Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Dulu Asih sengaja memasang susu pemikat karena ingin membuat semua pria tertarik terhadap dirinya, dia ingin membuat Rahmat cemburu. Dia ingin membuat Rahmat tertarik kembali kepada dirinya, lalu bertengkar hebat dengan Mirna.
Tentu saja tujuannya agar rumah tangga pria itu bersama dengan Mirna hancur, dia juga ingin membuat rumah tangga pak Lurah dan juga bu Lurah hancur.
Impiannya kini terwujud, karena rumah tangga Rahmat dan juga Mirna memang sedang diambang kehancuran. Rumah tangga pak Lurah dan juga bu Lurah sebentar lagi akan sirna.
Namun, Asih sudah menyangka kalau akan banyak lelaki yang tergoda oleh dirinya dan begitu tergila-gila oleh dirinya. Bahkan, ada beberapa lelaki yang terobsesi untuk memiliki dirinya.
"Kenapa juga dulu aku melakukan hal yang begitu nekat? Kalau udah begini jadinya kan' repot, mana Mbah Jarwo sudah meninggal."
Asih mengacak rambutnya, dia bahkan sampai menangis karena bingung harus apa. Di saat dia sedang menangis, Asih mendengar seperti ada yang membuka pintu rumahnya dari belakang.
"Siapa?!" teriak Asih.
Rasa takut mulai menyeruak ke dasar hatinya, mendengar pintu rumahnya terbuka dia menjadi takut akan ada orang yang berbuat nekat kepada dirinya.
"Siapa coba malam-malam buka pintu belakang? Bukannya pintu belakang sudah aku kunci?"
Dengan penuh kewaspadaan Asih melangkahkan kakinya menuju pintu belakang, wanita itu begitu kaget karena di dapurnya sudah ada Ahmad yang sedang berdiri dan menatap dirinya dengan tatapan penuh minat.
"Mau ngapain kamu ke sini? Kenapa bisa-bisanya kamu datang lewat pintu belakang? Kamu rusak pintu belakang aku ya?"
"Hehehehe! Maaf, Neng Asih. Saya itu benar-benar menyukai Neng Asih, saya benar-benar ingin menikahi Neng Asih. Mau minta sawah, mau minta tanah, mau minta uang yang banyak juga saya kasih. Nikah yuk?"
Asih malah bergidik mendengar tawaran dari Ahmad, pria itu menyukai dirinya bukan karena ketulusan. Asih bisa melihat dari sorot mata pria itu, dia tak mau.
"Maaf, saya gak bisa. Tolong keluar dari rumah saya," ujar Asih.
Bukannya keluar dari rumah Asih, Ahmad malah memperhatikan tatapan mata Asih. Setiap kali wanita itu berkedip, Ahmad merasa seperti ada cahaya dari mata wanita itu.
Tak lama dia juga menatap dada Asih, dada wanita itu seperti melambai-lambai untuk disentuh, dipijat dan diberikan sentuhan penuh gelora.
"Kamu itu sangat menggoda, Neng Asih. Apalagi kalau saya lihat bokongnya, duh! Jadi pengen nabok, boleh dong toel dikit?"
Asih langsung melototkan matanya, dia tidak menyangka dengan apa yang akan dikatakan oleh Ahmad. Dia merasa kalau Ahmad merupakan pria yang begitu messsum.
"Nggak bisa! Cepat pergi!" teriak Aish.
Ahmad tertawa mendengar Asih yang berteriak, pria itu malah semakin mendekat ke arah Asih. Asih yang takut langsung memundurkan langkahnya, Ahmad begitu suka sekali melihat wajah Asih yang semakin memikat ketika ketakutan seperti itu.
"Salah sendiri, kenapa kamu begitu menarik? Saya sampai tidak bisa tidur, wajah dan tubuh kamu selalu saja menari-nari di depan mataku. Saya ingin memiliki kamu, Neng Asih."
Ahmad tanpa diduga langsung memeluk Asih, wanita itu begitu kaget dan memberontak di dalam pelukan Ahmad. Namun, Ahmad malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Jangan seperti ini! Tolong lepaskan! Semuanya bisa dibicarakan secara baik-baik, nanti kamu yang rugi sendiri. Nanti kamu bisa dipenjara loh!" teriak Asih.
Dia mencoba mencari keributan, siapa tahu ada tetangganya yang datang. Walaupun setelah diingat ini, bu Darmi yang rumahnya tidak jauh dari Asih sedang pulang kampung.
"Saya tidak masalah kalau dipenjara, yang terpenting sekarang saya bisa mendapatkan kamu. Bisa enak enak sama kamu, duh! Gak sabar," ujar Ahmad sudah seperti Anjingg dengan bibirnya yang sudah melet keluar ketika melihat makanan enak.
"Jangan nekat! Pikirkan masa depan," ujar Asih ketika Ahmad mencoba untuk melepaskan baju yang dipakai oleh Asih.
"Persetan dengan masa depan, yang terpenting saat ini saya bisa merasakan tubuh kamu yang begitu menggoda ini, Neng Asih."
Pria itu benar-benar mengerikan saat menatap Asih, Asih sampai menangis karena begitu takut. Dia tidak mau kalau sampai diperkosa oleh pria itu.
"Tolong! Tolong!" teriak Asih.
Ahmad malah mencoba untuk menurunkan celana yang dipakai oleh wanita itu, Ahmad merasa tidak tahan melihat bokong Asih. Dia ingin meremat bokong itu.
"Jangan teriak, Neng Asih."
Ahmad mencoba untuk menyatukan bibirnya dengan bibir Asih, tetapi dengan cepat wanita itu menggigit bibir Ahmad. Sontak saja hal itu membuat Ahmad menjerit kesakitan.
Ketika Ahmad merasa kesakitan, Asih dengan cepat berlari keluar dari dalam rumahnya. Dia berlari seperti orang kesetanan, kakinya sampai berdarah terkena batu.
"Tolong! Tolong Sa----"
Asih melihat ada orang yang turun dari mobilnya, seorang pria yang ternyata adalah pak Lurah. Asih langsung terdiam, dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Ada apa, Asih? Apa kamu butuh bantuan saya?" tanya Pak Lurah dengan tatapan penuh minat.
"Saya---"
"Asih! Jangan lari kamu!" teriak Ahmad yang langsung menghampiri Asih.
Pak Lurah dan juga Ahmad saling menatap, keduanya terlihat memberikan tatapan yang begitu tajam dan penuh dengan permusuhan.
"Ada apa ini?" tanya Pak Lurah.
Ahmad adalah seorang yang terpandang, tentu saja dia tidak mau menjadi orang yang derajatnya dipandang hina. Pria itu dengan cepat mencari alasan.
"Saya sudah membayar Asih, tetapi dia tidak mau tidur dengan saya!" teriak Ahmad.
"Nggak ada kaya gitu! Justru dia datang ke rumah saya lewat pintu belakang, dia mau memperkosa saya!" pungkas Asih.
Pak Lurah tahu kalau Asih bukanlah wanita yang sembarangan, karena saat dia mendekati Asih saja, Asih begitu menjaga jarak dengan dirinya. Namun, dia tidak ingin kehilangan kesempatan.
Pak Lurah mendekat ke arah Asih, dia berbisik tepat di telinga wanita itu.
"Saya tentunya bisa membuat kamu lepas dari pria itu, tapi ada syaratnya." Pak Lurah memundurkan wajahnya, lalu dia menunduk untuk menatap milik Asih.
Asih bukan wanita bodoh, dia tahu maksud dari pria itu. Namun, saat ini dia benar-benar terjepit. Dia sudah seperti memakan buah simalakama, memilih Ahmad ataupun pak Lurah sama saja.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanya Asih dalam hati.
beruntung banget asih...
bahaya nggak tuh..???
kalah cepet nih Rahmat... wkwkwkwkwkwk....
gimana asih .. balikan atau milih orang baru pada akhirnya....
kalau lagi bad mood ataupun marah-marah nggak iklas, masakannya juga anggak enak...😭