Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Kayden terdiam di seberang sana.
Syifa bisa mendengar napasnya, berat—seolah pria itu sedang menahan sesuatu yang ingin diluapkan tapi ditelan kembali.
“Apa maksud kamu?” suara Kayden terdengar rendah, dingin.
“Maksudku jelas,” sahut Syifa cepat, nadanya masih tinggi karena emosi yang belum turun. “Daripada ganggu aku terus, mending kamu balikan sama Wenda. Dia nunggu kamu tuh.."
“Dia nyari kamu?”
Syifa mendengus. “Menurut anda?.”
Sunyi beberapa detik.
“Apa yang dia bilang?” tanya Kayden.
“Kenapa kamu peduli?” Syifa langsung memotong. “Itu bukan urusan aku lagi.”
“Syifa.”
Tak ada jawaban lagi karna Syifa telah memutuskan panggilan itu sepihak.
Ia bersandar di dinding koridor, dadanya naik turun. Beberapa mahasiswa lewat sambil melirik penasaran, tapi Syifa tak peduli.
“Bagus,” gumamnya. “Dorong dia ke Wenda. Jauhkan diriku.”
Itu rencana paling aman.
***
Namun rencana semesta jarang sesederhana itu.
Hari-hari berikutnya justru terasa semakin kacau.
Kayden tidak mengejar Wenda.
Ia malah mengejar Syifa.
Entah di kantin, perpustakaan, bahkan lorong fakultas yang seharusnya jarang dilewati mahasiswa lain, Kayden selalu muncul dengan alasan sepele.
“Kamu makan apa hari ini?”
“Nilai kuis kamu keluar belum?”
“Kenapa kamu kelihatan capek?”
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Syifa nyaris frustasi.
“Kenapa kamu nggak sama Wenda aja?” semburnya suatu siang ketika Kayden duduk begitu saja di depannya tanpa izin.
Kayden menatapnya lama. “Kenapa aku harus?”
“Karena—” Syifa tercekat. “Karena dia masih suka sama kamu.”
“Memangnya aku masih suka sama dia?”
Jleb..
'Harus dong! Harusnya kamu sama dia bersatu tau!!'
Syifa merasa kesal setengah mati, semakin dia mencoba menjauh, Kayden malah semakin mendekatinya.
Syifa menegakkan punggungnya, menatap Kayden dengan sorot tak ramah.
“Masalahnya bukan itu,” ucapnya tajam. “Masalahnya kamu nggak pernah jelas.”
Kayden menyandarkan tubuh ke kursi, sikapnya santai—terlalu santai—seolah percakapan ini bukan hal penting.
“Jelas soal apa?” tanyanya.
“Perasaan,” jawab Syifa tanpa ragu. “Dulu aku kejar kamu, kamu nolak aku, kan?. Sekarang aku berhenti, kamu malah datang. Kamu pikir aku mainan?”
Kayden terdiam. Bukan karena tersentuh—melainkan karena tepat sasaran.
“Aku nggak minta kamu ngejar aku tau!,” lanjut Syifa, suaranya lebih tenang tapi justru lebih dingin.
“Kalau aku bilang aku tertarik sama kamu?” sahut Kayden.
Syifa tertawa kecil, hambar. “Nah. Itu dia.”
“Apa maksudmu?”
"Maksud aku kenapa tiba-tiba kamu tertarik sama aku? like.. how! Dari dulu banget kamu tolak aku.. trus sekarang kamu mendadak tertarik? Kayden! Kamu pasti punya maksud lain, kan?!"
Kayden menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, sikap santainya runtuh.
“Aku gak ada maksud lain,” ucapnya pelan. “Aku cuma mulai terima kamu Syifa..”
Syifa menatapnya tajam.
"Aku gak butuh kamu lagi Kayden! Stop deketin aku dan kembali aja sama Wenda!"
'Ya.. kembali sama dia sebelum dia sebelum dia yang bunuh aku'
Alur itu tiba-tiba terbesit di pikiran Syifa, kalau bukan Hansen yang membunuhnya, bisa jadi alurnya berubah dan menjadikan Wenda yang membunuhnya karna kecemburuannya.
"Suka-suka aku dong.. aku maunya kamu!," jawab Kayden dengan santai seolah tak peduli dengan penolakan Syifa.
Jika dipikirkan lagi, alur mereka malah terbalik.. bukan Syifa yang mengejar cinta dan ditolak oleh Kayden, malah Kayden yang seperti itu.
"Ya kalau gitu, suka-suka aku juga dong.. aku gak mau berhubungan lagi sama kamu!"
Syifa mencoba melarikan diri dari hadapan Kayden, namun kalah cepat dengan tangan besar pria itu yang mencegahnya.
Kayden memegang pergelangan tangan lalu menariknya dan..
Cup..
Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Syifa..