Trapped in a forced marriage siapa yang mau? Apalagi dengan ceo dingin!!!!
Tapi, kenyataannya itulah yang harus di terima oleh Violette. Lahir di keluarga yang cukup terpandang dan berpengaruh tidak membuat nya lepas dari plot twist kehidupan. Ya, Violette lahir di lingkungan mafia dan ayahnya adalah mob boss. Tanpa sepengatahuan dia, ayahnya memaksanya menikah dengan seorang CEO tampan namun Dingin bernama kang Junho. Tentu itu semua karena urusan bisnis dan kerjasama.
"Aku? Wanita cantik, seceria dan semanis aku harus menikah dengan kulkas, eww! never!!"
akankah kisah pernikahan mereka berjalan mudah semudah membalikkan telapak tangan? Atau malah ambyar?
We'll never know.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violette_lunlun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LULU MARAH
Junho dengan cepat menahan tubuh Lily agar tak jauh. Refleks Junho yang langsung menolong Lily membuat darah Lulu mendidih, dia gak pernah menyangka seperti ini kelakuan Junho.
Lulu maju satu langkah, tatapannya tajam saat dia menatap Lily, "Heh! apakah kau gak punya malu? menjadi seorang pelakor dan hanya menjadi toilet bagi pria ini?," Lulu melirik Junho.
Lily jengkel karena dirinya disebut sebagai toilet, meskipun secara fakta itu gak salah. Dirinya selalu tidur dengan Junho. Apalagi Junho selalu membagikan masalahnya dengan Lily ketimbang bersama Violette.
Lily tak menganggap serius, "Kamu siapa ikut campur? Salahkan wanita itu yang tak bisa membuat nyaman hingga suaminya sendiri berlari pada ku," Lily menunjuk Violette yang mengepalkan tangannya.
"Kau bertanya siapa aku? Aku kakak Violette, Lulu. Kau benar-benar gak tahu malu, menjijikan!," Bentak Lulu di hadapan Lily.
Lily hanya mencibir, "Bla, bla, bla, whatever you say. Junho akan tetap bersama ku. Iyakan, sayang?," Lily menatap Junho.
Junho tersenyum lembut, "Tentu saja, hanya kau yang ku cinta," Tangan Junho membelai lembut rambut Lily.
Violette gak tahan melihat itu. Dirinya langsung menampar suaminya. Tamparan kerasnya mengundang perhatian khalayak ramai. Semua orang menyaksikan keributan yang terjadi. Bisik-bisik terdengar, semua menebak-nebak siapa yang salah.
Lulu memperhatikan perhatian semua orang tertuju pada mereka. Lulu menatap tajam Junho, "ingat! Aku akan bicara pada mu nanti dirumah!," Setelah mengatakan itu Lulu menarik tangan Violette, membawa wanita itu keluar dari mall.
Junho menatap acuh kedua wanita yang pergi. Perhatiannya tertuju pada Lily yang tampak tak nyaman menjadi pusat perhatian. Junho membawa wanita itu keluar dari mall. Dia membantu wanita itu menutupi wajahnya dari paparazi dan orang-orang yang meneriakkannya dengan kata-kata 'pelakor'.
Langit diluar kini sudah dihiasi dengan warna jingga dan ungu yang menyatu. Menciptakan suasana senja yang indah. Di dalam rumah, Lulu dan Violette duduk di sofa, mereka menunggu Junho pulang. Lulu tampak menahan amarahnya.
Gak lama suara mobil terdengar memasuki halaman rumah dan pintu depan. Junho masuk dengan tatapan lelah diwajahnya. Melihat Junho Lulu langsung berdiri. Tatapannya tak pernah teralihkan dari pria itu, "Aku ingin bicara empat mata dengan mu!," Katanya tegas. Kedua tangannya mengepal, seakan sedang menahan emosi yang akan meledak kapan saja.
Junho memijat pelipisnya, dia benar-benar tak ingin berdebat dengan siapapun hari ini. Perusahaannya sedang mengalami penurunan pemasukan dan juga ditambah dengan informasi adanya seseorang yang ingin membobol informasi perusahaan. Sekarang dia hanya ingin beristirahat, Namun sepertinya itu gak mungkin karena Lulu ingin membicarakan tentang masalah di mall.
"Kak, aku lelah. Banyak terjadi hari ini. Nanti saja, ya," Pinta Junho. kelelahan terdengar jelas dari nadanya.
Lulu menggeleng, "Tidak! aku ingin bicara! Sekarang! Temui aku dikamar ku," setelah mengatakan itu Lulu berbalik dan berjalan ke kamarnya, meninggalkan Violette dan Junho disana.
Violetta berdiri dan mendekati suaminya, "Maafin kak Lulu, ya. Dia gak bermaksud begitu. Dia hanya terkejut. setelah aku menjelaskan dia mungkin gak akan marah lagi," Violette mengelus punggung suaminya agar pria itu sedikit tenang.
Melihat Violette Junho menjadi emosi, andai saja istrinya tak pergi ke mall pasti semua ini gak akan terjadi. Dia menepis tangan istrinya, "Jangan ganggu aku! Kau dan kakak mu itu sama-sama beban bagiku," kata Junho, gak ada rasa bersalah sedikitpun dalam kata-katanya.
Violette kembali merasakan perih di hatinya. Apakah dia benar-benar beban untuk suaminya? Dia hanya ingin menawarkan kenyamanan bagi suaminya yang tampak begitu lelah. Dia hanya ingin belajar menjadi istri yang baik. Bukan hanya dia yang tersakiti disini.
Violette mencoba untuk tetap tegar, berusaha semaksimal mungkin agar tak menangis, "Maaf, ya. Aku hanya ingin membuat mu nyaman. Aku tahu kau lelah."
Junho berdecak kesal, "Kau ingin aku nyaman? Maka pergilah dari hidupku, Istri sialan," Junho membenarkan jas yang dipakai lalu meninggalkan Violette yang terdiam di sana.
Junho kini masuk kedalam kamar Lulu, wanita itu berdiri di depan jendela. Saat Junho masuk dia berbalik dan menatap pria yang menjadi suami dari adiknya.
"Aku ingin bicara, tentang-," Belum selesai Lulu berbicara Junho sudah memotongnya.
"Cukup, kak. Aku tahu apa yang akan kau bicarakan. ya, aku selingkuh. Violette tahu itu. Kau ingin apa? marah padaku? Silahkan!," Ekspresi Junho cuek seolah dia gak peduli.
Melihat ketidakpedulian yang ditujukkan oleh Junho membuat Lulu kesal. Dia mendekati pria itu, tangannya terulur untuk mencengkram jasnya, "Kau itu sudah menikahi adikku!."
Junho tampak tak terintimidasi oleh bentakan Lulu, dia mencengkram tangan wanita itu, "Dengar, kak! Aku dan Violette hanya dijodohkan! Aku gak pernah mencintainya. berhentilah mengurusi hidup kami! Aku banyak urusan."
Junho menghempaskan pergelangan tangan Lulu dan keluar dari kamarnya. Lulu sempat terkejut, dia gak pernah tau kalau pernikahan mereka hanyalah perjodohan. tak ada yang memberitahu hal itu, "Kau akan menyesal, Junho!!," Teriak Lulu.
Junho hanya mengangkat bahunya. Dia menutup pintu kamar Lulu. Dia pergi ke ruang tamu, disana sepi dan dia tak melihat istrinya dimanapun. Junho berjalan ke halaman depan. Matanya tak sengaja menangkap bayangan hitam yang mengintip di atas tembok rumahnya namun sedikit terhalang pohon.
"Siapa disana?," Junho mendekati bayangan itu. Namun belum sempat melihat dengan jelas bayangan itu sudah pergi. Junho berdecak kesal.
Dia kembali masuk kedalam rumah. Saat menutup pintu dia melihat Bi Lis, dia menceritakan tentang apa yang dia barusan diluar. Bi Lis tampak panik mendengarnya. Wanita itu menatap Junho dengan tegas, "Dengarkan aku, tuan. Sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku harap kau menjaga nyonya. Ini tidak semudah itu. Banyak yang mengincar nyonya."
Junho mengangkat alisnya, "Mengincar istriku? Apakah itu musuh-musuh Haiden?"
Bi Lis mengangguk, "Benar, tuan," Junho mendengar itu hanya memutar matanya, "Ya, ya, ya, terserah. Asalkan tidak mengganggu ku, aku tak peduli. Sudah ya, bi, Saya lelah."
Junho hendak pergi, namun bi Lis kembali berkata, "Nyonya adalah wanita yang baik. Saat anda kehilangannya anda akan menyesal, Tuan..."
Junho terdiam sebentar, namun dia gak memikirkan lebih jauh. Dia kembali ke kamarnya. Disana dia melihat istrinya yang sudah tertidur. selimut menutupi tubuhnya. Junho duduk di sampingnya, dipandangnya wajah sang istri yang tampak tenang.
Dia menghela nafas, "Kenapa kakak mu dan bi Lis mengatakan hal yang seolah aku akan kehilanganmu? Kau tak akan kemanapun," Tangan Junho membelai lembut rambut Violette.
...----------------...
Di sebuah gang kecil, dua wanita berdiri dihadapan. Salah satu dari mereka memegang sebuah koper uang ditanganya. Siluet cahaya memperlihatkan senyum licik dari wanita yang memegang koper.
wanita uang ada didepannya mengangguk pelan, "Serahkan padaku, nona. Aku akan menjalankan semua yang perintahkan asalkan uang itu menjadi milik ku."
"Bagus," Wanita itu memberikan koper berisi uang. Jabat tangan dilakukan untuk mengikat kerjasama yang dilakukan keduanya.
wanita itu memegang koper dengan senyum miring diwajahnya. melihat jumlah uang yang begitu banyak membuatnya langsung merasa senang, "Tenang saja. Aku pastikan kalian akan mendapatkan informasi yang kalian inginkan."
__________________________
To Be be Continued
____________
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!
Follow juga!:)
mampir juga yaa..
Tapi, bacanya nanti ya, antrian panjang /Facepalm/