Kisah pilu yang dijalani oleh gadis yatim piatu dihari pernikahananya sendiri.
Suami yang tega menyewakan dirinya pada lelaki diluaran sana yang belum tentu ia kenal.
Tapi siapa sangka, ia justru dipertemukan oleh salah satu CEO terbesar di Asia yang telah menyewa dirinya.
bagaimanakah kisah kehidupan gadis cantik tersebut?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Terlupakan
"Bagaimana? Apa kita jadi meeting bersama perusahaan AK Group?" Tanya Gio pada asistennya tersebut.
"Maaf boss, Tuan Albert membatalkan meetingnya hari ini" Ujar Aska yang memberitahu Gio bahwa pertemuan perusahaan mereka dibatalkan.
"Apa?! Dibatalkan? Memangnya kenapa?"
"Beliau sedang berlibur di Perancis boss, kemarin asistennya yang menghubungi saya" Jawab Aska yang berdiri di depan meja kerja Gio.
"Berlibur?"
Gio terdiam saat mendengar alasan Albert membatalkan meeting dengan perusahaan nya.
Berlibur? Dengan siapa? Apa dia berlibur dengan Dara?
Gio menjadi penasaran dengan siapa Albert berlibur.
Tiba-tiba ia dibuat kesal, bukan kesal karna Albert membatalkan meeting nya, tapi kesal jika Albert memang tengah berlibur bersama Dara.
Kini Gio benar-benar dilanda rasa penasaran.
"Dengan siapa dia berlibur?" Tanya Gio pada asistennya itu.
Aska menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan Gio, ia bingung kenapa Gio menanyakan tentang hal ini? Itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
"Maaf boss saya tidak tau, mungkin dengan keluarganya" Jawab aska menduga duga.
"Kau yakin dia berlibur dengan keluarganya?" Kali ini ada sedikit perasaan lega saat Aska menjawab Albert berlibur bersama keluarganya.
"Maaf boss saya hanya menduga, bukankah itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan?"
Kali ini Gio terdiam kembali, ia hampir saja membuat Aska sang asisten curiga dengan pertanyaan yang dirinya lontarkan.
Tapi kini perasaan lega itu hilang seketika saat mendengar bahwa Aska hanya menduga jika Albert berlibur dengan keluarganya.
Lagipula kenapa dia harus peduli dengan itu semua? Itu bukan urusannya selama kesepakatan itu masih berlaku!
"Baiklah kau boleh kembali ke ruangan mu"
Aska pun mengangguk dan berlalu dari ruangan Gio.
Kini Gio jadi tak bisa fokus pada pekerjaannya, ia terus memikirkan dengan siapa Albert berlibur.
***
Dara membuka handel pintu hotelnya saat ia sudah menemukan kamar yang ia cari.
Clekkk
Pintu terbuka.
Dara menatap kamar hotelnya yang begitu gulap gulita, tak ada satupun penerang dari lampu disana.
Seingatnya ia tidak mematikan lampu saat keluar tadi.
Kalau begitu siapa yang mematikannya? Apa Albert? Tapi sepertinya tidak.
Albert tidak mungkin mematikan lampu gelap gulita seperti ini, lagipula sepertinya lelaki itu belum kembali.
Dara berjalan memasuki kamar mendekat ke arah balkon untuk mencari sebuah cahaya yang bisa menerangi kamar hotelnya.
Dara mulai membuka pintu balkon secara perlahan.
Clekkk
Saat pintu balkon terbuka mata Dara secara otomatis membulat sempurna saat melihat pemandangan indah disana.
Sebuah candle light dinner yang begitu romantis berada di depan matanya.
Membuat dirinya mematung dan bertanya mengapa ada candle light dinner di kamar hotelnya? Apa ia salah kamar? Tapi jika ia salah kamar kenapa pintunya bisa terbuka dengan kunci yang ia pegang.
Dara terus melamun dan tak menyadari jika seseorang datang dari arah belakang.
"Selamat malam sayang"
Dara terkejut dan sadar dari lamunannya.
Ia langsung berbalik untuk melihat seseorang yang memanggil dirinya.
"Al?"
Ternyata Albert yang berada dibelakang dan memanggil dirinya.
Sejak kapan Albert berada disana? Kenapa ia sampai tak mendengar suara sepatu yang biasanya berbunyi saat Albert berjalan.
Albert terlihat begitu tampan dan gagah mengunakan jas hitam yang melekat ditubuhnya.
"Kau sangat cantik sayang" Ujar Albert yang menatap Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dara begitu sempurna dimata pria itu, apalagi dengan make-up dan dress yang dara gunakan semakin menambah kecantikannya seribu kali lipat.
"Al apa kau yang menyiapkan ini semua?" Tanya Dara sembari melihat meja yang sudah berhias lilin dan bunga yang begitu indah.
"Ya sayang, aku yang menyiapkan ini semua. Ayok kita duduk" Ajak Albert yang menuntun Dara ke arah meja disana
Albert menarik kursi agar Dara bisa duduk dikursi itu.
"Terimakasih Al" Ucap Dara sembari tersenyum ketika Albert melakukan hal romantis seperti ini.
"Sama sama sayang" Albert pun ikut duduk disana.
Mereka saling duduk berhadap hadapan saat ini.
Dara menatap hidangan yang sudah tersaji di hadapan mereka berdua, begitu menggugah selera.
Dengan wangi lilin yang membuat jiwanya menjadi tenang seketika.
"Al, sebenarnya ada apa? Apa kita akan kedatangan tamu?" Ucap Dara dengan mimik wajah polosnya.
Albert terkekeh sendiri melihat Dara yang sama sekali tidak peka dengan yang ada dihadapannya sekarang.
"Tidak sayang, aku melakukan ini untuk kita berdua. Aku ingin dinner bersamamu"
Dara mencerna kata kata Albert barusan, ia sedikit tidak mengerti dengan semua ini.
"Apa kita akan melakukan makan malam seperti yang biasa muncul di TV TV?"
"Hahaha.... Ya bisa dibilang seperti itu"
Dara tersenyum menatap ke sekeliling sudut balkon yang sudah didekorasi dengan beberapa bunga dan lampu lampu temaram.
"Apa kau suka?"
Dara mengalihkan pandangan nya pada Albert, ia mengangguk sembari tersenyum pada lelaki itu.
"Ini sangat bagus, aku suka"
"Kalau begitu ayo kita makan sekarang"
Mereka pun makan malam bersama dengan suasana yang berbeda.
Makan malam dihadapan menara kebanggaan kota Paris yang menjadi saksi kemesraan mereka.
Dengan rembulan yang ikut membantu menyinari lampu temaram disana.
"Sayang cobalah makananku" Albert menyosongkan steak yang sudah dipotong pada Dara.
"Bukankah makanan kita sama saja?" Dara berpikir rasanya akan sama karna makanan yang mereka makan pun sama persis.
"Tapi rasanya akan berbeda jika aku menyuapimu"
"Benarkah?"
"Ya, cobalah"
Akhirnya Dara pun menerima suapan dari Albert.
Saat ia mencicipi makanan tersebut rasanya sama persis dengan apa yang ia makan, tetapi ada sesuatu yang berdesir dari dalam tubuhnya, entah apa itu tetapi membuat jantungnya berdegup kencang.
"Bagaimana? Rasanya berbeda bukan?"
Dara mematung sembari mengangguk pelan menatap Albert.
Dara pun memfokuskan kembali dirinya pada makanan di hadapannya itu.
Setelah selesai dengan acara makan malam kini Dara dan juga Albert hanya duduk manis sambil menatap pemandangan malam kota Paris.
"Al" sahut Dara yang membuat pria itu menoleh.
"Ya sayang?"
"Sebenarnya kenapa kau sampai menyiapkan ini semua?"
Albert tersenyum, ternyata Dara masih saja menanyakan tujuannya melakukan ini.
"Aku hanya ingin melakukan hal yang tidak akan pernah bisa kita lupakan?"
Dara mengernyitkan alisnya.
"Maksudmu?"
Albert hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaannya Dara, Albert malah mengajak Dara untuk berdansa bersamanya.
"Mau berdansa bersamaku?" tawar Albert.
"Ta-tapi aku tidak bisa berdansa"
"Tidak apa, aku yang akan mengajarkanmu"
Albert mulai menyalakan sebuah lagu dari ponselnya, lalu berdiri sembari menyodorkan tangan kanannya pada Dara.
Dara menyambut uluran tangan tersebut dengan senang hati lalu ikut berdiri bersama Albert.
Albert menaruh kedua tangan Dara pada bahunya,
begitupun Albert yang menaruh kedua tangannya di pinggang milik Dara.
Perlahan Albert mulai menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri, begitu juga dengan Dara yang mengikuti gerakan yang Albert lakukan.
Saat itu juga mata mereka saling memandang satu sama lain, hingga terlihat masing masing wajah di kedua bola mata satu sama lain.
Jantung keduanya berdetak kencang dan seirama.
Seakan suara jantung mereka lebih keras daripada alunan musik yang sedang dilantunkan.
Selama hampir lima menit mereka sibuk dengan pikiran masing-masing akhirnya Albert pun membuka suara disela sela kegiatan mereka.
"Apa kau bahagia bersamaku?" tanya Albert pada wanita dihadapannya kini.
Dara sedikit malu menjawabnya, ia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Apa kau merasa nyaman dengan ku?"
Dara pun mengangguk kembali.
"Apa kau merasa aman berada didekatku?"
Untuk yang ketiga kalinya dara mengangguk lagi.
Hening
Hening
Hening
Cukup lama mereka terdiam lagi hingga Albert kembali membuka suaranya.
"Dara" sahut Albert.
"Ya Al?"
"Boleh aku memintanya sekarang?"
Deg
Demi apapun jantung Dara seakan ingin lepas saat ini juga.
Ia mengerti apa maksud dari kata kata itu.
Salivanya pun menjadi susah untuk ia telan,
bahkan nafasnya pun tercekat begitu saja.
Dara menatap Albert dengan seksama.
Dara tau hal ini pasti akan datang juga, cepat atau lambat Albert pasti akan memintanya.
Dan kini hal itu terbukti saat Albert bertanya demikian.
Entah apa yang harus Dara lakukan saat ini.
Mulutnya seakan ingin menolak dan berkata tidak, tetapi tubuhnya justru melarang Dara melakukan itu.
Bahkan kini hatinya sudah tidak sakit lagi seperti pertama kali Albert memintanya.
Ia sudah tidak menangis lagi.
Lantas apa yang harus ia lakukan?
"Dara" seru Albert pada Dara untuk kedua kalinya.
Entah apa yang Dara dengar tiba-tiba kepalanya mengangguk begitu saja tanpa aba aba, membuat senyum Albert mengembang dengan sempurnanya.
Tanpa Dara sadari wajah Albert sudah mendekat untuk menciumnya.
Sampai akhirnya....