NovelToon NovelToon
Golden Hands Arm

Golden Hands Arm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sarunai

Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

"Hahaha… apa kabar, anak baru?" suara itu terdengar penuh ejekan.

"Sepertinya kau tidak mendengar peringatanku waktu itu, ya?"

Han hanya menatapnya santai, acuh tak acuh, seolah tidak menganggapnya ada.

Tatapan itu menusuk Piqri seperti paku dingin. Wajahnya langsung memerah, rahangnya mengeras.

"Berani sekali kau menatapku seperti itu!"

Dia menunjuk ke arah Han dengan penuh emosi.

"Patahkan kaki dan tangannya. Jangan bunuh dia. Aku ingin menyiksanya pelan-pelan!"

"Siap, Tuan Muda!"

Salah satu dari Pengawalnya langsung maju. Ia menyambar pergelangan tangan Han dengan kasar—

Namun klik! dalam satu gerakan cepat, Han memutar balik pergelangan orang itu dan mencekramnya keras.

"Ugh—!"

BRUGHH!!

Han melempar orang itu seperti boneka ke arah dua kawannya di belakang. Mereka bertiga terjatuh tumpang tindih.

Semua mata membelalak. Bahkan Citra yang mengintip dari dalam mobil ikut ternganga.

"Kalian semua! SERANG DIA!!!" teriak Piqri marah.

Para pengawalnya langsung mengepung dari segala arah.

Salah satu dari mereka mencoba menyelinap dari belakang untuk menendang punggung Han. Tapi…

BUKK!!

Han membalikkan badan dan menendang dada pria itu lebih dulu.

"Ughk!!"

Orang itu memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tubuhnya terhempas ke tanah keras akibat tendangan Han—tendangan yang dilapisi dengan elemen kegelapan, menghantam organ dalam dan merusaknya secara perlahan tapi pasti. Tubuhnya bergetar kesakitan, matanya membelalak, nafas tersengal.

Seorang lagi datang dengan teriakan marah, tinjunya diarahkan lurus ke wajah Han.

Swip!

Han hanya memiringkan kepala sedikit—dan DUAKK!—sebuah pukulan lurus menghantam perut lawan itu. Nafasnya langsung terhenti, tubuhnya terangkat sepuluh meter dari permukaan tanah sebelum jatuh menyusul kawannya yang terkapar.

Han sengaja tidak menghabisi mereka sekaligus.

Dia ingin… bermain-main lebih dulu.

Dalam sepuluh menit berikutnya, semua anak buah Piqri telah tersungkur. Mereka menggeliat dengan luka dalam yang parah—napas berat, darah di sudut bibir, beberapa bahkan tak mampu bersuara. Luka mereka bukan luka luar—melainkan luka dari hantaman energi, penghancur dari dalam. Butuh berbulan-bulan untuk bisa pulih.

Piqri hanya bisa berdiri membatu. Ketika melihat satu per satu pengawalnya tumbang, ia mencoba mundur. Tapi kakinya—

tak bisa digerakkan.

Ketika ia melihat ke bawah…

Basah.

Cairan hangat mengalir dari celana seragamnya, menetes ke sepatu mahalnya.

"Tidak… tidak…" wajahnya pucat, tubuhnya gemetar.

Han perlahan berjalan mendekat.

PLAK!

Satu tamparan ringan di pipinya—seolah bukan serangan, tapi penghinaan.

"Ck! Gaya doang jagoan, tapi gitu aja sampai… kencing di celana," kata Han sambil menyipitkan mata.

"To-tolong… am-ampuni gue…!"

Suaranya kecil, nyaris tak terdengar, seperti bisikan minta nyawa.

Han tersenyum tipis.

"Oke… gue ampuni. Tapi sebelum itu, gue lakuin dulu permintaan lo dari awal."

CRACK!!

ARGHHHH!!!

Suara tulang bergema. Jeritan pilu membelah sore hari.

Tangan kanan… kemudian tangan kiri…

CRACK!! CRACK!!

ARGHHHH!!!

Lalu lututnya, dihantam keras dengan kaki Han. Piqri tumbang, tubuhnya seperti boneka rusak.

Han berdiri di atasnya.

Matanya datar. Bibirnya terangkat sedikit.

"Tidak ada suara… yang lebih indah… dari raungan musuh yang terluka." Batin Han melihat penderitaan yang di alami piqri.

Ia berbalik dan mengetuk kaca mobil. Citra segera membuka kunci pintu, dan Han pun masuk. Mesin kembali menyala, mobil perlahan melaju, meninggalkan tubuh-tubuh berserakan di jalan.

Citra masih menutup mulutnya, matanya membelalak, seolah baru menyaksikan mimpi buruk dan pahlawan dalam satu waktu.

"Han… aku tidak percaya… ternyata kamu sekuat itu…" katanya terbata.

"Kamu… kamu berada di ranah mana sebenarnya? Kamu pasti sudah di atas kultivasi mereka… tidak mungkin kamu bisa mengalahkan semua itu tanpa luka."

Han hanya diam. Pandangannya lurus ke depan, menyetir dengan tenang.

Citra memanyunkan bibirnya, pipinya mengembung kesal.

"Hmmp! Masa ditanya gitu aja diam…" gerutunya dalam hati, sambil curi-curi pandang ke arah Han.

Tapi, Han tetap seperti biasa: datar, tenang, dan… sulit ditebak.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di halaman Vila Loc Frumos.

Udara sejuk dari bukit menyapa. Langit mulai berganti warna keemasan, dan dari tepi vila, tampak pemandangan kota Tamian kecil di bawah sana—seperti lukisan yang tak bergerak.

"Wah… ternyata kamu tidak bohong. Kamu benar tinggal di sini."

Citra turun dari mobil, menatap pemandangan dengan takjub.

"Pemandangan di sini luar biasa. Kalau aku tinggal di sini, rasanya setiap hari seperti liburan."

Han menyandarkan tubuhnya di mobil, menatap Citra sebentar sebelum bertanya:

"Kenapa Kamu tidak tinggal di sini sebelumnya?"

Citra menoleh cepat, matanya berbinar.

"Apa itu artinya… kamu mengajakku tinggal di sini?"

Nada suaranya penuh harap. Wajahnya mendekat, penuh antusias.

Han langsung menegakkan badan.

"Oh tidak. Maksudku… kenapa kamu tidak beli vila ini sebelum aku?"

Ia memperjelas, nada suaranya datar tapi penuh kewaspadaan.

Citra langsung cemberut.

"Hmph. Buat apa aku beli, itu kan vila keluarga Subyo. Lagian… mana mungkin aku tinggal sendirian di tempat sebesar ini."

Han hanya mengangguk pelan. Tapi belum sempat ia membalas, Citra melangkah lebih dekat.

"Kalau begitu… gimana kalau aku tinggal di sini sekarang?" katanya tiba-tiba.

"Aku bisa bantu menjaga Anya, jadi dia tidak akan kesepian. Aku juga bisa jadi teman mainnya, ngajarin dia belajar… dan…"

Wajah Citra tiba-tiba memerah.

"…aku juga bisa belajar jadi ibu rumah tangga…" batinnya, tapi tak sanggup diucapkan.

Han langsung membalikkan badan, wajahnya tegang.

"T-tidak! Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan kau tinggal di sini!"

Nada suaranya tinggi, hampir panik.

"Kenapa tidak bisa? Anya pasti suka, aku yakin itu! Lagian ini kan tempat besar, masa kamu tinggal berdua aja sama Anya?"

Citra menatapnya penuh harap.

"Bagaimana dengan orang tuamu? Mereka pasti akan keberatan jika kamu tinggal bersamaku," kata Han, mencoba mengelak.

memberi peringatan bahwa orang tuanya tidak mungkin mengijinkan anak mereka tinggal dengan seorang pria. Namun, jawaban dari Citra tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.

"Baiklah, nanti aku akan membicarakannya. Aku yakin mereka tidak akan keberatan, karena mereka sudah mengenalmu dengan baik," jawab Citra penuh semangat. Ia mengira Han baru saja memberinya izin.

Han menghela napas berat. Gadis itu benar-benar membuat kepalanya sakit.

Setelah mandi, Han turun ke ruang keluarga. Ia tidak melihat Citra dan Anya di sana, jadi ia duduk di sopa membuka Handphonenya dan bermain Game.

Beberapa menit kemudian, Citra dan Anya muncul di balik Life.

"Itu Abang kamu, Anya," ujar Citra sambil tersenyum manis dan menunjuk ke arah Han yang sedang pokus bermain game.

Anya mendekat dan duduk di samping Han.

"Bang, Kak Citra emang tinggal di sini sama kita ya?"

Han menoleh dan tersenyum pada Anya. Tapi senyum itu langsung lenyap saat ia mengalihkan pandangan ke Citra.

Matanya membelalak.

Citra hanya mengenakan crop top dan celana hotpants. Pusar dan sebagian pahanya terlihat jelas. Penampilannya sangat menggoda, apalagi dengan rambut yang dibiarkan terurai dan kulit putih bersih yang terlihat di bawah lampu ruang makan.

tangan Han yang lincah bermain Game terhenti.

__"Citra, apa maksudnya ini?" tanya Han dengan nada yang mulai meninggi. Sorot matanya tajam, darahnya berdesir tidak karuan.

Citra menunduk, wajahnya memerah.

"A-a-apanya? Aku hanya bilang yang sebenarnya… kalau aku akan tinggal di sini."

Han menarik napas panjang, mencoba menahan diri.

"Bukan itu maksudku. Maksudku, kau dapat baju itu dari mana?"

Citra menatap Han bingung, lalu menjawab pelan.

"Ini… aku bawa dari rumah. Sama beberapa pakaian lainnya."

Han membuang pandangan ke arah lain, mencoba menjaga fokus.

"Astaga…"

"Oh iya!" lanjut Citra, wajahnya kembali berseri-seri.

"Tadi aku juga sudah menghubungi orang tuaku. Mereka setuju, asalkan aku tinggal di sini bersama kamu. Mereka bilang… kamu harus menjaga ku baik-baik, selama di sini." katanya sambil duduk di sopa sebrang Han.

ia baru saja dari kamar Anya untuk mengganti baju dan meminta izin pada orang tuanya, saat Ham sedang mandi.

Han menatapnya lelah.

“Sial… ternyata semua ini sudah dia rencanakan,” gumamnya dalam hati.

Akhirnya, dengan terpaksa—dan pasrah—Han mengangguk.

"Baiklah. Tapi tolong jaga sikapmu selama tinggal di sini."

Citra mengangguk cepat, senyumnya lebar.

Han kembali duduk dan melanjutkan bermain game yang sebelumnya tertunda. Namun, konsentrasinya buyar. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah "aset kembar" yang menurutnya sangat pas di genggaman.

Citra menyadari hal itu. Pipi merahnya semakin jelas, tapi dia tidak menegur Han.

Sebaliknya, ia menunduk, tersenyum malu. Dalam hati, ia berkata,

"Kalau dia meminta... aku tidak akan menolak. Itu artinya hubungan kami resmi, kan?"

Han yang tidak kuat dengan suasana di ruang keluarga yang terlalu panas, akhirnya memutuskan naik ke kamar.

Dia ingin melarikan diri dari godaan. Tapi saat membuka pintu kamarnya, ponsel yang ada di genggaman–nya tiba-tiba berdering.

1
Iwan Brando
kenapa sdh selesai outhor ceitanya
Sarunai: lanjutannya nanti malam ya☺
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
thor tawaran terakhir kan 2T kok turun jadi 1T sih lupa ya thor apa dah ngantuk ya, kopi mana kopi
Sarunai: wah.. baru sadar😅
total 1 replies
Kama
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Gato MianMian
Kayaknya harus kasih bintang lima deh buat cerita ini!
Sarunai: terimakasih ☺
tunggu kelanjutannya 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!