Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31.
Dokter Wisnu diam sejenak. sebelum sesaat kemudian mengulang kembali pertanyaannya di awal." Di mana kamu mendapatkan ini?."
"Di meja kerja, Papa." Kali ini Irhan menjawab pertanyaan dokter Wisnu, dengan harapan setelah itu sahabat ayahnya tersebut bersedia memberikan informasi yang diinginkannya
Dokter Wisnu menghela napas panjang. Ia tahu betul bahwa Ardian bukanlah tipikal orang yang ceroboh sehingga meletakkan sesuatu yang bersifat rahasia di sembarang tempat, kecuali jika memang sengaja, begitu pikir Dokter Wisnu. Dan, kalau memang sengaja, itu artinya secara tidak langsung Ardian ingin Irhan melihat hasil tes DNA tersebut, begitu kesimpulan dokter Wisnu.
"Om janji akan menceritakan apa yang om ketahui, tetapi sebelum itu Om ingin kamu tahu bahwa hasil tes DNA ini tidak sedikit pun mengurangi rasa sayang papa kamu terhadap dirimu, Irhan. Ardian sangat menyayangimu nak, baginya kamu tetap putra kebanggaannya, dan tetap akan seperti itu selamanya." Ungkap dokter Wisnu dengan gurat wajah serius.
Setelahnya, dokter Wisnu pun menceritakan semuanya dihadapan Irhan. Di mulai dari menceritakan kebenaran tentang Irin yang ternyata telah mengandung Irhan sebelum menikah dengan Ardian, dilanjut dengan pengkhianatan Irin yang diam-diam masih menemui mantan kekasihnya, yang tak lain adalah ayah biologis Irhan, di saat statusnya sudah menjadi istri Ardian, sampai dengan kenyataan jika sebenarnya ayah kandung Irhan dan Kafisha adalah pria yang sama dan itulah alasan mengapa Irin memaksa Ardian menikahi gadis itu agar tidak terjadi pernikahan sedarah antara Putranya, Irhan dan Kafisha. sebab, saat itu Irin mengetahui perasaan Irhan terhadap Kafisha, serta Irin juga tahu niat Irhan yang ingin meminang Kafisha setelah nanti kembali ke tanah air.
Irhan benar-benar syok setelah mendengar cerita dari dokter Wisnu, cerita yang ia yakini kebenarannya mengingat pria itu merupakan sahabat baik ayahnya.
Setelah mendengar semua cerita dokter Wisnu, Irhan Langsung teringat pada Ardian, pria gagah yang selama ini dikagumi serta dipanggilnya dengan sebutan papa. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakan oleh ayahnya itu setelah tahu semuanya. Sungguh, ia tidak pernah menyangka ibunya bisa setega itu, sanggup mengkhianati suami yang begitu mencintai dan rela melakukan apapun untuk kebahagiaannya.
Dokter Wisnu beranjak dari kursinya, mendekati Irhan, menepuk pundak pemuda yang kini sudah terisak dalam tangisnya.
"Om minta maaf jika cerita Om tentang mama kamu telah menyinggung ataupun menyakiti perasaan kamu, nak, tapi seperti itulah Faktanya." Tutur dokter merasa tidak enak hati. Karena bagaimanapun Irin adalah ibu kandung Irhan.
Irhan menggeleng lemah guna menepis dugaan dokter Wisnu, karena nyatanya ia sama sekali tidak tersinggung apalagi sampai sakit hati pada sahabat ayahnya itu, justru ia menangis tersedu-sedu seperti itu karena memikirkan perasaan sang ayah, Ardian. pasti ayahnya itu sangat terluka setelah mengetahui semua keburukan sang istri tercintanya.
Dokter Wisnu merangkul Irhan. "Om percaya kamu dan Ardian adalah pria sejati, kalian berdua pasti bisa melewati badai ini bersama-sama." ia menepuk pundak Irhan untuk memberi penguatan pada pemuda itu.
Setelah melihat Irhan cukup tenang, Dokter Wisnu kembali ke kursinya. Ia tahu, pasti masih akan ada pertanyaan lain dari Irhan untuknya.
"Apa pria bernama Gandi Wijaya itu adalah ayah kandungku?." meskipun telah melihat hasil tes DNA miliknya dan Milik pria bernama Gandi Wijaya dinyatakan memiliki kemiripan, Irhan kembali memastikan.
Dokter Wisnu menggelengkan kepala. "Tuan Gandi Wijaya bukanlah ayah kandungmu. Beliau dan ayah kandungmu merupakan saudara kembar identik makanya DNA milik tuan Gandi dan milikmu memiliki kemiripan. Ayah kandungmu sudah meninggal dunia sejak belasan tahun lalu, begitu informasi yang didapatkan oleh papa kamu lewat informan kepercayaannya."
Irhan mengangguk tanpa ekspresi setelah mendengar cerita dokter Wisnu tentang ayah kandungnya. Entahlah.....mungkin karena kecewa pada pria yang merupakan ayah biologisnya tersebut sehingga Irhan tak menunjukkan ekspresi apapun, dan dokter Wisnu cukup memahami sikap yang ditunjukkan oleh Irhan saat ini.
Setelah mendapat semua informasi yang diinginkannya Irhan pun pamit pada dokter Wisnu.
Sesampainya di rumah, Irhan disambut dengan wajah cemas bibi. "Den Irhan dari mana saja sih? Kenapa bandel dibilangin sama bibi." cecar bibi.
Irhan tersenyum seperti biasa, seolah hatinya baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa."Bibi lihat sendiri kan aku baik-baik saja." Irhan menunjukkan diri dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Syukurlah....lain kali jangan bandel ya, den. Bibi takut kena marah sama tuan Ardian kalau sampai den Irhan kenapa-napa." Bibi pun mengungkapkan kekhawatirannya.
"Sekalipun sudah tahu aku bukan anak kandungnya, papa tetap saja sangat mencemaskan aku." batin Irhan terharu dengan besarnya kasih sayang Ardian terhadap dirinya. tiba-tiba Irhan begitu merindukan sang ayah. Ia pun menyusul bibi ke dapur.
"Bibi tahu nggak kapan papa pulang?." tanya Irhan, dan garis bawahi yang ditanya Irhan hanya sang ayah, entah mengapa ia enggan menanyakan ibunya.
"Hari ini. Maka dari itu bibi sangat cemas den Irhan keluar rumah tadi, takutnya pas papanya Aden sampai rumah den Irhan belum kembali." jawab bibi.
Wajah Irhan berbinar mendengar sang ayah akan pulang hari ini. Tak sabar rasa hati ingin bertemu.
Beberapa jam berlalu, terdengar suara deru mesin mobil dari depan. "Itu pasti papa yang pulang." Irhan bergegas keluar dari kamar, berjalan cepat menuruni anak tangga, hendak menyambut kedatangan Ardian. begitu pula dengan Citra.
"Citra kangen papa." Citra yang mendahului langkah Irhan kini memeluk sang ayah.
"Papa juga kangen sama kalian." Ardian melerai salah satu tangannya kemudian meminta Irhan untuk ikut masuk ke dalam pelukannya.
"Irhan sayang banget sama, papa."
Deg.
Ardian terpaku untuk sesaat, ungkapan Irhan terasa berbeda dari biasanya dan Ardian merasakan itu.
"Papa juga sayang banget sama kalian berdua, apapun yang terjadi kalian akan tetap menjadi anak-anak kebanggaan papa." kehangatan dari pernyataan Ardian seakan mampu menembus hingga ke jantung Irhan. pria itu mengusap sudut matanya yang mulai basah.
Saat ini Irhan tak langsung membahas tentang Fakta yang baru saja diketahuinya, ia berencana mencari waktu yang pas untuk bicara empat mata dengan Ardian.
Lucunya di sini, baik Irhan dan Citra sama-sama tak ada yang menanyakan ibunya. Mungkin karena sudah terbiasa Irin sering tak ada di rumah sehingga sikap keduanya demikian.
Selanjutnya, Ardian pamit ke kamar pada anak-anak. Setibanya di kamar, Ardian berencana menelepon nomor telepon rumah lama orang tuanya, di mana kurang lebih seminggu Kafisha menginap. Sebenarnya Ardian sudah tidak sabar ingin mengunjungi istrinya itu setelah tiba di tanah air akan tetapi ditahan oleh Ardian sebab pria itu ingin menyampaikan hal penting kepada anak-anaknya malam nanti, di saat makan malam bersama.
"Halo." panggilan Ardian tersambung.
"Ini Ardian, bi."
"Tuan Ardian."
"Bagaimana kondisi Kafisha, bi? Dia baik-baik saja kan?."
"Iya, tuan. hanya saja_."
"Hanya saja apa, bi?." potong Ardian tak sabar.
"Hanya saja yang bibi lihat, non Kafisha sangat merindukan tuan Ardian."
Hati Ardian menghangat mendengarnya.
"Katakan padanya, bi, besok aku ke sana." Tutur Ardian sebelum sesaat kemudian menyudahi panggilannya.
malu gak tuh...
mau ngamuk apalagi Irin???
mau menghina gimana lagi???
lagian anak anak kamu juga udah dewasa ,bukan nya balita lagi yang gak pandai berpikir mana baik dan mana yang buruk...
Minta ampun dengan kelakuan mu Irin,
udah tuir,tapi masih doyan celap celup
ini juga Ardian rumah kok gak dijaga,
bisa bisa nya Irin masuk tanpa ada pengawasan...
aku dibelikan gorengan aja sepulang pak kerja udah seneng banget
😆😆😆😆
akhirnya...
kalimat sakral itu terucap kan juga ya Ardian💖💗💓
dapat kejutan nih up 3 bab 💖
jujur lebih baik Kafisha
sama sama tidak dicintai oleh suaminya...
akhirnya anak yang menderita
😭