Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.
Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.
Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.
Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Malam itu, setelah mengurus Nizar yang tampaknya lebih sering terjaga daripada tidur, Devan dan Nina akhirnya bisa duduk bersama lagi di ruang tamu. Nizar tertidur lelap di dalam inkubator kecil, dan keheningan malam seolah menyelimuti rumah mereka yang kini penuh dengan tawa dan kekacauan.
Nina menatap Devan yang duduk di sampingnya, tubuhnya terasa lelah tapi hatinya hangat. Setelah melalui begitu banyak kebingungannya, akhirnya mereka berada di sini, di tempat yang tepat, dengan Nizar yang mengubah hidup mereka. Tentu saja, tak ada yang bisa mempersiapkan mereka untuk tantangan ini, tetapi mereka tahu satu hal dengan pasti—bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan bersama menghadapinya.
Devan menoleh ke Nina dengan tatapan lembut. “Kamu tahu, aku rasa kita sudah jadi orang tua yang luar biasa.”
Nina tertawa kecil, menggelengkan kepala. “Mungkin, tapi itu karena kita selalu berdua. Kalau aku sendirian... aku nggak tahu deh.”
“Jangan khawatir. Super Dad ini siap jadi partner hidup kamu. Buktinya, kan, aku sudah bisa masak, meskipun agak sedikit amburadul.”
Nina hanya tersenyum, merasa nyaman dengan kehadiran Devan. Baginya, tidak ada yang lebih indah dari melahirkan seorang anak dan berbagi semua hal ini dengan orang yang ia cintai. Di sisi lain, Devan tampaknya merasa seperti dia harus terus berjuang untuk memenuhi harapan besar yang ada di pundaknya.
"Van, kamu gak usah terlalu keras sama diri sendiri," Nina akhirnya berbicara dengan lembut. "Kita baru mulai jadi orang tua, dan nggak ada orang tua yang sempurna."
Devan memandangi istrinya, tampak terharu. “Tapi aku takut kalau aku nggak cukup baik buat Nizar.”
“Van, kamu udah lebih dari cukup. Kamu sudah jadi papa yang luar biasa buat Nizar, meskipun kadang kamu kebingungan soal popok atau tisu basah.” Nina menyentuh tangan Devan, menggenggamnya erat. “Yang penting kamu ada buat dia. Itu yang dia butuhkan.”
Devan tersenyum kecil, rasa lega meresap ke dalam hatinya. Ia menoleh ke arah kamar di mana Nizar tidur dengan damai. “Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi aku janji, apapun yang terjadi, aku akan selalu ada buat kamu dan Nizar.”
Nina mengangguk. “Aku juga janji.”
Keheningan malam semakin dalam, dan suara detak jam dinding mereka yang pelan terdengar di tengah-tengah malam yang sunyi. Sesekali, suara tawa atau tangisan Nizar yang baru lahir menyelingi suasana, namun Devan dan Nina merasa, betapa pun capeknya mereka, kehadiran Nizar di dunia mereka adalah sebuah berkah yang tak terhingga.
Paginya, suasana rumah berubah kembali penuh dengan aktivitas. Devan, dengan keceriaan khasnya, bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Namun, hari ini ia benar-benar serius. Ia tak mau salah lagi. Begitu ia membuka lemari dapur, ia memastikan semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat sarapan ada di tempat yang tepat. Meski ada tumpukan popok dan botol susu di meja, Devan sudah memiliki tujuan.
“Nina, hari ini aku janji bikin sarapan yang sempurna!” teriak Devan dengan semangat.
Nina yang sedang memberi makan Nizar di kamar hanya bisa tersenyum mendengar suara suaminya yang ceria dari dapur. “Jangan bikin kekacauan lagi, Van.”
“Aku cuma mau menunjukkan betapa hebatnya Super Dad! Kali ini aku bisa masak seperti chef profesional!” jawab Devan dari balik pintu dapur.
Beberapa menit kemudian, Nina mendengar suara ribut di dapur, disertai dengan teriakan panik Devan. “Nina! Kenapa minyak gorengnya tiba-tiba meledak? Kenapa rasanya kayak api neraka!?”
Nina segera berdiri dan berjalan menuju dapur. “Devan, kamu kenapa?!” Ia melihat Devan yang tampak cemas dengan minyak goreng yang tumpah ke lantai, menciptakan genangan besar di dapur.
“Aku... aku nggak tahu, sayang. Aku kira ini minyak goreng biasa. Kenapa ada api kayak gini?” Devan mencoba menenangkan diri, tetapi jelas ia kebingungan.
“Devan, kamu harus lebih hati-hati!” Nina berjalan mendekat dan mematikan kompor, mengeringkan minyak yang tumpah. “Lain kali, tolong jangan coba-coba jadi chef ekstrem di dapur.”
Devan cengar-cengir, merasa malu. “Oke, aku menyerah. Tapi, setidaknya aku sudah berusaha.”
Nina menggelengkan kepala sambil tertawa. “Iya, berusaha... dengan segala usaha yang kocak.”
Mereka berdua tertawa bersama, dan saat itu, Devan merasa lebih lega. Ia tahu, meskipun hari-harinya penuh dengan kekacauan dan kebingungannya, ada cinta dan tawa di setiap sudut rumah mereka.
Beberapa jam kemudian, Nizar mulai terbangun dari tidurnya. Devan dan Nina segera menyiapkan dirinya untuk sesi popok berikutnya.
“Van, siap-siap, kita akan masuk ke babak baru. Ini saatnya ganti popok Nizar lagi,” kata Nina sambil meletakkan Nizar di atas meja ganti.
Devan mendekat dengan wajah serius, mengambil popok dan tisu. “Siap, sayang! Super Dad akan selalu siap!”
Nina terkekeh, melihat semangat Devan yang terus menyala meskipun kebingungan dengan tugas baru mereka. Ia merasa penuh cinta dan kebahagiaan, meskipun kadang situasinya kacau.
Di tengah semua kekacauan itu, mereka berdua tahu satu hal yang pasti—hidup mereka kini tidak akan pernah sama lagi, dan mereka tidak pernah merasa lebih lengkap daripada sekarang. Dengan Nizar, mereka memiliki tujuan hidup yang baru. Dan bersama-sama, mereka akan melewati setiap tantangan dengan tawa, air mata, dan cinta yang tak terhingga.