Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.
Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.
"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.
Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.
Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.
"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.
"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otewe nikah part empat
Hari ini mama Rifanza diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
"Kiita semua menginap di hotel kami saja," usul Eriel. Nanti semua keluarga besarnya juga akan menginap di sana juga
"Oke," sahut Ardana setuju. Dia juga menginap di hotel selama menjenguk istrinya. Nanti pengawalnya yang akan memindahkan satu kopernya ke hotel Eriel.
"Rifanza, tante akan menemani kamu membereskan barang barang di apartemen kamu."
"Iya, tante." Mengingat dia dan Shaka sudah ke gep di apartemennya, dia jadi agak segan sebenarnya membawa mami Shaka ke sana lagi.
"Tadi Rajata sudah mengecek kesiapan dekor pernikahan kalian, sudah hampir tujuh puluh persen. Cucunya Jenggala memang hebat. Padahal perempuan, umurnya masih muda juga," puji Eriel memberitau
"Jodohkan saja dengan Rajata, dad," ucap Shaka asal. Anak sahabat daddynya itu setaunya juga belum punya kekasih.
"Kalo mereka saling mau ngga apa apa. Seperti kamu dan Rifanza," timpal.Eriel santai.
Shaka nyengir sambil menatap Rifanza yang tersenyum malu.
Kenapa dia selalu menggemaskan?
Ardana tersenyum lebar. Istrinya dan istri Eriel juga begitu.
Mereka bersyukur anak anak mereka saling menyukai.
"Keluarga besarmu dan Kalista sudah terbang, Dan?" tanya Eriel pada calon besannya.
"Sudah. Nanti malam baru nyampe. Acaranya menjelang siang, kan, jadi mereka bisa cukup beristirahat," sahut Ardana menjelaskan.
"Iya menjelang siang," sahut Eriel.
"Keluarga kalian juga, kan?"
"Iya. Hotelku juga sudah menyiapkan kamar buat semuanya, termasuk buat keluarga kamu." ucapnya lagi.
"Terimakasih, ya, Riel."
"Jangan terlalu dipikirkan. Kita akan jadi keluarga," jawab Eriel santai.
Ardana tersenyum haru. Syukurlah, biarpun terkenal tengil ternyata Eriel calon besan yang baik
*
*
*
Rajata bertemu gadis itu lagi di sebuah coffee shop di dekat hotel tempat pesta besok. Gadis itu tampak sedang menelpon dengan wajah gusar.
"Kenapa kamu ngga senang aku yang mendapat proyek besar ini? Kamu iri, ya?" semprotnya kesal.
"....................."
"Sudah jelas aku yang akan menjadi pemimpinnya. Kamu itu hanya akan jadi pelengkap saja," sentaknya, kemudian memutuskan sambungan telponnya
Wajahnya menyiratkan kekesalan yang amat sangat.
Para sepupunya masih ngga terima kalo dia berhasil mendapatkan nilai tertinggi di kompetisi ini. Kakeknya sudah memutuskan, dialah CEOnya setelah dia menerima dekor dari konglomerat yang meminta satu hari jadi. Walaupun usianya paling muda, kakeknya tidak mempermasalahkan.
Rajata mendekat dan menyapanya. Pada pertemuan pertama mereka, dia ngga sempat mengenalkan diri karena peristiwa ngga terduga.
Semoga dia ngga didamprat, batinnya karena aura gadis itu masih gelap.
"Hai, Tabitha Fajar Jenggala, ya? Saya perwakilan dari Om Eriel."
Gadis yang disapa Tabitha menoleh dan menatapnya lama. Wajah tampan di depannya rasanya pernah dia lihat, sayangnya dia lupa.
Dia mengulurkan tangannya walaupun belum berhasil mengingatnya. Yang penting menurutnya laki laki muda yang tampan ini adalah perwakilan dari konglomerat yang membuat dia terpilih jadi CEO.
"Tabitha. Panggil saja, Bitha."
Rajata tersenyum sambil menyambut uluran tangan gadis itu.
"Rajata."
"Kok, kamu bisa tau saya Tabitha?" Tabitha agak merasa aneh karena laki laki ini tau siapa dirinya.
'Kita pernah ketemu di hotel yang anda dekor."
"Oooh...." Tabitha masih berusaha mengingat. Nggak nggak lama kemudian pipinya memerah. Laki laki ini yang memeluknya saat dia hampir jatuh karena rasa pusing yang tiba tiba menderanya.
"Maaf, ya, waktu itu saya tiba tiba kurang sehat."
"Tidak apa apa. Saya mengerti. Boleh saya duduk di sini?"
"Oh, silakan." Kini keduanya duduk berhadapan.
Rajata memesan kopi pada pegawai yang mendekat.
Tabitha yang memang sudah memesan kopi, ikut memesan cake, untuk menghormati tamu high classnya.
"Suka cake?"
"Saya mie rabus saja. Saya belum makan sejak tiba di negara ini."
"Oooh, oke," senyum Tabitha. Ngga nyangka tamunya hanya pesan mie saja, karena dia mengira akan memesan cake cake yang mahal.
Tabitha mengatakan pesanan mereka pada pegawai kafe yang kemudian beranjak pergi.
"Anda sudah lihat, ya, dekornya. Dua puluh persen lagi baru akan selesai," ujar Tabitha sambil mengamati penampilan santai laki laki itu.
"Sudah."
"Ada yang kurang? Akan kami tambahkan," tanya Tabitha profesional. Bayaran yang dia dapatkan sangat fantastis, jadi wajib memanjakan langganannya dengan semua fasilitas yang mereka inginkan.
"Kata om saya udah bagus sekali. Om saya sangat percaya dengan kreativitas kamu. Lakukan saja menurut kamu yang terbaik."
Tabitha tersenyum lega. Biasanya memang kalo tipe konglomerat jarang protes. Yang suka complain biasanya kaum menengah.
"Oke. Saya dan tim akan bekerja semaksimal mungkin dan tidak akan mengecewakan."
Rajata tersenyum, dia hendak menyahut tapi dibatalkan karena pesanan mereka sudah datang.
Sempat hening karena Rajata menikmati mie rebus dan Tabitha sedang mengunyah cake nya.
"Kamu kelelahan, ya?" Rajata bertanya karena melihat gadis itu memijat kepalanya lagi.
"Iya. Tapi sudah biasa."
Rajata hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban Tabitha.
"Mungkin anda perlu istirahat," saran Rajata.
"Setelah dekor pernikahan anak Pak Eriel selesai, saya akan mengambil cuti," tawanya tanpa suara.
Rajata menatap lekat wajah cantik itu sebelum tatapan gadis itu teralih ke arah lain.
"Ya, kesehatan memang harua dijaga dengan baik." Rajata merasa ucapannya kontras dengan mie dan profesinya.
"Anda juga sebaiknya jangan sering makan mie. Nggak sehat," canda Tabitha.
Rajata tertawa pelan mendengarnya. Dia merasa tertampar dengan ucapan.gadis itu. Apalagi kalo gadis itu tau profesinya, pasti dia akan tambah ditertawakan.
*
*
*
Saat akan meninggalkan ruang rawat beberapa dokter dan tenaga medis ikut melepas kepergian mereka. Rifanza melihat ada dokter yang membuat hatinya panas ada di sana juga.
"Cepat sembuh, ya, tante," ucap Sarah sok akrab, apalagi hanya dia yang berdarah Asia diantara teman temannya yang berdarah Eropa.
"Terimakasih," jawab Kalista ramah, baru kali ini dia melihat ada dokter yang satu negaranya.
Sarah tersenyum pada Shaka yang pura pura ngga melihatnya. Dia mulai memperhatikan dan mulai menebak yang mana orang tua Shaka.
Bukan yang sakit, batinnya.
Mereka yang akan besanan? batinnya lagi teringat kata kata dan sikap Shaka.
Dia ngga akan peduli. Mau calon istri atau istri sekali pun, kalo Shaka nanti mencarinya akan dia layani!
Ketika rombongan itu mulai melangkah meninggalkan kamar, Sarah yang melihat Shaka berjalan paling belakang, segera menyusupkan tangannya pada Shaka.
Shaka menoleh ketika tangannya disentuh dan merasa ada kertas kecil di dalam genggamannya.
Sarah memberi kode telpon dengan tangannya sambil tersenyum menggoda.
Shaka tersenyum miring sambil membuang kertas kecil itu, kemudian merengkuh bahu Rifanza yang akan menoleh ke belakang.
Sarah menatap kesal pada kertas yang terdapat nomer telponnya yang dibuang begitu saja di depan matanya.
Sangat memalukan ditolak terang terangan seperti ini, untung rekan rekannya sudah pergi dengan arah yang berlawanan
tapi kalo kelakuan istrinya udah toxic buat apa dipertahankan ?
buang aja kelaut..
cari yang setia cinta dan peduli sama suami dan anak..
sekarang rasakan akibatnya punya ambil Shaka dari Rifanza .... /Toasted//Toasted/
ga ada laki" atau keluarga laki" yg mau menerima harga dirinya di injak" , apalagi keluarga Shakti, keluarga konglomerat yg menjunjung kesetiaan dalam pernikahan, dan keluarga yg notabene nya bisa melakukan apa saja untuk melindungi keluarga tercinta,
lagipula inikan yg kamu mau, berpisah dari Shakti , sekarang terwujudkan???
tapi kasihan kamu, harapanmu untuk bersama Shaka harus terkubur dalam" .dan harapanmu untuk bersama Rayhan pun belum tentu terwujud.
jangan terlalu larut dgn masalah Shella..
1 hari untuk meratapi Sheila, 1 hari merenung dan 1 hari ambil keputusan yg tepat.. jadi cukup 3 hari saja..
hempaskan istri toxic.. istri dijalan banyak berjejer tp keluarga saudara , orangtua hanya itu yg kita punya.. semangat Shakti _ Abigai/Heart/l..
Dan sheila terlalu percaya diri kalau masih d harapkan shakti..mungkin dia lupa kalau selama bersama hanya memberi luka pda suaminya.