Time Travel Terlempar Ke Masa Depan

Di tempat lain saat ini ketiga teman Xia sudah berkumpul bersama dengan anak mereka masing-masing.

" Xia kemana ko belum sampai juga " Dita celingak - celinguk mencari keberadaan salah satu temannya.

" Iya, bukannya tadi dia bilang mau berangkat, seharusnya sudah sampai kenapa tidak ada " Nia juga ikut menoleh ke sana kemari mencari keberadaan sahabatnya itu.

" Kalian benar, sudah beberapa kali aku menghubungi Xia tapi tidak di balas kemana ya tu anak " keyla juga mencari keberadaan Xia.

Dita dan Nia sama - sama menggelengkan kepala mereka karena sama tidak mengetahui keberadaan Xia.

" Ya sudah kita tunggu sebentar lagi, mungkin dia dalam perjalanan " keyla tetap yakin.

" Baiklah, sudah sampai di sini juga, biar anak - anak main dulu sebentar, sambil menunggu Xia dan anaknya datang " ucap Nia yang langsung di anggukan Dita dan keyla bersamaan.

Di tempat lain tepatnya di perusahaan Brian sedang sibuk mengerjakan semua tugasnya.

Sampai sang asisten langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

" Maaf tuan ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya sampaikan " ucap asisten itu yang sudah berada di hadapan Brian.

Brian menghentikan pekerjaannya dan langsung menoleh dengan tatapan tajam kearah asistennya itu.

" Bisa tidak kalau mau masuk ketuk pintu dulu, seenaknya saja masuk sembarangan, ck,, mengganggu saja " Brian masih kesal karena sudah di ganggu.

" Maaf tuan, ini sangat penting Anda harus segera mengetahuinya, ini menyangkut nyonya dan tuan muda kecil, tuan " lapor asisten itu yang saat ini tidak perduli kekesalan sang atasan saat ini.

Mendengar istri dan anaknya langsung saja Brian penasaran.

" Ada apa dengan istri dan anakku, apa terjadi sesuatu pada mereka ? " tanya Brian yang langsung menatap serius pada asistennya itu.

" Begini tuan, baru saja saya mendapat kabar dari supir yang membawa nyonya, kalau saat ini nyonya dan tuan muda kecil " asisten itu menghentikan sejenak perkataannya.

" Cepat katakan ada apa dengan mereka " Brian sungguh tidak sabar mengetahui apa yang sudah terjadi pada istri dan anaknya.

" Nyonya dan tuan muda kecil di bawa oleh beberapa orang saat dalam perjalanan tuan, bahkan supir yang membawa nyonya dan tuan muda saat ini berada di rumah sakit karena babak belur di hajar beberapa orang itu " lanjut asisten itu.

Braaakkkhhh....

Brian langsung menggebrak meja saking marah dan terkejutnya mendengar itu.

" Siapa mereka, beraninya mereka menculik anak dan istriku, cepat lacak keberadaan mereka, aku sudah memasang JPS pada mereka berdua " perintah Brian yang langsung bertindak.

" Saya juga tidak tahu tuan, baiklah saya langsung selidiki keberadaan nyonya dan tuan muda " asisten itu langsung melakukan tugasnya.

" Hmm, ayo cepat langsung saja kita ke sana " Brian langsung pergi meninggalkan kantornya.

Asisten itu juga langsung mengikuti Brian sambil melacak keberadaan istri dan anak atasannya itu.

Dalam perjalanan Brian terus mencari keberadaan anak dan istrinya melalui ponsel yang terhubung dengan JPS keduanya.

" Dapat, cepat ikut kemana arah JPS ini " Brian menunjukkan letak posisi keberadaan Xia dan Rafa saat ini.

Asisten itu mengangguk langsung saja mereka menuju tempat di mana letak JPS nya itu.

________

Di tempat lain saat ini Xia baru sadar dan perlahan membuka matanya, lalu melihat sekeliling sampai pandangannya tertuju pada anaknya yang masih tak sadarkan diri di sampingnya.

" Rafa bangun nak, sayang kamu tidak apa nak " Xia sangat khawatir melihat sang putra masih belum sadar.

Dengan sekuat tenaga Xia berusaha menggapai anaknya, tapi tidak bisa karena saat ini tangan dan kaki Xia di ikat di sebuah kursi sama dengan sang putra.

" Ya Tuhan, shiiitt astaga nak bangun Rafa " Xia benar-benar khawatir tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Sampai pintu ruangan itu terbuka dan langsung masuk beberapa orang, langsung saja Xia melihat kearah beberapa orang itu, dan sungguh terkejutnya Xia melihat siapa mereka.

" Nella, Lila, Mama, dan kamu... " Xia langsung menatap tajam pada mereka saking herannya.

" Hahaha... Kenapa kaget, dasar perempuan tidak tahu diri " kata Nella sambil melipat tangannya berjalan menuju ke arah Xia.

" Sudah saya bilang, saya tidak sudi di panggil seperti itu, saya tidak pernah menerima kamu sebagai anggota keluarga kami " bu Rita dengan kesalnya menuju ke arah xia yang masih terikat di kursi itu.

" Benar, makanya sadar diri, dasar tidak tahu diri huuh... " Lila juga ikut mendekat ke tempat Xia berada.

" Maaf sayang, aku terpaksa membiarkan kamu seperti ini, agar kamu kembali pada ku hahahaha... " Dengan tidak tahu dirinya Dimas mengatakan itu.

" Cuuuiiihhhh, kalian sungguh keterlaluan, kalau kalian mau macam - macam lakukan padaku, jangan pada anak ku, lepaskan anakku ma, dia cucumu juga " kata Xia marah sekaligus memikirkan keadaan anaknya sekarang.

Hahahaha...

Mereka tertawa melihat rintihan Xia tapi masih tetap kuat meluapkan kekesalannya.

" Tu tante dia cucumu tan, bagaimana dengan anak ini " Nella menyerahkan anak kecil itu pada bu Rita.

" Kamu tidak usah mengkhawatirkan Rafa, pikirkan saja dirimu sendiri " bu Rita langsung menghampiri cucunya yang masih tak sadarkan diri itu.

" Lila bawa Rafa keluar " perintah bu Rita, meskipun membenci Xia tapi tidak dengan cucunya itu.

" Baik ma " langsung saja Lila membawa Rafa keluar dari ruangan itu.

" Mau di bawa kemana anakku, tolong ma lepaskan aku, jangan ambil anakku " jerit Xia melihat Rafa di bawa keluar oleh Lila.

Hahahahah...

Mereka tertawa senang melihat kesengsaraan yang Xia rasakan sekarang.

" Kamu tidak usah mengkhawatirkan Rafa, sekarang pikirkan saja bagaimana dirimu selanjutnya hahaha, jangan harap bisa keluar dari tempat ini dengan selamat " ucap Nella dengan menatap tajam dan tawa sinisnya pada Xia.

" Makanya jadi perempuan itu tahu diri, sudah sering saya katakan menjauh dari anak saya masih saja kamu tidak mau pergi, tidak sadar juga jadi orang huuh... " sambil mendorong kepala Xia dengan telunjuknya.

" Shiiittt, lepaskan awas kalian tidak akan ku lepaskan kalian semua " saat ini tidak takut lagi yang Xia rasakan tapi marah yang begitu besar ia rasakan terhadap mereka semua.

" Hahahahah, masih berani juga kamu, punya nyali besar juga menghadapi kami " kata Dimas tidak habis pikir.

Saat ini Xia tidak perduli dengan apa yang mereka katakan, karena kemarahan Xia sudah sampai di ubun - ubun saking marahnya Xia kepada mereka semua.

" Awas kalian, tidak ada ampun lagi, terutama kamu perempuan tua tidak berperasaan " kata Xia dengan sinisnya tidak perduli lagi kalau bu Rita itu mertuanya.

Plakkk...

Saking marahnya bu Rita mendengar itu langsung saja melayangkan tamparannya pada Xia.

" Shiiittt, hmm... " meskipun perih akibat tamparan bu Rita, bertambah besar juga kemarahan Xia pada wanita yang sudah melahirkan suaminya itu.