JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU
BAB 26: SIMPUL WARISAN DAN DENYUT NADI SEMESTA
1. Hening Pascaklimaks
Udara di Ruang Kristal Keseimbangan tidak lagi dipenuhi kebisingan ancaman, melainkan diisi oleh keheningan yang merayakan. Penyegelan abadi Qian Yu—dilakukan oleh gabungan presisi teknologi Zeta, pengorbanan Yin Mutlak Tuanku, dan kemurnian spiritual Fatimah—telah melampaui kemenangan; itu adalah restorasi kosmis.
Tuanku terbaring di atas lantai logam yang kini terasa hangat, bukan dingin. Tubuhnya benar-benar kosong dari Qi Yin Mutlak, sebuah pemurnian yang hanya bisa dicapai melalui pengorbanan yang disengaja. Di dadanya, lubang tempat Batu Giok Kutukan Jiwa pernah bersemayam terasa ringan, bebas dari beban takdir.
"Dia telah mencapai nol," bisik Fatimah, merangkul suaminya. Qi Spiritualnya, meskipun terkuras, memancarkan kehangatan yang stabil. "Bukan kehampaan, melainkan titik awal yang murni."
Zeta Enam, yang menyaksikan peristiwa itu, mencatat data terakhir. "Segel terkonfirmasi. Segel telah disinkronkan dengan denyut Akar Kosmis di Xianwu. Jantung Kristal—sekarang Kristal Keseimbangan—tidak dapat lagi disalahgunakan. Ia hanya merespons frekuensi harmoni."
Dewan Energi, yang terpaksa menyaksikan hilangnya otoritas mereka, berdiri terdiam. Mereka melihat senjata terkuat mereka berubah menjadi artefak perdamaian.
Tuanku membuka matanya. Ia tersenyum—senyum yang merupakan gabungan sempurna antara kelembutan Tuanku dan kepastian Sultan Sati. "Kutukan itu... akhirnya menemukan tujuannya. Bukan kehancuran, melainkan pondasi."
2. Filantropi Teknologi dan Tiga Lapisan Kunci
Peristiwa penyegelan di Benua Teknologi Barat segera memicu revolusi yang mendalam. Kristal Keseimbangan kini memancarkan energi yang tidak hanya efisien, tetapi juga adil. Energi dibagi secara merata, mengakhiri monopoli Dewan Energi.
Tuanku menunjuk pada Kristal Keseimbangan. "Segel ini bukan hanya penguncian fisik. Ini adalah simpul filsafat."
Ia menjelaskan kepada Dewan Energi dan Zeta Enam:
Air Mata Naga (Roh Timur): Melambangkan penyaringan spiritual. Mengajarkan bahwa teknologi harus disaring oleh empati dan kebijaksanaan spiritual.
Qi Yin Mutlak (Xianwu): Melambangkan penerimaan kerentanan dan kelemahan. Mengajarkan bahwa Kekuatan (Yang) harus selalu diimbangi oleh kerendahan hati (Yin).
Jantung Kristal (Barat): Melambangkan Kemurnian Energi. Mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus selalu bertujuan pada kesejahteraan bersama, bukan dominasi.
Tuanku menetapkan bahwa Dewan Energi lama harus dibubarkan. Teknisi Zeta, dengan pengetahuannya yang mendalam tentang sistem dan integritasnya, diangkat menjadi Kurator Kristal Keseimbangan.
"Tugas Anda, Zeta Enam, adalah memastikan teknologi tidak pernah melupakan jiwanya," kata Tuanku.
"Aku akan menjaganya, Tuanku," jawab Zeta Enam, membungkuk. "Kami akan membangun peradaban yang seimbang, yang merangkul Qi Spiritual alih-alih menekannya."
3. Simpul Warisan dan Keseimbangan Final
Setelah memastikan Benua Barat berada di jalur yang benar, Tuanku dan Fatimah, bersama Jin, kembali ke Daratan Xianwu.
Kepulangan mereka disambut dengan kedamaian yang mendalam. Mereka tidak datang sebagai penakluk atau pahlawan, melainkan sebagai simpul yang menyelesaikan ikatan.
Di Kuil Sepuluh Ribu Pedang, Tuanku menyaksikan Pedang Abadi yang kini tertancap permanen, memancarkan resonansi yang sama dengan Kristal Keseimbangan. Qian Yu benar-benar terkunci.
Tuanku, yang kini telah menyatu sempurna, tidak lagi memegang gelar. Ia hanya menjadi Guru Keseimbangan. Ia dan Fatimah mengabdikan sisa hidup mereka untuk mengajarkan Filosofi Tiga Kunci.
Warisan Sejati Tuanku:
Melampaui Dendam: Ia tidak membunuh Raziqin atau Qian Yu, tetapi mengubah mereka menjadi katalisator bagi perdamaian. Raziqin menjadi cermin keangkuhan yang ditaklukkan, dan Qian Yu menjadi segel yang diperlukan.
Mencintai Kutukan: Ia mengajarkan bahwa sumber penderitaan terbesarnya (Kutukan Jiwa) adalah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia. Kekuatan terletak pada transformasi penderitaan, bukan penghindarannya.
Nilai dari Yang Sederhana: Jin, si Kucing Oranye, yang tanpa sihir atau teknologi, menjadi pahlawan yang mengajarkan bahwa Qi Yang Murni ditemukan dalam kesetiaan, kehangatan, dan kesederhanaan hidup.
Pada masa tuanya, Tuanku dan Fatimah duduk di tepi Danau Kristal, di Xianwu.
"Di masa lalu, aku melihat kehancuran," bisik Tuanku. "Aku melihat diriku gagal. Ternyata, kegagalanku adalah pengorbanan yang belum selesai."
"Kau telah menyelesaikan pengorbanan itu, Tuanku," kata Fatimah, menggenggam tangannya. "Dan kau memberi Daratan Xianwu takdir baru: menjadi Jantung Mediasi antara spiritualitas dan ilmu pengetahuan."
4. Denyut Nadi Semesta
Tahun-tahun berlalu. Tiga Benua menjalin hubungan yang erat, dipersatukan oleh Perjanjian Keseimbangan. Para murid dari Xianwu pergi ke Barat untuk belajar teknologi yang etis, dan para teknisi dari Barat datang ke Roh Timur untuk belajar spiritualitas.
Tuanku dan Fatimah meninggal dengan damai, bersebelahan di Puncak Keseimbangan.
Legenda tentang mereka abadi. Anak-anak di Tiga Benua tidak lagi diceritakan tentang perang besar, tetapi tentang Kisah Tiga Kunci: Air Mata Naga, Kutukan Jiwa, dan Jantung Kristal.
Pedang Abadi, Kristal Keseimbangan, dan Cangkang Naga—tiga artefak abadi yang kini terhubung secara kosmis—menjadi denyut nadi semesta yang stabil.
Kisah Jurus Terakhir Tuanku bukan hanya kisah tentang seni bela diri atau penguasaan Qi. Ini adalah kisah tentang bagaimana seorang pria, yang lahir dengan konflik internal terbesar, berhasil mengajarkan dunia bahwa Keseimbangan bukanlah titik tengah, melainkan penerimaan semua ekstrem. Ia mengubah kutukan pribadi menjadi warisan universal.
Qian Yu, si entitas Kemurnian, tidak pernah kembali. Ia menyadari bahwa dunia yang ia ciptakan (yang terpecah dan sombong) adalah satu-satunya dunia yang bisa ia kuasai. Dunia baru, yang seimbang dan merangkul kelemahan, berada di luar jangkauannya.
Keseimbangan, yang dulunya adalah filosofi yang lemah, kini menjadi Hukum Alam yang baru dan abadi.
— S E L E S A I —