Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Reuni di Desa Xian
Tidak sampai satu menit, Kaisar Mo Tian sudah tiba di area perbatasan Desa Xian. Dia melayang di atas langit yang cerah dan biru tanpa awan, dikelilingi qi spiritual yang bersih dan menyegarkan, sambil menatap ke arah desa yang sangat indah tersebut. Hamparan ladang hijau yang subur dan sawah-sawah terhampar luas bagai permadani Zamrud yang basah, memanjakan mata yang biasanya terbiasa melihat darah.
"Sudah lama aku tidak ke sini. Tempat ini sangat jauh berbeda dari pada sembilan puluh tahun yang lalu saat aku datang untuk menepati janjiku," gumam Kaisar, suaranya mengandung sedikit nada nostalgia yang langka ia tunjukkan. Kaisar terpukau dengan perubahan besar dari Desa Xian yang awalnya sedikit suram dan tertekan, kini berubah menjadi tempat yang sangat indah dan damai.
Tidak berlangsung lama, Liu Bai pun menyusul Kaisar, berhenti dengan keheningan kultivator ulung, tanpa suara "Bos, apa yang sedang kau lakukan di atas sini? Jangan membuat warga desa terkejut. Ayo kita turun, mereka mungkin akan panik melihat aura kita." Liu Bai mengajak Kaisar untuk turun, khawatir aura Kaisar dapat melukai dan membuat panik manusia fana.
Kaisar menoleh lalu setuju "Ya, ayo!" Mereka berdua dengan cepat turun dan mendarat dengan lembut di tengah-tengah desa, seolah tak menyentuh tanah, namun aura mereka langsung terasa. Beberapa warga desa yang melihat kedatangan dua sosok luar biasa itu merasa familiar dengan kedua orang tersebut.
Mereka mengamati dengan seksama lalu menyadari bahwa orang tersebut adalah Kaisar itu sendiri "K-Kaisar! Kaisar datang! Cepat, panggil Kepala Desa!" Beberapa warga bergegas pergi untuk memanggil Kepala Desa, wajah mereka antara senang, panik, dan takut akan protokol yang harus dipatuhi.
Sedangkan warga yang tersisa di sana dengan langkah cepat mendekat ke arah Kaisar. Mereka tersenyum ramah, rasa hormat bercampur kagum, dan menyambut Mo Tian dengan sangat ramah.
"Selamat datang, Kaisar! Kami merasa sangat terhormat karena Desa Xian didatangi oleh Anda." Pria paruh baya tersebut membungkuk memberi hormat, punggungnya hampir sejajar dengan tanah, dan diikuti oleh warga lainnya.
"Angkat kepala kalian!" perintah Kaisar, suaranya lembut namun berwibawa, seperti guntur yang jauh yang membawa janji ketertiban "Tak kusangka desa ini sudah berkembang sejauh ini, kalian luar biasa!" Kaisar memuji para warga Desa Xian sambil melirik sekitarnya, matanya mengamati setiap detail pertumbuhan desa, tampak puas.
"Kami merasa terhormat atas pujian Anda, Kaisar. Ini semua tidak luput dari bantuan dan ketertiban yang Anda berikan selama ini. Anda telah membebaskan kami dari diskriminasi dan penindasan oleh para kultivator sekte." Pria paruh baya itu menjawab, suaranya penuh rasa terima kasih yang tulus dan mendalam.
Liu Bai yang sedari tadi diam melihat beberapa orang yang tadi berlari untuk memanggil Kepala Desa sekarang sudah kembali dengan seorang pria tua yang memakai baju putih bersih, menunjukkan kehormatan, dan wajah pria itu penuh oleh jenggot dan kumis lebat yang sudah memutih, seperti salju.
"Bos, sepertinya Kepala Desa sudah datang." Liu Bai memberi tahu Kaisar dengan nada pelan. Kaisar menatap ke arah Kepala Desa yang sudah sangat tua, namun matanya masih tajam dan bijaksana.
Kaisar tersenyum ke arah Kepala Desa yang baru saja sampai "Sudah lama tidak bertemu, Kepala Desa. Kau terlihat sehat, ya?" Kaisar menyapa Kepala Desa dengan santai, seperti teman lama yang statusnya jauh berbeda.
"Haha, Anda bisa saja, Kaisar. Justru Anda yang tidak pernah berubah! Wajah dan tubuh Anda masih tetap sama seperti dulu. Masih terlihat muda dan kuat. Seolah waktu tidak berlaku bagi Anda," Kepala Desa merasa campur aduk antara tulus dan sedikit gugup dipuji oleh Kaisar.
"Hahaha! Tentu saja aku masih sama seperti dulu! Aku adalah kultivator terkuat di sini, di seluruh benua ini!" Kaisar tidak menolak, sifat narsisnya muncul dengan tawa penuh percaya diri dan keangkuhan yang menawan.
Para warga hanya bisa tersenyum canggung dan getir, takut membuat Kaisar tersinggung. Sedangkan Liu Bai sedikit menatap Kaisar dengan tatapan malas, sambil menggeleng kecil, sudah terbiasa dengan sifat tuannya.
Kaisar kemudian berjalan maju sedikit ke depan, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi penuh antisipasi jahat dan kegembiraan yang mengerikan "Aku datang ke sini untuk bertemu tua bangka itu! Di mana dia?" Kepala Desa membelalak, wajahnya langsung tegang dan pucat pasi, dia tahu siapa orang yang dimaksud oleh Kaisar.
"O-orang itu berada di penjara desa, Kaisar." Kepala Desa memberi tahu Kaisar dengan nada sedikit terbata-bata dan khawatir akan nasib Elder Han Wu.
Kaisar kemudian berbalik dan menyuruhnya untuk mengantarkan dirinya ke penjara yang dimaksud Kepala Desa "Antarkan aku ke sana! Aku tidak sabar ingin segera melihat kondisi orang itu, hahaha!" Kaisar benar-benar seperti orang gila yang tidak dapat berhenti tertawa dan menyeringai puas.
Setiap tawa yang keluar dari mulutnya sudah membuat para warga merinding dan pucat pasi. Mereka sangat ketakutan sampai-sampai berpikiran apabila Kaisar tiba-tiba menyerang mereka, sudah dipastikan mereka semua pasti akan mati.
Liu Bai yang melihat kelakuan tuannya menggelengkan kepala "Sebenarnya apa yang akan dia lakukan kepada orang itu sampai-sampai dia tertawa seperti ini? Ini pasti bukan hal biasa, dia benar-benar sulit di tebak." Liu Bai tidak dapat membaca pikiran Kaisar yang sangat berbeda dengan dirinya.
Walaupun begitu, Liu Bai tahu bahwa setelah ini pasti akan ada sesuatu yang sangat mengerikan dan kacau terjadi.
Sesampainya di bangunan kumuh, berantakan, dan benar-benar tidak layak untuk dihuni, Kaisar berhenti berjalan di depan bangunan kotor tersebut. Dia menatap tempat itu dengan senyum seringai liciknya yang jahat.
"Hahaha! Ini dia! Ternyata kau berada di dalam sana, tua bangka sialan." Kaisar Darah memang merasakan energi qi yang berbeda, sedikit spiritual dan sedikit buas, antara bangunan penjara ini dengan bangunan di sekitarnya.
"Lebih baik kalian menunggu saja di sini, biar aku dan bawahanku yang masuk." Kaisar menatap para warga yang berada di belakangnya lalu berjalan masuk ke dalam, langkahnya dipenuhi antisipasi yang menyeramkan.
Liu Bai mengikuti Kaisar dari belakang dengan sangat santai dan tenang. Para warga yang melihat mereka masuk ke dalam hanya bisa diam mematung tanpa ada yang bersuara, mereka bahkan sampai berdoa untuk keselamatan "tua bangka" itu.
Di dalam bangunan penjara tersebut, Kaisar melihat beberapa barang sudah hancur berkeping-keping dan berjamur, dan di sana juga ada beberapa cakaran manusia dan cakaran hewan buas yang tajam, meninggalkan bekas di dinding batu yang lembap.
"Tua bangka! Di mana kau, tua bangka?!" Kaisar tiba-tiba berteriak kencang. Suara di dalam menggema dan memantul kembali dari dinding batu yang lembap.
"Kenapa di sini sangat sepi, ya, Bos? Apa orang itu sudah mati?" Liu Bai memerhatikan sekitar. Dia heran saja kenapa tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali di dalam sana.
Tanpa menoleh ke belakang, Kaisar menjawab dengan santai "Tidak mungkin dia mati, Liu Bai. Dia sudah ku tanamkan Inti Darah di dalam dantian-nya. Lagi pula aku merasakan bahwa dia masih hidup, bahkan terasa sangat hidup, dan sangat menderita," jelas Kaisar.
Semakin mereka masuk ke dalam, maka semakin suasana menjadi mencekam dan gelap, sinar matahari sudah tidak mampu menembus.
GRRRR! (Suara geraman yang dalam, berat, dan malas)
"Suara itu, 'kan?" Liu Bai mengenali suara geraman tersebut. Kaisar yang mendengar suara hewan buas menggeram menyeringai senang, seperti menemukan mainan lama yang sudah lama hilang.
"Ya, itu dia." Kaisar mempercepat langkahnya. Semakin dekat dengan sumber suara, Geraman tersebut semakin kencang dan mengerikan, bergetar di dada mereka.
Di depan mereka berdua, mereka melihat sebuah penjara yang sangat gelap, jeruji besinya tebal, berkarat, dan bengkok di beberapa bagian.
Kaisar dan Liu Bai akhirnya sampai di depan jeruji besi tersebut. Di sana dia melihat seorang pria tua yang menyedihkan, penuh akan luka lama dan baru, kurus kerontang hingga tulang pipinya menonjol, dan tidak memiliki rambut karena rambutnya rontok akibat qi Iblis milik Mo Tian dan penyakit.
Di tanah yang sangat kotor, penuh oleh darah kering, muntahan, dan kotoran, berbau busuk, terdapat rambut-rambut pria tua tersebut. Di sana juga ada beberapa nampan berisi makanan busuk yang sepertinya adalah makanan babi.
Tatapan pria tua tersebut tampak kosong dan putus asa, seakan-akan dia sudah mengalami banyak penderitaan selama Kaisar tidak ada di sana untuk menyaksikannya secara langsung.
"Hahaha! Menyedihkan sekali kau! Tidak kusangka seorang Elder Han Wu yang dulu sombong sekarang justru dapat menampilkan ekspresi seputus asa begitu! Hahaha!" Kaisar menepuk-nepuk perutnya akibat tawanya yang liar dan lepas, penuh penghinaan.
"Bukannya kau terlalu berlebihan, Bos? Kenapa kau tidak memaafkan dan memberikan dia kesempatan kedua saja?" Liu Bai tidak merasakan apa-apa seperti jijik ataupun mual. Tapi ia merasa sedikit iba dengan yang terjadi kepada Elder Han Wu.
"Untuk apa aku memberikan dia kesempatan kedua? Lagi pula, ini semua keinginan warga desa yang membenci orang ini. Ingat ini, Liu Bai! Seorang Bajingan seperti dia tidak pantas dimaafkan!" Kaisar menekankan ucapannya dengan tatapan mengintimidasi yang dingin dan mematikan.
"Baik, Bos." Liu Bai memahaminya dan diam kembali, menyisakan iba moralnya di belakang dan menyadari batas moral tuannya.
Kaisar kemudian teralihkan dengan sesosok makhluk yang sedang tidur di sebelah Elder Han Wu.
Makhluk tersebut sangat besar, tetapi dia bertubuh gendut, seperti bola berbulu yang kebesaran. Dia tidur sambil menggeram.
GRRRR! GRRRR!
"Dasar kucing ini!" Kaisar menggeleng tidak percaya ketika melihat makhluk spiritual yang tidak lain adalah Harimau Putih yang sangat gendut dan bermalas-malasan.
"Bao!" Kaisar memukul jeruji besi kencang "Bangun, Bao!" Tapi Bao tidak kunjung terbangun, dia hanya menggeliat kecil "Dasar hewan pemalas ini!" Kaisar kesal dengan sifat Makhluk Spiritual pemalas tersebut.
Kaisar kemudian menghancurkan jeruji besi tersebut dengan sekali ayun tangan, semudah mematahkan ranting. Suara berisik dan nyaring dari jeruji besi membangunkan Bao.
Dengan sangat sulit Bao berusaha berdiri dengan tatapan buasnya yang kini sedikit kabur karena lemak di matanya "Grrr! Berani sekali kau mengganggu makhluk luar biasa sepertiku!" Bao menggeram. Wajahnya yang gempal oleh lemak bukannya membuatnya menyeramkan justru membuatnya terlihat menggemaskan secara aneh.
Bao yang awalnya waspada menyadari bahwa orang tersebut adalah Mo Tian "Kau! Ternyata itu kau, Mo Tian. Kukira siapa tadi." Bao perlahan berjalan mendekati Kaisar dengan sangat jinak, menggesekkan kepalanya yang besar di kaki Kaisar, minta dielus, seperti anak kucing raksasa.
"Kenapa kau bisa segendut ini dan kenapa kau berada di dalam penjara? Apa kondisi manusia itu juga ulahmu?" Kaisar menunjuk ke arah Elder Han Wu yang terduduk menyedihkan.
Bao menatap ke arah Elder Han Wu "Manusia itu? Aku hanya membencinya, jadi aku beri dia pelajaran selama puluhan tahun. Aku hanya bermain-main dengan dia." Bao menjelaskan dengan nada sombong dan puas, menjilat bibirnya yang belepotan.
Liu Bai yang berada di belakang berjalan ke arah Elder Han Wu dan mengecek nadi di tangannya "Dia memang masih hidup! Tapi jiwanya hampir kosong." Liu Bai kemudian mengalirkan qi spiritualnya ke dalam tubuh Elder Han Wu, berusaha memulihkan kesadarannya.
Baru saja dialiri qi, Elder Han Wu yang awalnya seperti kehilangan akal kembali sadar "Haah... Haaah... D-dimana aku?" Dia terlihat linglung dan tidak tahu apapun.
Ketika Elder Han Wu melihat Mo Tian dan Bao, dia melotot karena ketakutan luar biasa "Aaaaa!" Dia pingsan. Sedangkan Kaisar dan Bao yang melihat itu hanya menatapnya dengan tatapan heran dan jijik.
Liu Bai merasakan sensasi aneh dan lucu ketika menyaksikan hal itu. Dia kembali menyadarkan Elder Han Wu sehingga ia kembali sadar.
"Aaaaa!" Dia berteriak ketakutan dan kembali terkulai pingsan. Liu Bai yang melihat itu perlahan menampilkan senyum gilanya yang bengis.
Dia membangunkan Elder Han Wu dan lagi dan lagi Elder Han Wu berteriak histeris ketakutan. Setelah Elder Han Wu pingsan, Liu Bai kembali menyadarkannya.
"Ha... haha... hahaha!" Liu Bai mulai tertawa pelan. Ketika dia sudah melakukan hal yang sama sebanyak dua puluh kali dan melihat reaksi Elder Han Wu yang berteriak, dia mulai tertawa kencang "Hahaha! Ini sangat menghibur!"
Kaisar yang melihat kelakuan Liu Bai menyeringai senang lalu ikut tertawa "Hahaha! Kau memang luar biasa, Liu Bai! Hahaha."
Orang-orang di luar yang mendengar tawa gila, jeritan, dan raungan ini menelan ludah. Mereka semua merasa takut dan merinding dengan apa yang terjadi di dalam.
"S-sepertinya... Sepertinya Kaisar dan Tuan Liu Bai sedang menyiksa tua bangka itu dengan cara yang sangat mengerikan dan tak terbayangkan!" Mereka berpikir hal-hal yang sangat mengerikan.
"Iya, Aku bahkan tidak dapat membayangkan apa yang dilakukan oleh mereka berdua sampai-sampai tertawa gila seperti itu." Warga lain menimpali dengan penuh rasa takut.
Sedangkan di dalam bangunan yang terjadi justru sangat tidak masuk akal. Kaisar dan Liu Bai terus mempermainkan Elder Han Wu tanpa henti, bahkan sampai malam hari.
Mereka tertawa gila bersama. Bahkan Bao yang terus mendengar dan melihat mereka perlahan mulai merasa gila "Ha... haha... hahaha!" Dia juga mulai ikutan dengan cara memukul-mukul tubuh Elder Han Wu dengan cakarnya yang gemuk, seolah itu adalah boneka mainan.
Kaisar yang tidak ingin kalah mulai maju dan memukuli wajah Elder Han Wu dengan kepalan tangannya. Sedangkan Liu Bai menendang dan memijak-mijak kaki dan perutnya.
"Hahaha! Ini sangat menyenangkan!" Ucapnya serempak dengan tatapan dan tawa gilanya yang memenuhi penjara yang kotor itu dengan kebahagiaan Iblis.
🐾 CERITA BONUS (Kedatangan Bao dan Han Wu)
Seratus tahun yang lalu, Bao yang disuruh oleh Mo Tian untuk pergi ke Desa Xian benar-benar menurut dan pergi ke Desa Xian dengan sebuah hasil buruannya (seekor babi hutan besar) di mulutnya.
Tetapi ketika ia sampai di Desa Xian, Para warga justru berteriak dan berlarian karena ketakutan akan wujud Harimau Putih raksasa itu. Bao berteriak mencoba menenangkan situasi "Jangan takut, manusia! Aku datang ke sini disuruh oleh Mo Tian dan aku ingin kalian membakarkan daging buruan ini."
Namun sayangnya, ucapannya tidak didengar karena para warga sangat ketakutan. Bao mulai jengkel dan kesal dengan tingkah mereka "Tck, Manusia-manusia sialan ini!" Dia meraung dan berharap para warga akan berhenti.
Bukannya berhenti berlarian, para warga justru semakin panik dan berteriak tidak jelas.
"Serang dia, sialan!" Tiba-tiba seseorang bersuara dari arah samping. Bao menatap orang itu. Ternyata orang tersebut adalah Kepala Desa yang dulu, yang masih muda dan penuh dendam.
Kepala Desa menyeret paksa Elder Han Wu untuk menghadapi Bao "Berani sekali kau menyuruhku, manusia rendahan! Akan kubunuh kau!" Elder Han Wu berteriak murka akan sikap Kepala Desa kepadanya.
PLAK! (Suara tamparan keras)
"Berisik! Cepat lawan jika kau tidak mau disiksa!" Kepala Desa menatap tajam ke arah Elder Han Wu. Tatapannya penuh dendam.
"Apa kau bilang?! Akan kubunuh K-kau!" Ketika Elder Han Wu berniat menyerang Kepala Desa, Inti Darah yang ditanamkan oleh Mo Tian aktif dan membuatnya kesakitan luar biasa, seolah-olah dia dirobek-robek oleh pisau beracun di dalam dantian-nya.
"Lawan dia! Atau kau akan terus merasakan sakit!" Kepala Desa mengangkat tubuh Elder Han Wu lalu mendorongnya ke hadapan Bao yang sedang diam memerhatikan mereka dengan tatapan malas dan bingung.
"Mereka ini kenapa? Dasar manusia-manusia aneh." Ketika Bao sedang asyik diam, tiba-tiba Elder Han Wu melesat maju menyerang.
Elder Han Wu tidak ada pilihan lain selain menyerang karena jika tidak melakukan perintah dia tetap akan merasakan sakit.
Elder Han Wu berhasil sedikit melukai Bao di area kaki kanannya. Bao menggeram marah. "Raaarrg! Manusia sialan ini!" Bao berbalik menyerang dan dengan mudahnya ia mengalahkan Elder Han Wu dengan cakar tajamnya, meninggalkan luka yang dalam di tubuh Elder Han Wu.
Setelah kejadian itu, Bao mulai merasa dendam dengan Elder Han Wu dan memutuskan untuk masuk dan tinggal di dalam penjara hanya untuk menyiksanya setiap malam, sedikit demi sedikit, selama puluhan tahun.