follow Author..
IG : poppy.susanti.7927
FB : Poppy Susanti
Tiktok : Poppy Susan_33
"Menikahlah denganku, maka aku akan membiayai pengobatan adik kamu," seru Dava dingin.
Reva tidak bisa menolaknya, tidak dipungkiri kalau dia butuh biaya untuk pengobatan adiknya sedangkan Dava membutuhkan Reva untuk mengurus kedua keponakannya.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka, akankah mereka berbalik saling jatuh cinta dan berakhir dengan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Kemarahan Albi
Setelah minta izin, akhirnya Diva pun pulang ke rumahnya. Diva pulang dengan menggunakan taksi dan tidak membutuhkan waktu lama, Diva pun sampai di rumah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Sayang, kamu ke mana dulu? Mommy sudah nungguin kamu dari tadi," seru Mommy Reva dengan raut wajah khawatir.
"Nanti Diva ceritakan semuanya, sekarang Diva mau istirahat dulu capek," sahut Diva.
"Ya sudah, sana kamu istirahat."
Diva memang belum menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, dan rencananya nanti malam dia akan bicara.
Saat ini mereka memang hanya tinggal berempat, Amelia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu begitu pun dengan Rian, sudah meninggal akibat infeksi jantung yang dideritanya.
Sedangkan Chika dan Cello saat ini sudah hidup bahagia dengan pasangan mereka masing-masing.
***
Malam pun tiba...
Reva sudah menyiapkan makan malam untuk keluarganya.
"Diva, mana?" tanya Daddy Dava.
"Masih di kamarnya, sebentar lagi dia juga turun," sahut Mommy Reva.
"Malam Mom, Dad," sapa Diva.
"Malam juga sayang."
"Malam, adikku yang tampan," seru Diva dengan mengacak-ngacak rambut Dera.
"Astaga Kak, aku sudah dewasa ya, jangan seperti ini," kesal Dera.
Diva terkekeh, malam itu untuk pertama kalinya mereka berkumpul kembali setelah bertahun-tahun Diva bekerja di Semarang.
Setelah selesai makan malam, mereka semua kumpul di ruangan TV.
"Mom, Dad, ada yang mau Diva bicarakan kepada kalian," seru Diva.
"Apa?" tanya Daddy Dava.
"Mom, Dad, Diva memutuskan untuk menjadi pengasuh," sahut Diva.
"Hah, pengasuh?" seru Daddy Dava dan Mommy Reva bersamaan.
"Kak, jangan gila deh. Kakak itu menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk kuliah kedokteran dan sekarang setelah Kakak menjadi dokter, dengan mudahnya kakak ingin menjadi pengasuh? kakak gila apa?" seru Dera tidak percaya.
"Sayang, maksud kamu apa? bukanya dokter adalah cita-cita kamu sejak kecil, tapi kenapa sekarang kamu malah ingin jadi pengasuh?" tanya Mommy Reva bingung.
"Dengarkan Diva dulu, kalian jangan salah paham," kesal Diva.
"Ya sudah, sekarang kamu jelaskan yang sejelas-jelasnya. Alasan kamu harus masuk akal, kalau tidak masuk akal Daddy tidak akan mengizinkannya," seru Daddy Dava.
Diva menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. "Dad, Diva tetap merasa bersalah akan kejadian kecelakaan itu makanya Diva menawarkan diri untuk mengurus penumpang taksi yang selamat. Apa Daddy dan Mommy tahu, dia mengalami lumpuh dan buta. Hati Diva merasa sakit, dan sebagai penebus dosa Diva akhirnya Diva memutuskan untuk menjaga Mas Albi dan mengontrol kesehatan Mas Albi juga setidaknya Diva ingin menjaga dia sampai dia bisa jalan dan melihat lagi," seru Diva panjang lebar.
"Tapi bagaimana dengan pekerjaan kamu?" tanya Mommy Reva.
"Diva sudah bekerjasama dengan pihak rumah sakit dan dibantu juga oleh Dr.Fazri dan Dr.Berta menyakinkan kalau Diva harus menjaga Mas Albi dengan alasan untuk memantau kesehatan Mas Albi," sahut Diva.
Dava dan Reva saling pandang satu sama lain, hingga akhirnya Dava pun mengizinkan putrinya melakukan itu.
***
Keesokan harinya...
Diva sudah siap, tidak lupa dia selalu membawa tas yang berisi alat-alat kesehatan.
"Pagi, semuanya!" sapa Diva.
"Pagi, sayang."
Diva mencium pipi Mommy dan Daddynya secara bergantian dan mencubit pipi Dera dengan gemasnya.
"Dad, kabar Kak Chika dan Kak Cello bagaimana? Diva, rindu sama mereka," seru Diva.
"Kakak kamu sedang sibuk-sibuknya, apalagi Chika. Dia dan suaminya sama-sama pengusaha jadi sibuk terus gak ada waktu untuk datang ke sini," sahut Daddy Dava.
"Coba sekali-kali, kamu yang datang ke rumah mereka," seru Mommy Reva.
"Iya, nanti kalau Diva gak sibuk, Diva usahakan mampir ke rumah mereka," sahut Diva.
Mereka pun sarapan dengan riang gembira sembari diselingi perbincangan-perbincangan ringan yang menambah keakraban keluarga kecil mereka.
Selesai sarapan, Diva segera mengendarai mobilnya menuju rumah Albi dan tidak membutuhkan waktu lama, Diva pun sampai di rumah Albi.
"Selamat pagi, semuanya!" sapa Diva dengan senyumannya.
Semua orang menoleh, Bianca menyunggingkan senyumannya dan langsung menghampiri Diva.
"Sayang, ayo ikut sarapan dengan kita," seru Mommy Bianca.
"Ah, tidak usah tante, Diva sudah sarapan kok di rumah. Oh iya, Mas Albi gak ikut sarapan?" tanya Diva.
"Tante sudah membujuknya tapi Albi tetap tidak mau sarapan," seru Mommy Bianca dengan raut sedihnya.
"Ya sudah, biar Diva saja yang membujuk Mas Albi sarapan soalnya pagi ini Mas Albi harus minum obat," sahut Diva.
"Ya sudah, tante ambilkan dulu makanan untuk Albi."
Diva berdiri menunggu Bianca menyiapkan makanan untuk Albi, Bilal lagi-lagi memperhatikan Diva membuat Diva sedikit salah tingkah.
"Kamu sudah makan, Nak?" tanya Daddy Alta.
"Sudah Om."
"Hati-hati, Kak Albi itu galak jadi kamu harus sabar menghadapi dia," seru Bilal.
"Iya, Mas."
"Ini sayang, makanan untuk Albi."
"Kalau begitu, Diva izin ke kamar Mas Albi dulu," seru Diva.
"Iya, silakan."
Bilal terus saja memperhatikan Diva hingga Bianca pun mengusap wajah Bilal.
"Jangan dilihatin terus," ledek Mommy Bianca.
"Apaan sih Mom, gak bisa lihat anaknya bahagia sedikit," kesal Bilal.
"Kamu suka sama Diva?" tanya Mommy Bianca.
"Siapa yang tidak suka sama wanita cantik seperti itu," sahut Bilal.
"Sebelum mikirin wanita, kerja dulu yang benar nanti kalau sudah seperti Albi baru kamu cari wanita," seru Daddy Alta dingin.
"Pokoknya sebelum kakak kamu menikah, kamu tidak boleh menikah dulu," tegas Mommy Bianca.
"Yaelah, kalau nungguin Kak Albi bisa-bisa Bilal jadi bujang lapuk Mom. Lihat saja, sampai saat ini Kak Albi belum pernah membawa wanita ke rumah ini, lagipula mana ada wanita yang mau sama pria dingin dan galak kaya dia," seru Bilal.
Bianca mengambil sendok dan memukul kepala Bilal membuat Bilal meringis kesakitan.
"Aw, sakit Mom," keluh Bilal.
"Makanya kalau ngomong jangan sembarangan," kesal Mommy Bianca.
Sementara itu, perlahan Diva masuk ke dalam kamar Albi.
"Permisi Mas."
Terlihat Albi sedang duduk di atas tempat tidur, tatapannya lurus. Terlihat sekali matanya menghitam karena Albi kurang tidur.
"Mas, Mas sarapan dulu ya, soalnya pagi ini Mas harus minum obat supaya Mas cepat sembuh," seru Diva lembut.
"Aku tidak lapar," sahut Albi dingin.
"Tapi Mas, Mas harus minum obat dan jangan sampai terlewatkan. Aku suapin ya, gak apa-apa beberapa suap saja yang penting ada makanan yang masuk ke perut Mas," seru Diva.
Diva mulai mendekatkan sendok ke mulut Albi. "Ayo Mas, satu suap saja."
Albi mengeraskan rahangnya dan dengan cepat Albi menepis tangan Diva sehingga membuat sendok yang Diva pegang terjatuh ke lantai dan nasinya berserakan di lantai.
"Aku bilang tidak lapar ya tidak lapar, kamu tuli ya!" bentak Albi.
Diva kaget dengan bentakan Albi, matanya sudah berkaca-kaca.
"Lihat saja, aku akan mencari pemilik mobil yang sudah membuat aku lumpuh dan buta seperti ini. Kalau sampai aku bisa menemukannya, aku akan buat dia mengalami hal yang jauh menyakitkan dengan apa yang sekarang aku alami!"
Albi melempar barang-barang yang berada di sampingnya ke sembarang arah.
"Pergi kamu dari sini jangan ganggu aku!" teriak Albi.
Diva sangat kaget, bahkan air matanya sudah menetes saking takutnya melihat kemarahan Albi. Diva sudah bisa membayangkan akan sulit menjalani hari-harinya menjaga Albi.
udah gitu si reva katanya lulusan sarjana kok kek ngak punya keahlian dibidang lain selama hamil juga ngak punya penghasilan pdhl mereka butuh biaya untuk mnjlani hidup
ceritanya bagus, alurnya hidup,.... banyak pesan moral didalamnya....