NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32 : Naluri yang Terbangkitkan

Maria langsung terbelalak, seraya menatap Emilia.

“Aku ingin membahas tentang kontrak kerja sama. Kau adalah orang pertama yang setuju dengan tawaranku tadi. Benar, kan?” Hardin tersenyum kalem, seraya melirik sekilas kepada Maria, lalu kembali mengarahkan perhatian pada Emilia yang juga terbelalak atas ucapan pria itu

Namun, dengan segera Emilia menguasai keterkejutannya. Dia berusaha menyembunyikan perasaan itu, berpura-pura membenarkan ucapan Hardin. “Um, iya.”

“Apa?” Maria membalikkan pundak Emilia sehingga jadi menoleh padanya. “Aku tidak tahu kau sudah .... Maksudku, kau bahkan seperti tidak menyimak apa yang dibahas Tuan Rogers saat pertemuan tadi. Bagaimana bisa langsung setuju? Astaga, aku benar-benar tidak mengerti.” Maria menggeleng, diiringi raut aneh.

“Sebenarnya, aku sudah diberitahu tentang program kerja sama ini beberapa hari yang lalu,” ujar Emilia tenang. Aktingnya sangat bagus di depan Maria. “Kau tahu sendiri, ibu mertuaku adalah orang terakhir yang meninggalkan tempat pembangunan penginapan milik Tuan Rogers. Awalnya, dia menolak keras pindah dari sana. Namun, setelah Tuan Rogers menjelaskan visi dan misinya, ibu mertuaku jadi berubah pikiran,” jelas Emilia bohong.

“Oh, astaga. Dan kau tidak mengatakan apa pun padaku?” protes Maria.

“Lanjutkan saja nanti perbincangan kalian. Aku tidak punya banyak waktu,” sela Hardin, yang tak sabar menunggu Emilia.

Emilia dan Maria serempak menoleh.

“Ikuti aku, Nyonya Olsen.” Hardin langsung berbalik, tanpa menunggu tanggapan dari  Emilia. Dia melangkah gagah meninggalkan kedua wanita yang saling pandang sesaat.

“Kau pulang duluan saja,” suruh Emilia, diiringi senyum hangat. Dia melambaikan tangan, sebelum berlalu meninggalkan Maria.

Emilia berjalan cepat demi mengimbangi langkah Hardin. Sesaat kemudian, mereka tiba di depan ruang kerja.

“Silakan masuk.” Hardin membukakan pintu, mengizinkan Emilia masuk lebih dulu.

“Terima kasih.” Emilia melangkah masuk. Dia berusaha tetap tenang, berlagak seolah tak ada perasaan apa-apa dalam hatinya. Padahal, jantungnya sudah berdetak seribu kali lebih cepat dari keadaan normal.

Sementara itu, Hardin pun demikian. Setelah menutup pintu, dia tertegun sejenak sambil memperhatikan Emilia dari belakang. Meskipun wanita itu tidak mengenakan pakaian ketat yang dapat menggugah berahi pria yang melihatnya, tetapi Hardin sudah mengetahui seperti apa bentuk tubuh ibunda Blossom tersebut.

Sekilas, terbayang lekukan indah nan mulus yang pernah Hardin nikmati pada malam itu. Naluri kelelakiannya tiba-tiba terbangkitkan. Ada dorongan kuat yang terus mendesak, memaksanya untuk kembali meminta kenikmatan yang sama.

Hardin maju, lalu berdiri tepat di belakang Emilia. Seketika, tercium aroma menyegarkan dari rambut panjang wanita 25 tahun tersebut. Hardin tak kuasa mengendalikan diri. Disentuhnya ujung rambut Emilia, kemudian dimainkan perlahan.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Emilia, sembari menahan gejolak kuat dalam dada. Sesekali, wanita cantik bermata hijau zamrud tersebut memejamkan mata, meresapi bau maskulin yang menguar dari tubuh Hardin.

“Aku ingin kau jadi orang pertama yang menerima kerja sama ini,” ucap Hardin pelan dan dalam.

“Kau tahu, aku belum menyetujui apa pun denganmu.”

“Tidak apa-apa. Itu hanya strategi kecil yang harus kulakukan demi menarik minat warga.”

Emilia tertawa renyah, kemudian berbalik jadi menghadap Hardin. “Bukankah kau mengatakan itu hanya penawaran?”

“Astaga, Emilia. Aku menawarkan, tapi bukan berarti akan pasrah begitu saja,” bantah Hardin tenang. “Bagaimana jika kau ikuti rencanaku? Aku berjanji akan memberikan hadiah menarik, bila rencana ini berhasil.”

“Bagaimana jika tidak?”

Hardin menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum kalem. “Aku akan memberikan beberapa kemudahan untukmu.”

Emilia tidak segera menanggapi. Dia hanya menatap Hardin beberapa saat, seakan sedang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak diketahui apa.

“Mari bicara sambil duduk,” ajak Hardin, seraya mengarahkan tangan ke kursi.

Emilia tidak menolak. Dia langsung duduk, dengan pandangan terus tertuju kepada Hardin yang tengah menuangkan minuman ke dalam gelas.

Sesaat kemudian, Hardin menghampiri sambil membawa dua gelas minuman berwarna merah. Dia memberikan satu kepada Emilia.

“Minuman apa ini?” tanya Emilia, sebelum meneguk isi dalam gelas yang Hardin berikan. “Aku tidak mengkonsumsi minuman beralkohol,” tolaknya kemudian, seraya meletakkan gelas di meja.

“Jumlah seperti itu tidak akan membuatmu mabuk,” ucap Hardin tenang.

“Aku tidak mau mengambil risiko,” tolak Emilia cukup tegas.

“Baiklah. Kau ingin minum yang lain?” tawar Hardin.

“Tidak usah,” tolak Emilia segera.

Hardin mengembuskan napas pelan dan dalam, lalu meneguk minumannya. Setelah itu, dia kembali berbicara. “Kita sudah membahas ini sejak jauh-jauh hari. Kau adalah orang pertama yang kuberitahu. Maksudku, di antara warga desa.”

“Kenapa harus melibatkanku? Kau berniat memperalatku agar bisa memperlancar niatmu?” Nada serta tatapan Emilia menyiratkan rasa tak suka atas ide gila Hardin.

“Aku tidak berniat memperalat siapa pun. Apalagi kau. Ini hanya kebetulan, Emilia,” bantah Hardin tenang. “Kau sudah mendengar seperti apa rencanaku dalam membangun sektor pariwisata di desa ini.”

Emilia tersenyum sinis menanggapi ucapan Hardin.

“Desa ini sangat indah. Aku heran, kenapa tak ada seorang pun yang berpikir untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata? Tidak juga dengan mendiang kakekku.”

“Tidak semua orang gila akan kekayaan, Tuan Rogers. Kami mencintai alam desa yang asri dan damai. Apakah kau bisa menjamin orang-orang yang datang kemari tidak akan melakukan perusakan pada kelestarian yang selama ini terjaga?”

“Tidak semua orang memiliki pikiran sempit, Emilia,” balas Hardin.

“Kau mengatakan aku berpikiran sempit?” protes Emilia tak terima.

“Aku tidak menyebut nama,” bantah Hardin.

“Ya, tapi aku yang mengatakan itu padamu. Barusan.” Emilia mulai bersungut-sungut karena kesal. Padahal, Hardin berbicara dengan cara baik-baik terhadapnya.

Hardin tersenyum kalem menanggapi sikap kesal Emilia. Lagi-lagi, dia dituntut untuk sabar, demi bisa mencapai tujuan. “Aku tidak akan mengatakan kau sedang tertekan saat ini. Apa lagi yang menjadi masalahmu? Grayson sudah kembali. Bukankah itu yang selama ini jadi keresahan terbesar dalam hidupmu?”

“Kau selalu bersikap sok tahu,” balas Emilia agak ketus.

Hardin kembali tersenyum kalem. “Baiklah. Aku tidak berniat membahas masalah itu sekarang. Jadi, bagaimana dengan tawaranku tadi?”

“Ini terlalu mendadak. Sebenarnya, aku cukup berminat. Akan tetapi, untuk membuka toko sendiri pasti memerlukan modal awal. Jujur saja, aku tidak memiliki uang sebanyak yang dibutuhkan,” ungkap Emilia apa adanya.

“Berapa yang kau butuhkan?” tanya Hardin serius.

“Aku tidak tahu berapa pastinya,” jawab Emilia.

“Kalau begitu, kau buat saja data lengkap mengenai modal awal yang dibutuhkan.”

“Untuk apa?”

“Aku akan memberikan pinjaman sesuai yang kau butuhkan. Bagaimana?” tawar Hardin serius.

Namun, itu tidak membuat Emilia terlihat senang. Dia justru menatap tegang.

“Kenapa?” tanya Hardin keheranan, melihat raut wajah Emilia.

“Apa lagi yang kau inginkan?”

1
Shanty Yang
suka semua dgn novel author satu ini ❤❤❤❤❤
Rahmawati
pasturnya gk mendukung hubungan hardin dan emilia padahal dia tahu emilia hamil anak hardin
Evitha Junaedy
semoga Hardin tau soal Emilia hamil dah
Evitha Junaedy
semoga bp pendeta ngasih tau biar dua2nya tau tuh
Rahmawati
akhirnya hardin mengakui kl dia jatuh cinta sm emilia
octa❤️
nah lhoo..ngaku juga akhirnya
Rahmawati
ketemu lagi. sama hardin, pasti ujung ujungnya kalian bertengkar
Evitha Junaedy
mdh2an ketahuan Hardin tuh Emili hamil
Rahmawati
emilia yg hamil tapi hardin yg mengidam, bagus Thor kasih hardin pertanda
Evitha Junaedy
Hardin ngidam tuh...
Evitha Junaedy
duuuh aku do'ain tuh Hardin yg ngidam biar makin kelimpungan tuh
Rahmawati
millie sudah biasa mengurus anak tanpa suami
Lusy Purnaningtyas
ha ha, saling sindir...
jangan lama lama updatenya thor...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Maaf ya, Kak Lagi sibuk pendaftaran anak sekolah
total 1 replies
Evitha Junaedy
apa Hardin akan tau Emilia hamil anaknya...
Rahmawati
penasaran sama isi perjanjian nya, kl sekedar ngasih pinjaman dan tdk merugikan mungkin emilia akan setuju
Evitha Junaedy
siapa suruh kgk ada kabar lawan donk Emili.. mdh2an tuh muka anaknya mirip Hardin..
Rahmawati
lanjuttt, tambah seru
iseng
semangat update kk.. novelnya 👍
Lusy Purnaningtyas
kenapa millie tidak membela diri??
secara Grayson telah menghilang bertahun2 tidak bertanggung jawab
Rahmawati
hah beneran hamil nih emilia, anaknya hardin rogers
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!