat kelompok, gabung saja bebas.”

Kayden yang bukan mahasiswa jurusan itu berdiri agak jauh, menunggu.

Syifa mendecak, lalu berjalan ke arahnya. “Kamu jangan ikut campur.”

“Aku tahu.” Kayden mengangguk. “Aku nunggu di mobil.”

Namun saat Syifa berjalan ke area observasi, kakinya terpeleset di tanah basah.

Refleks Kayden lebih cepat dari pikirannya, dia menangkap lengan Syifa, menahan tubuhnya sebelum jatuh.

Hanya satu detik.

Kayden langsung melepas pegangan itu, mundur setengah langkah. “Maaf.”

Syifa berdiri kaku, jantungnya berdentum keras. “Lain kali jangan refleks.”

Kayden menunduk singkat. “Aku akan ingat.”

Kuliah lapangan berlangsung lama. Panas, kotor, melelahkan. Saat istirahat, Syifa duduk di bawah pohon, mengipas wajah dengan buku.

Botol air mineral disodorkan ke hadapannya.

“Minum,” kata Kayden singkat.

Syifa menatap botol itu lama. “Kamu bawa berapa?”

“Banyak.”

“Makasih.”

Kayden tidak duduk di sampingnya, melainkan di batu agak jauh. Tetap menjaga jarak.

Sore menjelang, hujan gerimis turun lagi. Mahasiswa mulai bubar. Beberapa mengeluh soal pulang.

Kayden berdiri di samping mobilnya. “Aku anter kamu.”

Syifa lelah untuk membantah. “Iya.”

Mobil melaju pelan meninggalkan area proyek. Gerimis berubah semakin rapat, jalan tanah yang tadi mereka lewati kini seperti jebakan licin.

“Kayden, pelan,” ucap Syifa sambil memegang dashboard.

“Aku tahu,” jawabnya singkat.

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, duk, mobil terguncang keras ke kiri. Setir bergetar.

“Ban,” gumam Kayden. Ia segera menepikan mobil.

Hujan turun lebih deras begitu mereka berhenti. Kayden turun tanpa ragu, membuka bagasi. Syifa ikut turun, meski sepatu dan celananya langsung kotor.

“Kamu di dalam aja,” kata Kayden.

“Enggak. Aku nggak mau bengong doang,” sahut Syifa keras kepala.

Ban belakang benar-benar kempis. Lebih parahnya, sinyal ponsel mendadak menghilang.

Kayden menghela napas pelan. “Ini lokasi blank spot.”

Syifa menatap sekeliling dimana jalan tersebut sepi, pepohonan basah, dan langit abu-abu yang makin gelap. “Jadi?”

“Ganti ban. Tapi hujan begini agak ribet"

Kayden melepas jaketnya, refleks ingin memakaikannya ke Syifa namun tangannya berhenti di udara, lalu ia mengenakannya kembali.

"Kamu masuk ke dalam aja, hujannya tambah deras"

"Tapi katanya tadi ribet, berdua lebih baik, kan?"

"Kamu perempuan, mana mungkin aku biarin bantu angkat ban.. masuk aja sana!"

Akhirnya Syifa menurut dan masuk ke dalam.

Kayden yang sibuk mengganti ban hilang dari pandangannya karna posisi pria itu yang membungkuk.

Pandangan Syifa yang lurus ke depan malah mendapati mobil lain yang datang dari arah berlawanan lalu berhenti di depan mereka.

Seorang pria keluar dari sana, tangannya memegang dua payung, yang satunya di pakai dan satunya masih tertutup.

Dari tempat duduknya, Syifa yang ingin mendengar percakapan pria itu dengan Kayden pun menurunkan sedikit jendela.

"Permisi, apa anda butuh bantuan?"

"Ehmm.. sebenarnya iya.. tapi jika anda terburu-buru maka saya tidak akan meminta bantuan"

Tentu saja Kayden tidak akan memaksa, lebih baik dia melakukannya sendiri meski membutuhkan waktu agak lama.

"Tidak papa, saya sedang tidak sibuk"

Tok tok tok..

Syifa terkejut karna pria itu mengetuk pintu mobil dan berkata, "Bisakah anda memegang payung?"

Pakaian pria itu terlihat masih rapih dan belum sebasah milik Kayden, oleh sebab itu Syifa akhirnya keluar dan memayunginya.

"Oh ya.. kita belum berkenalan.. Saya Hansen Darael"

Mendengar nama itu membuat Syifa kaget seketika.

'Brengs3k! Jadi dia ini yang bunuh aku?!'

1
aria
lanjut
Lynn_: ditunggu ya kak🙏
total 1 replies
Rohimah
cweknya planga plongo Bae,, g bisa tegas gtu,,
Lynn_: maklum kak, baru jadi orang kaya, gampang tergiur, padahal ada uang di atm tapi kok dia gak kepikiran beli sendiri di luar negeri, sekalian jalan-jalan kan ya?, btw makasih sudah mampir dan komen ya kak🙏😇☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!