NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gosip Panas di Kantor

​Pagi itu terasa dingin, namun bagi Sinta (Bram), udara di luar lebih menyejukkan daripada hawa pengap di kontrakannya. Kotak dan surat ancaman dari "P.B." masih tergeletak di meja, simbol ancaman yang nyata.

​Sinta berjalan cepat menuju halte bus. Pikirannya dipenuhi oleh Tiara. Tiara pernah menjahit kemejanya yang sobek saat mereka camping—dengan benang merah muda, karena hanya itu yang tersedia. Tapi... apakah itu petunjuk yang cukup? Tiara memang sakit hati, tapi apakah dia mampu menyusun rencana serumit ini, termasuk mencari alamat kontrakan barunya secepat kilat?

​"Pengorbanan yang pantas," gumam Sinta (Bram). Kalimat itu terus terngiang. Dia harus mencari tahu siapa Tiara sebenarnya, dan ia harus melakukannya dari kantor.

​Saat Sinta melangkahkan kaki ke lobi gedung kantor megah tempat Rian menjadi CEO, ia langsung merasakan atmosfir yang aneh. Semua pasang mata tertuju padanya. Bisikan-bisikan halus berkejar-kejaran di udara, menciptakan koridor yang terasa panjang dan menghakimi.

​Sinta (Bram) mempercepat langkahnya, berpura-pura tidak mendengar.

​Apa-apaan ini? Kenapa mereka menatapku seperti melihat hantu? gumamnya dalam hati.

​"Lihat! Itu dia, Sinta!"

"Dia benar-benar kembali... setelah apa yang terjadi kemarin."

"Astaga, Tuan Rian benar-benar menembaknya di depan umum. Romantis sekali!"

"Romantis apanya? Itu di depan dua cowok lain yang juga ngejar dia! Kasihan..."

​Sinta terkejut. Langkahnya terhenti di depan lift.

​Menembak? Di depan umum?

​Ia buru-buru meraih ponselnya. Tidak ada notifikasi. Tapi, seolah alam semesta ingin memperjelas, seorang pegawai junior yang berdiri di dekatnya menyenggol temannya sambil berbisik lantang, "Coba lihat grup gosip kantor! Fotonya lagi viral!"

​Bram (Sinta) membuka salah satu grup chat kantor yang biasanya ia abaikan. Di sana, terpampang jelas foto Rian yang sedang menggenggam kedua tangannya dengan tatapan penuh keputusasaan. Dan di atasnya, caption yang ditulis oleh admin grup: "Eksklusif! CEO Rian Tembak Karyawan Sinta di Jalanan! Tiga Pria Berebut Cinta Si Primadona!"

​Seketika, darahnya terasa dingin.

​Sialan! Kejadian itu sampai tersebar?! Ini bencana!

​Dia merasa tubuh perempuannya mulai panas, wajahnya memerah karena malu dan kemarahan. Ini bukan lagi urusan pribadi. Ini adalah aib yang terpampang nyata.

​Ia mencoba menenangkan dirinya sambil menunggu lift.

​Sinta (Bram) dalam Hati:

Gue ditembak! Gue ditembak oleh cowok! Di depan dua cowok lain! Dan ini viral?! Dunia ini benar-benar gila!

Kenapa gue harus terjebak dalam tubuh yang bikin semua cowok ini jadi agresif?! Padahal, gue ini Bram, pria sejati! Gue butuh cewek, bukan cincin tunangan dari cowok cakep!

Rian, Reno, Raka... dan sekarang seluruh kantor tahu. Bagaimana gue bisa kembali bekerja dengan normal kalau semua orang mengira gue adalah 'primadona' yang jadi rebutan bos mereka?!

​Ting! Pintu lift terbuka, dan Sinta segera masuk. Di dalamnya, ada tiga orang yang langsung menghentikan pembicaraan mereka. Keheningan di lift terasa memekakkan telinga.

​Sinta tiba di divisinya. Suasana di sana sama tegangnya. Orang-orang berusaha terlihat sibuk, namun mata mereka sesekali mencuri pandang ke arahnya.

​Bahkan Fitri, rekan kerjanya yang terkenal ramah, hanya berani menyapa dengan anggukan kaku.

​Sinta duduk di mejanya, merasa seperti penjahat yang baru saja terekspos. Ia mengeluarkan laptopnya, tapi fokusnya hilang. Ia harus segera menyikapi situasi ini.

​Gue harus bicara dengan Rian. Gosip ini harus dihentikan. Atau gue yang harus berhenti kerja.

​Tiba-tiba, ponsel Sinta berdering. Itu adalah nomor tidak dikenal, tapi Sinta memutuskan untuk mengangkatnya.

​"Halo?"

​"Sinta, ini aku, Clara," suara elegan dan dingin itu terdengar dari ujung telepon. "Selamat atas ketenaranmu. Luar biasa, ya? Hanya dalam semalam, kamu menjadi ratu gosip di seluruh kota."

​Sinta (Bram) mengerutkan dahi. "Clara? Ada apa? Bagaimana kau tahu nomorku?"

​Clara tertawa kecil, tawa yang menusuk. "Oh, Sinta sayang. Dunia ini sempit, dan aku punya mata serta telinga di mana-mana. Lebih penting dari itu, aku tahu kau sedang panik. Aku tahu betapa tidak nyamannya kau menjadi pusat perhatian para pria itu, terutama Rian."

​"Aku tidak mengerti maksudmu," balas Sinta, mencoba bersikap dingin.

​"Kau pasti mengerti," nada suara Clara berubah lebih gelap. "Kita sama-sama perempuan, Sinta. Aku tahu kau tidak menyukai Rian, kau hanya memanfaatkannya. Dan aku tahu, Rian harus diselamatkan dari wanita sepertimu."

​Clara berhenti sejenak, suaranya kini terdengar seperti berbisik di telinga.

​"Dengarkan aku baik-baik. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu. Sebuah 'hadiah' yang akan membantumu menjauh dari Rian selamanya. Temui aku. Sekarang juga. Di kafe seberang kantor. Sendirian. Kalau kau menolak, aku pastikan gosipmu akan berubah dari romantis menjadi aib yang tak termaafkan."

​Sinta (Bram) menutup telepon. Tangan Sinta gemetar, bukan karena takut, tapi karena ia mencium bau busuk konspirasi yang nyata.

Clara, wanita yang terkena sanksi skorsing satu bulan tanpa gaji, tiba-tiba muncul dan mengancamnya. Ancaman itu datang tepat setelah surat dari "P.B." dan pertemuan rahasia Clara dengan Reno! Mungkinkah, wanita ini terlibat dalam pusaran masalahnya.

​Clara? P.B.? Mungkinkah 'P.B.' adalah inisial lain yang mengacu pada Clara? Atau mereka bekerja sama?

​Sinta meraih tasnya. Ia harus menghadapi wanita ini. Ini adalah risiko yang harus diambil untuk menguak jaring-jaring licik yang mulai menjeratnya.

​Ia mengirim pesan singkat ke atasan divisinya bahwa ia harus pergi mendadak. Ia harus berhati-hati.

​Tapi tunggu...

​Tiba-tiba, Bram teringat pada barang yang ia tinggalkan di kontrakan.

​Boneka itu!

​Ia kembali ke Daftar Hitamnya.

​P.B.... Pengaruh Baru? Pengirim Boneka?

 Atau...

​Perempuan Baru? Perempuan Biasa?

​Bram menarik napas dalam.

​Atau... Perempuan Berbahaya?

​Ia harus keluar dari kantor sebelum Rian memanggilnya.

​Apakah Sinta (Bram) akan langsung menemui Clara, atau dia akan berusaha mencari informasi tentang Tiara terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!