Dasha Graves, seorang ibu tunggal yang tinggal di Italia, berjuang membesarkan dua anak kembarnya, Leo dan Lea. Setelah hidup sederhana bekerja di kafe sahabatnya, Levi, Dasha memutuskan kembali ke Roma untuk mencari pekerjaan demi masa depan anak-anaknya. Tanpa disangka, ia diterima di perusahaan besar dan atasannya adalah Issa Sheffield, ayah biologis dari anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Pesawat itu akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara.
Namun sampai sekarang, hatinya masih terasa perih atas semua tuduhan yang sempat dilontarkan Issa. Rasanya begitu menyakitkan. Ia menangis entah berapa lama sampai akhirnya terdengar ketukan pelan di pintu kamar mandi tempat ia bersembunyi sejak tadi.
“Mima, kamu baik-baik saja?” tanya Lea lembut.
Tadi ia nyaris saja menabrak seseorang di bandara kalau saja Issa tidak cepat menariknya. Namun Dasha segera melepaskan genggaman tangan pria itu dengan halus dan melanjutkan langkahnya seolah tak terjadi apa-apa.
“Mima baik-baik saja, sayang. Cuma sedang banyak yang dipikirkan.” ujarnya dengan senyum paksa.
“Fokus jalan, Mima. Takutnya nanti Mima jatuh.” sahut Leo dari sisi lain, masih menggenggam tangan ayahnya.
“Iya, maaf.” jawabnya sambil tersenyum kecil. Kadang Dasha merasa, entah siapa sebenarnya yang jadi orang tua di antara mereka.
Begitu mereka keluar dari bandara, sebuah mobil hitam elegan sudah menunggu di depan. Mata Leo dan Lea berkilat kagum melihat pemandangan sekitar, maklum, ini pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di Roma. Dasha pun ikut tersenyum, mengingat bagaimana dulu ia juga terpana saat pertama kali tiba di kota yang indah ini.
Malisa, ibunya, menolak ikut. Katanya ia akan tetap di rumah karena mungkin saja adik Dasha akan pulang sewaktu-waktu. Dasha hanya mengangguk waktu itu. Ia tahu, ibunya masih menunggu anak kesayangannya yang hilang kabar bertahun-tahun. Kini, setelah menjadi seorang ibu sendiri, Dasha mulai mengerti perasaan itu, penantian seorang ibu memang tak pernah padam.
“Papa, kita mau ke mana sekarang?” tanya Leo pada Issa yang berjalan di belakang mereka.
“Kita akan ke Masion keluarga sayang.” jawab Issa datar namun tenang.
Sejak kejadian di bandara tadi, mereka belum sempat berbicara. Tapi Issa tampak mengerti bahwa Dasha belum siap bicara dengannya. Untung saja anak-anak mereka tak terlalu peka pada ketegangan di antara keduanya.
“Oh! Jadi kita bisa ketemu juga sama Tante Indie dan Paman Dylan?” seru Lea antusias.
“Ya, kalian akan bertemu mereka.” jawab Issa dengan tawa lembut.
Dasha hanya diam. Semakin dekat mereka ke Masion keluarga Sheffield, jantungnya berdetak semakin kencang. Ia masih ingat betapa hangat sambutan mereka dulu. Tapi kini, setelah tahu bahwa selama ini ia menyembunyikan dua cucu dari mereka… entah bagaimana reaksi mereka nanti.
**
Perjalanan dari bandara menuju Masion memakan waktu hampir dua jam karena lalu lintas padat. Saat mobil akhirnya berhenti di depan gerbang, suasana di dalam mobil mendadak hening.
Dasha menatap keluar jendela. Hanya suara burung camar dan gemericik air dari air mancur yang terdengar.
“Apakah mereka tidak ada di rumah?” bisiknya.
Issa membuka pintu depan. “Kita lihat saja.”
Begitu pintu besar itu terbuka...
“SURPRISE!”
“WELCOME HOME!”
Seruan penuh sukacita memenuhi aula utama. Dasha tertegun. Semua keluarga besar Sheffield berkumpul di sana.
“Kalian pasti lelah dari perjalanan, ayo makan dulu!” seru Maren, ibu Issa, sambil menghampiri si kembar. Ia berlutut dan memeluk mereka. “Astaga, betapa tampannya cucuku Leo dan cantiknya Lea. Sama persis seperti Grandma dulu” dan air matanya pun jatuh tanpa bisa ditahan.
“Mama, jangan bikin mereka takut dong.” tegur Issa sambil tersenyum canggung.
“Mama cuma bahagia sekali akhirnya bisa bertemu kalian secara langsung. Boleh Grandma minta peluk?” ujarnya sambil membuka tangan, dan Leo serta Lea langsung memeluknya.
“Jangan menangis, Grandma.” Lea menyeka air matanya, membuat sang nenek malah semakin terisak.
“Grandma cuma bahagia, sayang. Sangat bahagia.”