“Aku tak menyukainya. Dia sangat dingin.”
Kikan adalah wanita pendiam dan sangat tidak mudah beradaptasi terhadap laki-laki.
Namun, ibunya yang sakit-sakitan ingin sekali melihat putri semata wayangnya itu agar segera menikah.
lalu kikan mendengar kabar bahwa ia akan dijodohkan dengan teman masa kecilnya yang bernama Alka yang kini menjadi pembisnis sukses.
sudah 15 tahun mereka sama sekali tidak pernah bertemu.
Kikan dan Alka saling menyetujuhi perjodohan itu
Namun, waktu akan melakukan pertemuan antar keluarga, Alka justru malah kabur dari rumah hingga kakak kandung Alka yang sangat dingin terpaksa menggantikan pernikahan tersebut.
bagaimanakah kisah pernikahan yang akan Kikan lalui dengan laki-laki yang tak seharusnya ia nikahi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan itu
Alka berjalan ke dapur mengikuti langkah kaki kakaknya. Pikiran dan hatinya saat itu benar - benar kacau. Hatinya begitu terganggu akan kebenaran yang ia terima. saat di meja, makan, Alka pun duduk di samping kakaknya. Kedua bola matanya tak henti melihat ke arah Kikan yang sibuk mengambilkan makanan untuk Rey.
"Ya Tuhan, kenapa aku sebodoh ini? kenapa aku sampai tidak mengenali bahwa wanita ini ternyata Kikan?" gumam Alka dalam hati, lagi - lagi, ia harus menelan salivanya dengan begitu susah payah.
"Tuan, apa kau mau aku ambilkan makanan sekalian?" tanya Kikan kepada Alka.
"Tidak perlu, dia bisa mengambil sendiri," saut Rey dengan menyodorkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.
"Panggil aku Alka saja," kata Alka menatap kedua mata Kikan dengan begitu hangat.
"Panggil adik ipar!" seru Rey seraya mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Baiklah," kata Kikan.
"Kikan, bisakah kau mengambilkan makanan untukku juga?" pinta Alka.
"Kau punya tangan, kan. Ambil sendiri," kata Rey sembari mengernyitkan dahinya. Alka pun mengiyakan kata - kata kakaknya. Ia mengambil makanannya sendiri. Dan Mereka bertiga makan bersama di satu meja makan. Kedua mata Alka masih tak henti memandangi Kikan yang tengah makan. hingga membuat wanita itu merasa tidak nyaman.
"Sialan, kenapa Alka daritadi memandangiku seperti itu?" gumam Kikan dalam hati, ia mengunyah makanannya dengan begitu cepat. Namun, Kikan yang kurang nyaman dengan kehadiran Alka yang sejak dari tadi tak lepas memandanginya. Ia memilih meninggalkan meja makan terlebih dulu.
"Mau kemana kamu?" tanya Rey.
"Ke kamar," jawab Kikan. Rey sejenak melihat piring makan Kikan yang masih penuh dengan makanan.
"Habiskan dulu makananmu," perintah Rey.
"Sudah kenyang," saut Kikan dengan berlalu meninggalkan meja makan.
"Ada apa dengan dia? Tidak biasanya dia seperti itu. apa dia marah karna bicaraku tadi?" gumam Rey dalam hati.
"Kakak, apa kau tau siapa wanita yang aku cari - cari selama ini?" tanya Alka.
"Mana kakak tau. apa kamu sudah bertemu dengannya?" tanya Rey.
"Sudah, Kak."
"Benarkah? siapa dia? " tanya Rey sembari meneguk air di dalam gelas, untuk melarutkan sisa - sisa makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Istrimu," ucap Alka dengan tatapan kosongnya. Telinga Rey begitu tersentak saat mendengar pernyataan Alka baru saja. Bagaimana bisa? Ini sungguh konyol. Pikiran Rey masih mencerna apa yang baru saja di katakan oleh adiknya.
"Ehm, maksudmu apa? " Tanya Rey, ia mencoba memastikan kembali apa yang di maksud oleh perkataan adiknya.
"Iya, Kak. Kikan itu wanita yang aku cari - cari dan yang selalu aku ceritakan selama ini kepadamu," ujar Alka dengan raut wajah menyesal. Bagaimana tidak menyesal? Dia menolak di nikahkan dengan wanita yang bisa membuatnya jatuh hati seperti ini. Rey benar - benar terkesiap. namun, ia berpura - pura seolah tak memperdulikan ini semua. Entahlah, rasanya ada sesuatu yang membuat perasaan laki - laki itu sedikit resah.
"Benarkah?" tanya Rey seakan tak peduli.
"Iya, Kak. kenapa aku terlalu bodoh sampai tidak mengenalinya?" tanya Alka, ia mengacak - acak rambutnya dengan begitu frustasi. Rey hanya terdiam, dirinya tidak bisa mempercayai ini semua. Ada ketakutan tersendiri di dalam lubuk hatinya saat itu, tetapi, untuk apa ia memikirkannya? Bukannya, ia sama sekali tak memiliki perasaan apapun terhadap Kikan. Lalu?
"Kak, menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Alka.
"Kita bicarakan nanti, aku tinggal ke kamar dulu, aku harus bersiap menemui client, karna aku sudah ada janji," kata Rey. Ia sengaja menghindar dan hendak berlalu meninggalkan Alka.
"Cepat habiskan makananmu, dan segeralah pergi ke kantor," tutur Rey.
"Kak, sepertinya besok saja aku ke kantornya. Aku masih ingin di sini," kata Alka. Rey hanya diam dan pergi meninggalkan adiknya tersebut.
\*\*\*
Rey membuka pintu kamar dan menutupnya kembali. Ia masuk kedalam dan melihat Kikan sedang duduk di atas kursi samping tempat tidur. ia menghampiri Kikan dan ikut duduk di sampingnya. Ia sejenak memperhatikan Kikan yang sedang membaca buku.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Kikan.
"Apa kau tidak mengenali Alka, sebelumnya?" tanya Rey.
"Tidak," jawab Kikan dengan menggelengkan kepalanya.
"Tapi, kau pernah bertemu dengannya, kan." Rey bertanya lagi.
"Iya, hanya beberapa kali saja, dan itu pun tidak sengaja," ujar Kikan. dirinya beranjak dari tempat duduk untuk memindahkan posisinya. Rasanya Kikan sangat tidak tertarik membahas Alka.
"Bersiaplah, aku akan mengantarmu ke rumah Ibumu," kata Rey, karna ia tau Alka masih ingin berada di rumahnya. Rey memutuskan untuk mengungsikan Kikan sementara ke rumah Ibunya.
"Kak Rey, mau mengusirku?" teriak Kikan dengan melototkan kedua matanya.
"Dasar wanita liar ini," gumam Rey dalam hati.
"Aku hari ini banyak urusan dan nanti akan pulang malam. jadi, lebih baik kamu, ku tinggalkan di rumah Ibu," tutur Rey.
"Oh begitu, baiklah aku akan bersiap," saut Kikan dengan bersemangat.
Kikan tengah bersiap - siap , sedangkan Rey menunggunya, sembari membaca koran di tempat duduk yang ada di dalam kamarnya tersebut. Kemudian dari luar kamar terdengar suara ketukan pintu.
"Kakak," suara Alka terdengar dengan di iringi suara ketukan pintu itu. Rey menutup koran miliknya dan meletakannya di atas meja. Lalu, ia beranjak berdiri membukakan pintu kamarnya itu.
"Ada apa? " tanya Rey.
"Kikan mana, Kak? aku ingin berbicara sebentar dengannya," pinta Alka seraya kedua matanya melihat ke dalam kamar.
"Di dalam, masuklah," ajak Rey.
Kikan yang tengah menyisir rambutnya di depan meja rias. Seketika langsung beranjak berdiri, ketika, melihat pantulan wajah Alka di dalam cermin tersebut. Sedangkan, Rey kembali duduk di atas kursi, untuk melanjutkan membaca koran miliknya. sesekali kedua matanya melirik ke arah Kikan dan Alka dari balik koran tersebut.
"Kikan, apa aku boleh berbicara denganmu?" tanya Alka mencoba mendekati Kikan. Kikan pun memundurkan langkah kakinya, agar bisa menjaga jarak dengan adik iparnya tersebut.
"Bicaralah," kata Kikan tanpa menatap wajah Alka.
"Kita bicara di luar sebentar," ajak Alka. Kikan terdiam sejenak, kedua matanya melirik ke arah suaminya yang sedang membaca koran.
"Bicara di sini saja, aku sedang sibuk," kata Kikan.
"Baiklah, sebelumnya aku ingin minta maaf," ucap Alka.
"Minta maaf untuk apa? " tanya Kikan mengernyitkan dahinya.
"Untuk masalah perjodohan waktu itu. seharusnya, aku tidak meninggalkanmu," tutur Alka, guratan di wajahnya sangat menunjukan bahwa ia benar - benar menyesal menolak di jodohkan dengan Kikan waktu itu.
"Untuk apa meminta maaf kepadaku? seharusnya kau meminta maaf kepada kakakmu," tutur Kikan.
"Iya, Kikan. Aku sudah minta maaf kepada Kakak, tapi--"
"Nona Kikan, apa kau sudah bersiap?" tanya Rey kepada Kikan seraya melihat jarum jam yang melekat di pergelangan tangannya. Alka mengepalkan tangannya dengan geram. Ia merasa tak senang. Saat kakaknya menukas pembicaraanya begitu saja.
"Sudah, Kak Rey. ayo, kita berangkat ... " saut Kikan dengan bersemangat. Rey beranjak dari tempat duduknya. Ia meraih tas dan kunci mobil di atas meja. Kikan berjalan terlebih dulu meninggalkan kamar tersebut, tanpa berpamitan kepada Alka. Untuk apa dirimya berpamitan? Bukannya, saat penolakan waktu itu, ia juga tidak pamit dan berkata kepada Kikan. Rey mendekati Alka yang masih berdiri akan posisinya.
"Aku dan Kikan, pergi dulu, apa kau masih ingin berada di sini?" tanya Rey kepada Alka.
"Iya, pergilah," jawab Alka tanpa memandang kakaknya. Namun, Ketika Rey hendak pergi meninggalkan Alka. tiba - tiba Alka menghentikan langkah kaki kakaknya.
"Kak, aku masih ingin berbicara sesuatu kepadamu," kata Alka dengan menautkan kedua alisnya.
"Nanti saja kita bicarakan," balas Rey, ia menepuk bahu Alka dan segera meninggalkannya.