Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32.
Amanda pamit kepada lelaki itu, lelaki itu tersenyum kepada Amanda lalu mengangguk. Hati Yanuar bertambah panas melihat lelaki itu tersenyum kepada Amanda.
Amanda berjalan menghampiri Yanuar. “Kamu sudah lama menunggu Abang?” tanya Yanuar.
“Lumayan lama, Bang. Sekitar dua puluh menit. Tadi kelasnya bubar lebih awal dari biasanya, dosennya mau pergi ke rumah sakit,” jawab Amanda.
Yanuar membayangkan selama dua puluh menit Amanda menunggunya sambil tersenyum dan tertawa dengan lelaki lain. Ia benar-benar kesal.
“Kenapa Amanda tidak telepon Abang? Abang bisa menjemput kamu lebih awal,” tanya Yanuar dengan kesal.
“Amanda nggak mau mengganggu Abang. Lagipula Amanda tidak sendiri, banyak teman-teman yang menemani Amanda,” jawab Amanda.
Yanuar kembali menoleh ke tempat Amanda menunggunya, lelaki yang berdiri bersama Amanda sudah tidak ada. Entah ke mana laki-laki itu pergi.
“Kita berangkat sekarang, Bang?” tanya Amanda.
Yanuar kembali menoleh ke Amanda. “Iya,” jawab Yanuar dengan singkat. Mereka pun berjalan menuju mobil.
“Pake mobil Abang atau mobil Amanda?” tanya Amanda sambil berjalan.
“Mobil Abang saja,” jawab Yanuar dengan dingin.
Mereka berjalan menuju mobil Yanuar. Yanuar membuka kunci mobil dengan menggunakan remote. Kemudian Amanda membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam mobil Yanuar. Yanuar menyalakan mesin mobil lalu menjalankan mobilnya.
Selama di perjalanan Amanda membicarakan tentang rencana pernikahan mereka yang sudah ia rancang bersama Claudia dan Rahma. Yanuar hanya diam saja ketika Amanda sedang berbicara. Tidak ada senyum terukir di wajah Yanuar. Wajah Yanuar nampak tidak bersahabat dan kaku. Bahkan Yanuar pun tidak menoleh sedikitpun ke arah Amanda.
Amanda merasa ada yang beda dengan Yanuar. Ia merasa Yanuar seperti sedang marah kepadanya. Akhirnya Amanda memutuskan untuk diam tidak meneruskan pembicaraannya.
Akhirnya mereka sampai di depan kantor wedding organizer. Yanuar menghentikan mobilnya di tempat parkir lalu mematikan mesin mobil. Ia membuka safety belt. Amanda tetap diam di tempat duduknya tanpa membuka safety belt. Yanuar membuka pintu mobil. Ketika ia hendak turun ia menoleh ke Amanda. Amanda masih tetap di tempat duduknya.
“Ayo turun!” ujar Yanuar.
Namun, Amanda tetap bergeming. Yanuar menghela napas melihat Amanda masih tetap di tempat duduk. “Kamu kenapa?” tanya Yanuar.
Amanda menoleh ke Yanuar. “Semestinya Amanda yang bertanya, Abang kenapa?” jawab Amanda.
“Abang tidak kenapa-kenapa,” jawab Yanuar.
“Abang bohong! Abang tidak biasanya bersikap seperti itu,” seru Amanda.
“Bersikap bagaimana?” tanya Yanuar.
“Abang dari tadi diam saja. Tidak mendengarkan kata-kata Amanda. Wajah Abang seperti tidak suka mendengarkan kata-kata Amanda,” jawab Amanda dengan sedih. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
“Kalau Abang tidak mau menikah dengan Amanda lebih baik kita akhiri saja! Amanda tidak apa-apa jika tidak jadi menikah dengan Abang,” kata Amanda dengan spontan.
Amanda membuka safety belt kemudian ia membuka pintu mobil. Ia hendak keluar dari mobil Yanuar. Namun, Yanuar langsung memegang tangan Amanda, agar Amanda tidak keluar dari mobilnya.
“Lepaskan tangan Amanda, Bang! Amanda mau pulang.” Amanda menarik tangannya agar Yanuar melepaskan tangannya. Air mata Amanda mengalir di pipinya.
“Amanda. Dengarkan Abang dulu!” Yanuar tidak melepaskan tangan Amanda. Ia tidajk ingin Amanda pergi sebelum mendengarkan penjelasannya. Akhirnya Amanda tidak jadi keluar dari mobil Yanuar karena Yanuar tidak melepaskan tangannya.
Yanuar menyalakan mesin mobilnya dengan tangan kanan. Tangan kiri-nya memegang tangan Amanda. Ia menyalakan pendingin udara agar di dalam mobil tidak terasa panas. Yanuar menghadap ke Amanda. Tangan kiri-nya masih memegang tangan Amanda. Ia takut Amanda pergi meninggalkannya.
Yanuar menarik napas dalam-dalam. “Abang serius sama Amanda. Abang ingin menikah dengan Amanda,” ujar Yanuar dengan lembut.
“Lalu kenapa Abang terlihat tidak senang ketika Amanda menceritakan rencana untuk hari pernikahan kita nanti?” tanya Amanda sambil menangis.
“Bukan itu yang Abang persoalkan,” jawab Yanuar.
“Apa yang Abang persoalkan?” tanya Amanda dengan kesal.
Yanuar menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyan Amanda. “Abang tidak suka melihat kamu berduaan dengan laki-laki lain! Apa lagi kamu tersenyum dan tertawa dengan laki-laki itu,” jawab Yanuar.
Tiba-tiba wajah Amanda tersenyum mendengar perkataan Yanuar. Entah mengapa ia merasa senang mendengarkan apa yang Yanuar katakan. “Abang cemburu?” Amanda menatap wajah Yanuar dengan wajah yang berbinar-binar.
“Pokoknya Abang tidak suka!” jawab Yanuar dengan kesal.
“Kenapa Abang tidak bilang kalau Abang cemburu? Amanda kan jadi salah paham,” kata Amanda dengan lembut.
Yanuar memandang Amanda dengan wajah merasa bersalah. “Maafkan Abang, ya. Abang sudah membuat kamu salah paham dan bersedih,” ujar Yanuar.
“Tidak apa-apa, Bang. Amanda senang kalau Abang cemburu,” jawab Amanda sambil tersenyum.
“Amanda janji. Amanda akan menjaga perasaan Abang. Mulai hari ini Amanda tidak akan dekat-dekat lagi dengan lelaki lain. Karena Amanda sudah menjadi calon istri Abang,” lanjut Amanda sambil mengangkat kedua jarinya. Sebagai tanda ia tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
“Sekarang kamu hapus air matamu! Nanti orang mengira Abang sudah apa-apain kamu,” ujar Yanuar.
Amanda mengambil tissue yang berada di atas dashboard mobil. Ia menghapus air mata yang berada di pipi, Setelah mata dan pipinya kering, ia mengambil kotak bedak dari dalam tas. Ia memperbaiki riasan wajahnya. Yanuar membiarkan Amanda memperbaiki riasan wajah. Ia menoleh pandanganya ke arah keluar untuk mengalihkan perhatiannya. Ia tidak tahan ketika melihat bibir Amanda dari dekat. Rasanya ia ingin menge’cup bibir Amanda.
Setelah selesai memperbaiki riasan wajah, Amanda memasukkan kembali tempat bedak dan pemerah bi’bir ke dalam tas. “Ayo kita turun sekarang!” kata Amanda.
Yanuar menoleh ke Amanda. Riasan wajah Amanda sudah kembali rapih. “Sudah selesai?” tanya Yanuar.
“Sudah, Bang,” jawab Amanda.
“Ayo kita turun! Sebentar lagi mereka istirahat makan siang,” ujar Yanuar.
Yanuar mematikan mesin mobil lalu ia membuka pintu mobil. Ketika ia hendak turun dari mobil Amanda memanggilnya. “Abang!”
Yanuar menoleh ke Amanda. “Amanda cinta sama Abang,” kata Amanda dengan polos.
Yanuar tersenyum mendengar perkataan Amanda lalu ia turun dari mobil. Hati Amanda berbunga-bunga melihat senyum Yanuar. Walaupun Yanuar tidak pernah mengatakan cinta kepadanya, tetapi Amanda yakin jika Yanuar juga cinta kepadanya.
Yanuar membuka pintu mobil yang berada di sebelah Amanda. “Ayo turun!” ujar Yanuar.
“Iya, Bang.” Amanda menyelempangkan tali tas di bahu lalu turun dari mobil. Yanuar menutup kembali pintu mobil. Mereka pun berjalan bersama menuju ke kantor Wedding Organizer.
.
.
Setelah pulang dari kantor Wedding Organizer mereka makan siang di sebuah resto yang letaknya tidak jauh dari kantor Wedding Organizer. Mereka makan sambil membicarakan rencana pernikahan mereka. Tanpa mereka sadari ada seseorang laki-laki muda mendekati meja mereka.
.
.
Hari ini Deche update 1 bab. Kepala Deche pusing melihat bab yang harus diedit.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/