Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Iptu Fariz dan Suster Lia
Semua anggota divisi kasus dingin melihat rekaman yang disimpan Iptu Grace selama setahunan dan mereka seperti mendapatkan jackpot karena akhirnya ada bukti nyata kalau memang mobil jaksa Ammar Thahir itu disabotase! Karena selama ini selalu dibilang mobilnya ada malfunction.
"Kompol Chairul sudah di PPA selama tiga tahun dan selama disana, kasusnya hanya enam puluh persen yang terselesaikan. Berarti, dia tidak serius memecahkan semua kasus yang ada," ucap AKP Arief yang melihat grafik PPA. "Berbanding terbalik dengan divisi klenik yang tahun ini saja dari seratus kasus dalam waktu dua tahun, sudah diselesaikan delapan puluh persennya ... Meskipun pakai bantuan arwah korban sih."
"Ya jelas dia tidak serius karena tidak ada uangnya dan sudah mendapatkan dari tempat lain," timpal AKP Steven.
"Dik Grace, aku tanya sekali lagi. Kamu bukan whistleblower kan? Karena sekali kamu berkhianat, maka kamu akan mendapatkan ganjarannya!" ucap AKBP Nana serius. "Kasus ini sangat berhubungan dengan nyawa kita karena orang-orang yang kita hadapi orang yang merasa punya kuasa di Konoha ini."
"Mbak Nana boleh ambil alkitab dan buat aku bersumpah. Aku tidak suka dengan kemunafikannya karena aku sudah kena oleh keluarga aku sendiri lalu ditambah divisi aku bernaung juga ada pengkhianat." Iptu Grace menatap serius ke arah AKBP Nana.
"Kamu sudah mengambil keputusan disini ya. Kamu juga harus mendapatkan konsekuensinya jika disini, kamu akan berhubungan dengan para arwah dan mereka sering tidak bisa diprediksi kelakuannya."
Iptu Grace mengangguk. "Setidaknya dengan arwah mbak Nana. Bukan orang-orang bebal."
Suara ketukan di pintu terdengar karena memang pintu ruangan mereka di kunci. Seiya pun membukanya sementara AKBP Victor mengganti layar monitor dengan wallpaper tim divisi kasus dingin.
"Udah mendingan Oom?" goda Seiya ke Iptu Fariz yang datang bersama dengan suster Lia.
"Alhamdulillah ... Sudah dikasih obat sama Dok Lucky." Iptu Fariz terkejut melihat Iptu Grace. "Kok Grace disini?"
***
Rumah Shea dan Steven
"Kak Brem-Brem, adik Sheva cowok atau cewek?" tanya Sheva sambil menyusun puzzle dengan ditemani Abraham dan Mbak Lilis yang gabut.
"Cowok," jawab Abraham.
"Kenapa memangnya neng Sheva?" tanya Mbak Lilis.
"Nggak apa-apa. Kalau punya adik cowok kan, pas."
Mbak Lilis tidak tahan untuk tidak memeluk Sheva yang cekikikan karena merasa dingin. "Neng Sheva geemeeessssiiiinnnnn!"
Sheva tertawa kecil. "Dingin mbak Lilis ...."
Shea yang sedang membawa buah potong untuk dirinya dan Sheva, hanya menggeleng melihat putrinya bersama dengan dua arwah yang menemaninya.
"Sheva, makan dulu sayang. Mama suapin ya?" senyum Shea.
"No Mama, mau makan sendiri. Sheva udah gedhe ...." jawab Sheva pede.
"Ya sudah, jangan berantakan ya." Shea meletakkan mangkok kecil milik Sheva yang berada di nampan diatas karpet. Balita itu pun makan dengan tangan kiri sementara tangan kanan sibuk menyusun puzzle princess Disney.
"Ambidextrous," ucap Longga ke Shea.
"Iya. Biarin saja buat motorik nya." Shea menoleh ke arah pagar rumahnya. "Kenapa ada arwah datang?"
Longga menoleh dan melihat Pak Sakera dan Darussalam sedang menghadang arwah itu.
"Biar aku cari tahu, mbak Shea."
"Terima kasih pak Longga."
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya Jakarta
"Jadi kamu sekarang pindah kemari?" tanya Iptu Fariz sambil minum teh pahitnya apalagi suster Lia melarang makan nasi Padang yang akhirnya menjadi jatah gadis manis itu.
"Mas Seiya, Dokter Anala buka praktek sore nggak besok di rumah?" tanya Suster Lia.
"Kenapa mbak Lia?"
"Aku mau perawatan gigi. Kalau sama Dok Anala tuh nggak sakit," jawab Suster Lia.
"Nyokap besok buka praktek sore kok di rumah. Kan hari Rabu." Ibu Seiya, Anala Baskara Rayyan, adalah seorang dokter gigi yang buka praktek di rumah setiap Senin, Rabu dan Jumat. Tim divisi kasus dingin mendapatkan diskon 50% dari Anala termasuk tim dokter Bhayangkara.
"Oke. Aku janjian sama dok Anala deh. Makasih mas Seiya," senyum Suster Lia.
"Sama-sama."
"Aku memang minta pindah kemari, bang Fariz. Sudah capek di PPA," jawab Iptu Grace yang melihat bagaimana santainya Suster Lia di ruangan sambil makan nasi Padang bersama dengan Seiya. "Apa ... Boleh ada orang lain disini?"
Semua orang menoleh ke arah Suster Lia. "Dia bagian kami termasuk Dokter Lucky, Dokter Hana, Dokter Rahmat, Dokter Wayan, Dokter Daisy, Dokter Ji-woo, Mamat dan Suster Intan. Kami satu kesatuan, dik Grace, jadi kamu harus bisa terima. Sebagai anak baru, kamu harus banyak belajar!" jawab Iptu Fariz dingin.
Iptu Grace hanya terdiam. Iya ya, mereka sudah solid bertahun-tahun sementara aku baru masuk.
"Tidak apa-apa, gengs, kan mbak Grace tidak tahu," senyum Suster Lia. "Jangan galak-galak pak Fariz. Tunggu ... Apa dok Lucky kasih obat galak juga?"
Iptu Fariz tergagap sementara semua orang disana tertawa mendengar ucapan Suster Lia.
"Wis Wis Wis ... Membagongkan Kabeh!" gumam AKBP Victor gemas.
Iptu Grace melihat bagaimana Iptu Fariz menyipitkan matanya ke arah Suster Lia yang tersenyum manis. Apa mereka ada sesuatu?
***
"Oke, karena dik Fariz sudah kena instruksi dari Lucky kalau dia harus hibernasi macam beruangnya Marsha, kita-kita saja yang cowok yang ke Lebak Bulus buat menangkap Hendrik Tan. Seiya, kamu sudah dapat siapa orang yang jadi korban dikubur barengan Theo Tan?" AKBP Victor menoleh ke Seiya.
"Udin."
"Hah? Dia dikubur sama Udin?" tanya AKP Arief.
"Ish, Oom Arief nih. Kagak ! Theo Tan dikubur di Bivak bersama dengan anak dari pemilik showroom mobil di Jakpus. Anaknya cewek, meninggal karena kecelakaan dan petinya yang diminta memang secara diameter cukup buat dua mayat yang tidak terlalu tinggi macam Oom Victor. Aku memang bukan anak matematika macam Mas Leksi tapi aku bisa mengkalkulasi ruang peti mati itu." Seiya memperlihatkan hasil perhitungannya. "Nah ukuran petinya tuh ...."
Semua orang melihat layar monitor termasuk Suster Lia yang ikut penasaran sambil menikmati es krim mahal divisi gabut.
"Jadi ini kan jenazahnya, nah disini dibawah ada space yang cukup buat Theo disimpan disini. Kan dia tinggi dikit dari mbak Lia."
"Ini Selasa apa ya ... Kok aku dari tadi kena nista soal tinggi?" gumam Suster Lia manyun.
"Siapa yang nistain tinggi kamu?" tanya AKBP Nana.
"Sepupunya Bu Nana lah," jawab Suster Lia kalem.
"Ah, kalau dia mah, emang lemes mulutnya," ucap AKBP Nana malas.
"Oke. Satu satu. Malam ini kita tahan Hendrik Tan, besok kita datangi keluarga si cewek untuk memberikan pengertian dan bersedia untuk dibongkar makamnya." AKBP Victor menatap semua orang. "Untung di Bivak, nggak di San Diego Hills. Bisa panjang urusannya."
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
baru tole ya pak Hendrik, belum mbak lilis🤭🤭
Ada y ank durjana ky gtu,pdhl ibunya yg hmil trs mlhirkn dia k dnia....bnting tulang jg dmi anknya,glirn udh tua mlah d hbisi anknya sndri....