Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Aluna yang terjebak dalam roda waktu. Aluna secara tidak sengaja menemukan sebuah buku kuno di rumah yang baru saja ia tempati. Secara ajaib gadis itu terlempar ke masa lalu di sebuah kerajaan kuno.
Aluna yang bingung dengan keadaan tersebut, tiba-tiba saja di tangkap dan di bawa kehadapan ratu di kerajaan tersebut. Ratu yang mengira ia adalah mata-mata dari musuh memerintahkan untuk mengeksekusi gadis itu.
Akankah Aluna bisa selamat dari hukuman sang Ratu? Atau hidupnya akan berakhir di negeri tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Asrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
"Mama benar-benar menjaganya dengan sangat baik." Mengacungkan jempolnya.
" Tentu saja, mendiang putriku sangat menyukai stroberi, bagaimana mungkin aku tidak menjaga kebun ini dengan baik. " Sedih.
" Putriku-lah yang meminta untuk ku buatkan kebun stroberi. Dia bilang ingin memilikinya agar bisa memetik dan memakan buah itu langsung dari kebun. " Nenek Lusi menangis.
" Yah... istriku sangat menyukainya. Mama jangan sedih lagi yah, Melisa sudah bahagia di sana." Menenangkan nenek Lusi.
Nenek Lusi mengangguk.
Sejak melihat Aluna, ia tidak henti-hentinya teringat pada mendiang Melisa wajah putrinya itu begitu terwariskan pada cucunya Aluna. sungguh melihat wajah cucunya telah mengobati rasa rindu yang dalam untuk putrinya itu.
Aluna, Caspian, dan Draven duduk di bawah pohon apel yang teduh, tepat di depan pondok kecil milik Draven. Ada tempat duduk kayu mungil di sana, dan sebuah meja di depannya. terdapat sebuah keranjang anyam berwarna hijau yang di isi oleh buah apel yang baru saja di petik. Di sampingnya ada cawan kaca dan sebuah ceret kecil berisi air putih yang segar.
Draven mempersilahkan untuk makan dan minum terlebih dahulu. Namun, Caspian belum bisa sepenuhnya menghilangkan kewaspadaannya.
KRESS
Aluna menggigit apel pemberian Lyly. Ia tidak bisa lagi menahan godaan buah ranum itu. Caspian menatapnya kesal, Aluna hanya tersenyum kaku, mengunyah.
Draven yang menyadari Caspian belum mempercayainya mengambil buah di keranjang, menggigitnya sekali lalu menuangkan air ke gelas dan meminumnya.
"Apel ini sangat manis Tuan. Aku belum pernah memakan apel seenak ini." Celoteh Aluna.
" Tentu saja, aku menanamnya dengan penuh kasih, tumbuhan yang di rawat dengan baik akan menghasilkan buah yang lezat. "
Alunan manggut-manggut.
Akhirnya Caspian menghilangkan keraguannya. Pangeran bermata tajam itu juga mengambil dan memakan apel itu. Aluna tersenyum diam-diam, karena ia tahu Caspian juga sudah menahan lapar sejak kemarin.
" Yah Tuan benar, nenek ku juga sangat suka berkebun, dia sering mengirimkan buah yang ia tanam sendiri untuk ku, rasanya juga sangat enak, apalagi buah stroberinya. "
KREESS
"Tidak perlu memanggilku Tuan, Putri bisa memanggilku dengan nama, begitu juga dengan Pangeran Caspian."
Aluna dan Caspian saling tatap sejenak, keduanya lalu mengangguk.
"Kenapa kamu bisa ada di sini? Apa kau tersesat?" Caspian penasaran.
"Saya berada di sini untuk menunggu Putri Aluna. Sudah bertahun-tahun aku menunggunya, aku senang sekali saat merasakan kedatangannya ketika memasuki hutan ini. Lalu aku menyuruh Lyly untuk menuntunnya menemui ku." Menjelaskan.
"Sejak tadi kamu terus memanggilku dengan sebutan Putri, aku bukan seorang Putri, aku hanya gadis biasa yang tersesat di negeri ini." Aluna tidak ingin orang-orang yang ia temui terus membuatnya semakin bingung dengan dirinya sendiri.
"Aku tahu Putri, anda ingin bilang kalau anda bukan berasal dari zaman ini kan?"
"Kamu tahu?" Kaget.
"Meskipun Putri Aluna datang dari zaman yang berbeda tapi di sini adalah rumah sejatimu."
Aluna mengerutkan keningnya. Ia semakin tidak mengerti.
"Apa maksudmu, aku tidak mengerti?"
"20 tahun yang lalu suku Sylvaeria di serang, dalangnya adalah mata-mata dari suku sendiri. Karena ketamakannya ia ingin menguasai harta paling berharga dari suku Sylvaeria jadi ia berniat untuk menculik anak kepala suku dan membunuhnya."
"Mengapa ia ingin melakukan itu?"
"Karena putri kepala suku adalah kunci untuk membuka segel tak terlihat dari harta suku kami."
"Lalu apa hubungannya denganku?"
"Putri Aluna adalah bagian dari kami."
"Apa?"
"A... aku, ada apa ini? Aku semakin tidak mengerti."
"Musuh dalam selimut itu bersekutu dengan seorang penyihir yang juga ingin menguasai harta suku kami. Mereka menyerang tiba-tiba di malam hari, saat kami semua tengah terlelap. kami yang tidak memiliki persiapan akan serangan ini terkejut bukan main, kami semua melawan dengan segenap kekuatan kami. Dan syukurlah putri kepala suku berhasil di selamatkan. Kepala suku membawa putrinya ke lorong waktu, mendorongnya untuk melintasi waktu beratus-ratus tahun kemudian di masa depan. Banyak peri yang gugur dalam perlawanan itu termasuk kepala suku dan istrinya. Hanya sedikit bagian dari suku Sylvaeria yang tersisa, termasuk aku dan Lyly."
"Lalu bagiamana dengan putri kepala suku yang melintasi waktu ke masa depan itu?" Caspian penasaran.
"Namanya Putri Lusi,beberapa tahun yang lalu aku akhirnya bisa berkomunikasi dengannya lewat telepati. Jiwa kamu terhubung karena aku dan dia memegang benda yang bisa menghubungkan kami."
'Lusi?' Aluna berpikir, dia sepertinya familiar dengan nama itu.
"Putri Lusi telah menikah dengan seorang manusia. Ia memiliki seorang putri, namun sayangnya anaknya itu tidak memiliki tanda yang membuat ia bisa memasuki lorong waktu. Satu-satunya yang menjadi harapan dia untuk menjaga harta suku kami adalah cucu perempuannya, yang sekarang sudah berusia 18 tahun."
Aluna menatap Drevan tidak percaya, pikirannya baru saja menebak seseorang.
"Maksudmu dia adalah..."
"Benar, dia adalah nenek Putri, Putri Lusi."
Aluna berdiri dari duduknya. Gadis itu kacau, mulai menghubungkan puzzle-puzzle di otaknya.
"Apa aku boleh tahu, harta apa yang dimiliki suku Sylvaeria ? Mengapa sampai terjadi pertumpahan darah antar saudara suku kalian?" Caspian bertanya.
Draven mengangguk.
"Harta suku kami adalah... apa yang sekarang sedang kamu cari pangeran."
"Apa?" Caspian dan Aluna terkejut bersamaan. Ia ikut berdiri dari duduknya, di susul oleh Draven.
"Karena itu Aluna terpilih sebagai gadis yang bisa menemukan air keabadian ? Karena Aluna adalah keturunan dari Putri Lusi dan..."
"Bener pangeran, tanda bulan sabit di lengan Putri Aluna adalah kunci untuk membuka pintu yang tak terlihat, kunci untuk menemukan air keabadian." Menunjuk tanda lahir di lengan Aluna.
' Karena itu aku bisa masuk ke negeri ini, melintasi waktu. karena aku adalah bagian dari suku Sylvaeria.' Aluna membatin.
Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Yah benar, dari dulu ini adalah keinginannya, berpetualang melintasi waktu. Tapi dia tidak benar-benar berpikir jika semua ini terjadi padanya. Apalagi sekarang ia harus menerima kenyataan kalau dia adalah seorang peri. Peri? apakah benar?
Ada rasa senang dalam dirinya, tapi di satu sisi ia juga merasa takut. Apakah ia bisa menjadi manusia normal pada umumnya lagi setelah mengetahui kenyataan ini.
"Jadi apakah aku juga pe... peri?" Aluna menatap Draven dengan serius.
"Benar Putri, walau tidak seutuhnya, karena darah manusia juga mengalir di tubuh mu."
Caspian menatap Aluna dengan seksama lalu beralih pada Draven. Aluna memiliki kulit seputih susu, yang saat terkena sinar mentari nampak sangat berkilau begitu pula dengan Draven.
"Tapi tunggu... Jika suku Sylvaeria memiliki air keabadian, mengapa para peri banyak yang terbunuh? Bukankah mereka abadi?"
Aluna mengangguk, ia juga memikirkan hal yang sama.