NovelToon NovelToon
Blood Of Moon

Blood Of Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Epik Petualangan / Kontras Takdir / Penyelamat / Mafia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Apin Zen

Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sibuk Sendiri

Didalam Mansion.

Tampak Cila memandangi Jati dari balkon kamarnya yang berada di lantai atas. Dengan meletakkan dagu diatas satu tangannya sambil senyum senyum sendiri.

Cila menatap Jati, pacarnya itu tampak berbicara serius dengan papanya dan banyak orang penting lainnya dibawah sana.

"Jadi begini ya kalau punya pacar dewasa? Pikirannya cuma pekerjaan aja bukan mikirin hal hal aneh seperti teman teman dikelas?"

Cila berfikir sejenak.

Nama Ayu dan Rara terlintas dibenaknya. Mereka pernah berkata jika... pergi bersama pacar ke hotel itu menjadi momen yang indah.

Cila bergidik ngeri membayangkannya.

"Punya teman aneh semua, syukur syukur gak seperti mereka."

Cila melupakan masalah teman kebelet kawinnya itu. Gadis itu terus memandangi Jati hingga benar benar fokus.

"Tok, Tok."

Terdengar suara ketukan pintu diarah luar kamarnya.

"Non, makan siangnya sudah siap"

Teriak bi Mirna, kepala pelayan sekaligus sosok yang dianggap nenek oleh Cila. Meski usianya tak lagi muda tapi wanita tua bangka itu telah merawatnya sejak kecil karena ibunya telah lama pergi.

"Iya bi."

Bergegas Cila berlari kecil, dan membuka pintu kamarnya.

Bi Mirna hanya menggelengkan kepalanya saja melihat putri majikannya cuma berdiam diri dikamarnya.

"Jadi teringat waktu gadis dulu jadi kembang desa tapi sekarang usiaku hampir bau tanah?"

Bi Mirna berjalan sedikit bungkuk menuju kamarnya didekat gudang belakang, bahkan terkadang para pelayan membantunya berjalan.

Dimana Cila begitu fokusnya makan siang. Cila sudah terbiasa kalau lapar langsung lari saja tanpa mengucapkan terima kasih kepada bi Mirna.

"Tunggu dulu, kenapa ada yang kurang ya?"

Cila mengamati diatas meja berbagai makanan mewah dan buah buahan segar tersaji.

Cila memukul dahinya sendiri.

"Oh ya, kak Jati, eh kak Wira tidak aku ajak makan? Pasti dia kelaparan sekarang?"

Cila mengambil ponsel, handphone bermerek Iphone miliknya-- lalu menghubunginya.

"Apa?"

Tanya Jati kesal karena mengacau perjalanannya.

"Anu kak, Cila mau ngajak makan si--

"Aku sibuk, jangan ganggu."

Panggilan terputus.

Cila menggerutu karena panggilannya asal dimatikan saja.

"Sabar Cila, nanti juga kak Jati, eh kak Wira tergila gila, biarkan dia menyelesaikan masalahnya dulu."

Cila mengelus dadanya sambil mencoba mengatur nafasnya.

Meski mempunyai pacar tampan tapi tua dikit, Cila harus banyak bersabar karena dia sangat fokus pada pekerjaannya.

Saat asyik melamun.

"Ada apa Cila?"

David yang pergi kedapur berniat mengambil Katana miliknya, maklumlah sudah sedikit pikun jadi pelupa.

"Itu pa, kak Wira ngeselin banget tahu."

Cila pura pura merajuk agar papanya mau membelanya dengan harapan Jati dimarahi lalu memperhatikannya.

David mengernyitkan dahinya.

"Siapa Wira?"

"Kak Jati Wiraya, Cila manggilnya kak Wira biar tidak kepanggil pohon Jati."

Jelas Cila tanpa menoleh.

"Baru kali ini aku mendengar nama belakang disebut?"

David memijit pelipisnya dengan pusing.

"Sudah, orang itu sibuk jadi jangan ganggu urusannya."

Cila menoleh kearah papanya dengan wajah memerah kesal.

"Papa nyebelin, kak Wira itu calon menantu papa kok gak sebut kak Wira jadi calon menantu gitu biar kelihatan enak didengar gitu?"

"Ya, ya, ya, calon menantu papa sibuk"

"Sudah puas? merepotkan saja."

David mengusap wajahnya kasar. Biasanya dia yang memarahi putrinya itu tapi kali ini dia malah diomeli.

Mungkin karena Cila sudah dewasa jadinya dia merasa tidak perlu diceramahi lagi.

Sedangkan Cila hanya nyengir saja mendengarnya, lalu Cila bertanya.

"Papa mau kemana? Kok bawa Katana segala, emangnya papa mau jadi Ninja lagi ya?"

Cila kembali bertanya.

"Papa sudah tua pa, gak usah main Ninja Ninjaan segala-- ini bukan di Jepang pa."

Cila melanjutkan pertanyaannya.

"Papa mending istirahat aja nanti kalau terluka gimana? Merepotkan rumah sakit saja kalau papa main Ninja Ninjaan."

David yang lagi asyik mengasah Katana kesayangannya melotot mendengar ucapan putrinya yang cerewet itu.

Memang benar, David mengakui dia dimasa Primenya dulu adalah seorang Ninja. Tapi karena sudah tua jadinya David pensiun dan memilih hidup dengan damai.

Cila tahu karena memang dia sendiri yang menceritakannya sebelum tidur waktu Cila masihlah kecil.

"Sepertinya papa batalkan saja rest--

"Jangan pa, Cila cuma bercanda kok."

Buru buru Cila meminta maaf karena teknik ancaman papanya membuatnya tidak berdaya sama sekali.

David tersenyum kemenangan melihat putrinya itu yang takut dia batalkan.

"Nah ini baru putri papa... gak usah cerewet kalau hidup masih numpang di Mansion ini."

"Whuss!

David segera melesat menghilang dari jendela dapur, tak lupa membawa Katana miliknya.

"Awas aja kalau Cila nikah sama kak Wira, papa pasti nyesal ngatain aku numpang."

Gerutu gadis itu sendirian sambil marah marah sendiri.

Para pelayan yang sibuk dengan pekerjaannya mereka hanya menggelengkan kepalanya saja. Mereka tak berani ikut campur masalah pemilik Mansion itu.

"Kak Wira sibuk, papa pasti pergi entah kemana, Umm... kira kira ngapain ya?."

Cila meletakkan satu jari dibawah dagunya seolah memikirkan kegiatan selanjutnya.

"Belajar lagi deh."

Cila berjalan lesu menuju kamarnya, selain tidak ada tujuan bermain seperti teman temannya dia juga bingung mau ngapain.

"Prak!

Setelah mengunci pintu kamarnya, Cila bergegas menuju meja belajarnya... kembali belajar seperti biasanya.

--

Disisi Jati.

"Aduh, apa aku terlalu tidak peduli ya sama Cila?"

Jati menghentikan mobilnya ditepi jalan, dia merenung karena menjawab cuek pacarnya.

"Sepertinya aku harus meminta maaf sebelum David menggunakan Katananya menebasku?"

Jati berniat pergi ke toko bunga, membeli pocket bunga indah agar hatinya bisa tenang.

Jati kembali melajukan mobilnya mencari toko bunga terdekat. Masalah kantor biar Viona yang menggantikannya sementara waktu selama dia pergi.

1
MARDONI
dari namanya saja Blood Moon, pasti pemimpin nya berkharisma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!