Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Udara malam di villa terasa semakin dingin karena hujan, seharusnya malam ini Kevin dan yang lainya akan barbeque di halaman. Namun mereka terpaksa membatalkannya karena cuaca tidak mendukung, dan menu malam ini hanya spaghetti carbonara ala Kevin. Bukan tanpa alasan Kevin memasak menu itu, lagi-lagi karena Ruby lebih menyukai saus carbonara dari pada saus bolognese, saus aglio e olio, atau yang lainya.
Alika mengusap perutnya yang terasa penuh, ia sangat lahap memakan masakan Kevin sejak tadi pagi. "Sayang, kamu pintar masak gini belajar dari siapa?" tanya Alika dengan suara lembutnya.
Kevin menyandarkan tubuhnya di sofa, mereka baru selesai makan malam dan kini berkumpul di ruang tengah. "Mama sama papa," sahut Kevin. "Mereka suka memasak, dan aku juga jadi ikut suka memasak." sambung Kevin, ekor matanya melirik Ruby yang terlihat sibuk dengan ponselnya.
Jawaban Kevin membuat Alika meringis, sebab dirinya sama sekali tidak bisa memasak. "Sayang, kalau aku gak bisa masak, gak apa-apa kan?" tanyanya sedikit malu.
"Emang lo gak bisa masak?" celetuk Dino, menatap sinis.
"Bukan gak bisa, tapi belum bisa." ralat Alika tak terima, menatap kesal Dino.
Dino tersenyum remeh. "Itu sih sama aja." pria itu menggelengkan kepalanya. "Lo kan cewek, masa gak bisa masak." ucapan Dino membuat Ruby menghentikan aktivitasnya.
Wanita itu menatap datar Dino. "Memang ada aturan kalau cewek harus bisa memasak?" tanya Ruby membuat semua mata memandang kearahnya.
Seulas senyum terbit di bibir Alika, merasa jika ada yang membelanya. "Nah, betul itu." timpal Alika, berjalan mendekati Ruby.
"Memasak kan memang tugas cewek," jawab Dino tanpa beban.
Ruby tersenyum miring. "Itu menurutmu saja, jaman sekarang wanita tidak selalu harus di dapur. Wanita tidak bisa memasak bukan suatu masalah besar ataupun aib, karena tidak semua wanita ingin berada di dapur. Wanita juga punya mimpi dan cita-cita, mereka ingin berkarya dan berkarir. Mempunyai kehidupan yang lebih baik, mandiri dan independen, mempunyai value tersendiri. Tidak selalu bekerja di dapur dan mengurusi anak, suami, mertua, atau yang lainya." perkataan Ruby membuat mereka terdiam.
"Tapi bukan berarti wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga, mengurus anak dan suami, tidak memiliki nilai yang tinggi. Karena aku yakin, mereka sudah berpikir matang-matang untuk mengambil keputusan itu, merelakan mimpi dan cita-citanya demi mengurus sebuah keluarga, memberikan kasih sayang dan perhatian penuh pada keluarga mereka." Dino bungkam mendengarnya.
"Lagi pula, banyak chef terkenal dan chef di hotel berbintang kebanyakan laki-laki. Jangan berpikir bahwa mereka tidak keren dan macho, hanya karena pekerjaan mereka memasak. Dan jangan bilang tidak berguna pada wanita yang tidak bisa memasak, semua punya mimpi dan cita-cita, keinginan, dan passion yang menanti untuk di wujudkan." pungkas Ruby. Kevin tersenyum tipis mendengar pendapat Ruby, menurutnya Ruby adalah wanita dengan pemikiran yang terbuka, berprinsip, dan realistis.
Plok ... Plok ... Plok ...,
Alika bertepuk tangan sambil menatap kagum pada Ruby, di matanya, Ruby adalah gadis yang sangat keren.
"Lo benar-benar keren, By." puji Alika masih dengan bertepuk tangan. Sedangkan yang di puji hanya diam dan menatap Kevin, untuk sesaat tatapan mereka terkunci, hingga akhirnya Ruby mengalihkan pandanganya pada benda pipih yang ada di tangannya.
"Aku juga gak akan nuntut kamu untuk masak, kalau kamu nanti jadi istriku." ucap Gio dengan PD nya.
"Emangnya Ruby mau sama lo?" sahut Alika, Ruby mengangkat wajahnya dan melihat Gio sekilas.
Hembusan napas berat terlihat, sebelum akhirnya ia berkata. "Carilah wanita yang benar-benar mencintai mu dan menerima mu dengan tulus." ucap Ruby, pandangannya beralih pada Kevin. "Karena aku bukan tipe wanita yang seperti itu," sambungnya seolah kalimat itu ia tujukan pada Kevin, yang sejak tadi memperhatikan nya.
.....
Malam semakin larut, udara semakin dingin karena gerimis kecil kembali berjatuhan membasahi bumi. Di saat orang lain menarik selimut dan pergi ke alam mimpi, Ruby masih setia membuka mata, menatap langit-langit kamar dengan earphone terpasang di telinganya. Wanita itu mendesah pelan lalu memiringkan tubuh, setelah lelah terlentang.
Di sisi lain, Kevin berjalan mengendap-endap menaiki anak tangga. Pria itu menggelengkan kepalanya, sebab dirinya sudah seperti maling yang tengah menyusup kerumah orang asing. Padahal villa mewah itu milik keluarganya, namun Kevin tidak ingin mengambil resiko, karena tujuannya adalah kamar Ruby. Jika salah satu temannya sampai menangkap basah, ia yakin tidak akan bisa mengelak.
Kevin bernapas lega setelah sampai di depan pintu kamar Ruby. Sepertinya, teman-temannya memang sudah tidur, sesuai perkiraan nya. Ia mengambil kunci dari kantong celana, lalu membuka pintu kamar Ruby dengan kunci itu.
Suasana temaram, sunyi, dan dingin menyambut Kevin, pria itu menyelinap masuk dan kembali mengunci pintu. Dilihatnya Ruby yang tidur dalam posisi membelakangi pintu, sehingga ia tak tahu jika seseorang menyelinap masuk kamarnya.
Kevin membuang napas panjang dan berjalan mendekati ranjang. "Bee," ia menatap dengan penuh kerinduan. Nyatanya satu tahun ini tak membuat rasa dalam hatinya luntur, dinding pemisah dan kehadiran Alika tak mampu menggantikan posisi Ruby dalam hatinya.
Perlahan Kevin mendudukkan tubuhnya di ujung ranjang, pandangannya tak lepas pada sosok yang terbaring itu. "Bee...," belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba Ruby bangun dan menatap tajam kearahnya.
"Apa yang kau lakukan?" sungut Ruby, ia terkejut karena merasa seseorang duduk di ranjangnya.
Kevin tersenyum lembut melihat Ruby belum tidur. "Maaf mengejutkan mu," ucap Kevin, namun tidak ada penyesalan di matanya.
Ruby hanya menatap datar. "Aku ingin bicara denganmu," kata Kevin pelan. Ruby melepas earphone yang ada di telinga nya, lalu beranjak menuju pintu.
"Aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan," saat tangannya hendak membuka pintu, Kevin langsung menahannya.
"Bee, kita harus bicara." Kevin membalik tubuh Ruby hingga mereka berhadapan. Pandangan kedua nya terkunci, ada rasa rindu membuncah di mata Kevin, membuatnya langsung mencium kening Ruby yang tepat berada di bawah dagu nya.
Ruby memejamkan matanya saat bibir lembut Kevin mengecup keningnya, perasaan nya kembali menghangat, Ruby menikmati momen itu, hingga tanpa sadar tangannya memeluk erat tubuh Kevin.
Kevin tersenyum tipis merasakan pelukan Ruby, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung membalas pelukan wanita yang dicintainya. "Kembalilah padaku," ucap Kevin menyadarkan Ruby, ia segera melepaskan pelukannya, namun Kevin menahannya. "Jangan," ucap Kevin pelan. "Aku tidak bisa lagi menahannya," Kevin melepaskan pelukannya, namun kedua tangannya menangkup pipi Ruby.
Di tatapnya manik mata Ruby, mencari kebenaran jika Ruby juga merasakan apa yang ia rasakan. "Kenapa kita harus saling menyakiti? Jika kita bisa saling mencintai dan memiliki." Kevin bisa melihat jika Dimata indah Ruby juga menyimpan kerinduan.
Ruby menepis tangan Kevin dengan kasar. "Bukankah sejak awal kau yang meninggalkan!" kata Ruby sinis. "Kembalilah pada kekasih mu," usir Ruby berjalan kearah jendela, tangannya terulur menyentuh gorden, namun seolah ingat sesuatu, ia kembali menurunkan tangannya.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗🤗🤗
Kali ini singkat aja, author lagi cuapekkk🫠