《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Dengan wajah penasaran, Leon begitu menanti jawaban Nozela. Semoga jawaban Nozela tak membuatnya kecewa.
"Karena.....bosen."
Seketika wajah Leon berubah datar dan membuat Nozela tertawa. Dia senang mengerjai kekasihnya.
"Nozela."
Dalam sekali hentakan, Nozela berhasil terjatuh di ranjang. Leon sengaja mengelitiki perut Nozela sehingga tawa Nozela semakin kecang.
"Geli Leon."
"Biarin, siapa suruh ngerjain aku."
"Iya, iya nggak dikerjain lagi. Ampun."
Leon menghentikan gelitikannya, posisinya sekarang berada di atas tubuh Nozela. Nafas Nozela naik turun, mereka saling tatap dalam keheningan kamar Leon.
Nozela terpaku pada bola mata hitam milik Leon, seolah menariknya ke dalam lautan yang dalam hingga membuatnya lupa cara berkedip.
Tangan kanan Leon terangkat lalu mengelus pipi Nozela, perlahan dia mendekatkan wajahnya. Nozela memejamkan matanya saat hidung mereka bersentuhan, jarak antara bibirnya dan Leon hanya tinggal beberapa centi saja.
Ting
Tong
Suara bel apartemen membuat mereka tersadar, Nozela kembali membuka matanya. Jarak wajah mereka sangat dekat, saling tatap beberapa detik kemudian tertawa bersama.
"Kita makan malam dulu." Ucap Leon.
Nozela mengangguk, Leon segera bangkit dari atas tubuh kekasihnya. Dia membantu Nozela berdiri lalu mengajaknya turun.
Setelah mengambil pesanannya, Leon membawa beberapa kantung plastik itu ke dapur.
"Baunya harum banget." Ucap Nozela.
Nozela memesan dua porsi nasi goreng lengkap, martabak manis, serta beberapa cemilan. Dia membantu Leon mengeluarkan jajananya.
"Selamat makan pacar."
Nozela tersenyum malu. "Tck, seneng banget godain."
"Sebentar Zel, sebelum makan kita foto dulu."
"Oke."
Nozela dan Leon berfoto dengan berbagai macam gaya, mereka tertawa melihat hasil jepretan Leon itu.
"Makan dulu, nanti kita bawa cemilannya ke balkon. Pemandangan dari sana bagus loh."
Nozela mengangguk. "Iya, sore tadi aja bagus banget gimana kalo malem."
Setelah selesai makan, Nozela membawa cemilannya ke kamar Leon. Sedangkan Leon membawa dua kaleng minuman bersoda.
Nozela duduk bersila diatas karpet bulu balkon, dia menghadap lurus ke arah kota. Gemerlap lampu dari kendaraan serta gedung-gedung pencakar langit begitu indah.
Diam-diam Leon kembali mengambil foti Nozela dan mempostingnya di akun sosial medianya. Tak lupa dia juga menandai akun kekasihnya itu. Leon memasukkan ponselnya ke saku celana lalu menghampiri Nozela.
"Bagus banget city lightnya." Nozela menoleh ke Leon sambil tersenyum.
Leon duduk di belakang Nozel, tanganya melingkar di perut ramping Nozela dengan dagu di letakkan dipundak.
"Tapi cantikan kamu."
Plak.
Nozela menggeplak tangan Leon di perutnya. "Gombal terus, ih."
Leon hanya tertawa, "Bagi makanannya. Aa."
Nozela mengambil kentang goreng lalu menyuapi Leon. Dia menyandarkan kepalanya ke kepala Leon.
"Males banget besok kuliah pagi."
"Besok aku ada pemotretan di Bogor."
Nozela menegakkan duduknya lalu menghadap ke Leon. "Nggak kuliah?"
"Kuliah, tapi kelas terakhir aku nggak ikut."
Nozela melemahkan bahunya, dia sudah terbiasa bersama Leon. Melihat reaksi kekasihnya, Leon mengusap pucuk kepala Nozela.
"Mau sesuatu nggak? Aku beliin."
Nozela menggeleng. "Nggak, pasti nggak enak banget nggak ada kamu di kelas. Nggak bisa di undur ya?"
"Enggak sayang. Aku janji, pulang dari Bogor aku langsung ke rumah kamu deh."
"Ehh, jangan. Kamu pasti capek kan. Kita ketemu di kampus aja."
"Beneran nggak papa?" Tanya Leon.
Nozela mengangguk membuat Leon melebarkan senyumnya. Dia menatap wajah cantik Nozela, namun fokusnya terbagi dengan bibir pink alami Nozela yang nampak menggoda.
Leon membasahi bibirnya sendiri, dia bekali-kali menelan ludahnya. Seolah tak sabar ingin memakan bibir sexy itu.
"Zel." Panggil Leon.
"Iya."
Leon masih menatap bibir Nozela, lalu kemudian tatapannya beralih ke mata kekasihnya.
"Boleh?"
Sedikit terkejut, Nozela mengerutkan keningnya. Perlahan tangan Leon terangkat, dia menyentuh bibir kenyal Nozela dengan jempolnya.
"Aku, boleh cium lagi?"
Seolah terhipnotis oleh tatapan Leon, Nozela mengangguk kecil. Leon mengangkat sudut bibirnya, dia mulai mendekatkan wajanya.
Cup.
Bibir mereka kembali bertemu, hanya saling menempel saja. Tatapan Leon dan Nozela saling mengunci, jantung Nozela berdetak kencang bahkan tangannya mengeluarkan keringat dingin.
Leon mulai menggerakan bibirnya, melumat dengan lembut bibir Nozela. Mata Nozela terpejam, dia mulai menikmati gerakan bibir Leon. Bibir pink alami itu terasa manis, tangan Leon merambat ke tengkuk Nozela, menahannya.
"Emhh."
"Balas ciuman aku Zel." Gumam Leon di sela ciumannya.
Dia kembali melumat bibir Nozela, satu tangannya dia gunakan untuk menahan pinggang ramping kekasihnya. Gerakan bibir Nozela masih kaku, mengingat ini pengalaman pertamanya.
Perlahan Leon mendorong tubuh Nozela hingga tertidur di karpet. Dia menggunakan satu tangannya sebagai tumpuan agar tak menindih tubuh Nozela.
Spontan Nozela mengalungkan tangannya ke leher Leon. Seiring berjalannya waktu, dia mulai mengikuti nalurinya. Leon memasukkan lidahnya, membelit hangat lidah Nozela.
"Emmmhhh."
Nozela menepuk-nepuk dada Leon saat dia mulai kehabisan oksigen.
Cup.
Leon melepaskan ciumannya, dengan cepat Nozela menghirup udara dengan rakus. Dadanya naik turun, bahkan bibirnya terasa kebas.
Leon tersenyum miring, diusapnya bibir Nozela yang memerah mengkilat dan sedikit bengkak itu.
●
Di sebuah kamar bernuansa abu-abu, William tengah duduk sambil menyesap rokoknya, sejak tadi pikirannya sedikit kacau akibat memikirkan Nozela.
William berkali-kali menelpon sahabatnya namun tak kunjung di angkat. Dia juga mengirim pesan sampai ratusan kali, namun sama sama. Tidak dibuka sama sekali.
"Lo kemana sih Jel, bikin gue khawatir." Gumamnya.
Karena tak memiliki pekerjaan apapun, William memilih membuka akun sosial medianya. Dia melihat pembaruan story milik Leon, karena penasaran dia pun membukanya.
Deg.
Foto Nozela yang di ambil dari samping, terlihat seperti di balkon kamar. Namun buka itu yang menjadi perhatian William. Melainkan pakaian yang Nozela kenakan.
"Sial, bisa dimakan Leon kalo bajunya aja begini." Gumam William.
Sebagai orang yang sudah kenal sejak kecil, tentu dia menyayangi Nozela dan sudah menganggapnya seperti adik sendiri.
"Tck, arghh."
William mengacak rambutnya frustasi, dalam benaknya dia ingin menyusul Nozela. Tapi jika dipikir lagi, dia juga tak ingin mengusik sahabatnya. Dia takut Nozela menjauh darinya karena merasa privasinya terganggu.
Ting.
Saat sedang berperang dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia membuka pesan dari kekasihnya.
"Damn."
William mengumpat saat Clarissa mengirimkan foto sedang tiduran di kasur dengan pakaian tipis tali spageti. Yang membuat William panas dingin adalah ekspresi menggoda Clarissa serta ada sesuatu yang mengintip dari baju tipis itu.
"Tunggu."
"Tapi gue ngerasa ada yang aneh, kenapa gue nggak kepikiran buat cari tahu dari kemarin." Sambung William.
Mengabaikan pesan dari kekasihnya, dia mencari nomor sahabatnya lalu menelponnya.
"Halo."
"Ah, ah. Lebih cepat sayang."
Terdengar suara wanita dari sebrang telepon.
"Halo, Liam. Emh, ada apa?"
William memutar bola matanya malas, sepertinya dia menelepon Archen di waktu yang tidak tepat.
"Gue mau tanya sesuatu, tapi karena lo sibuk nanti aja."
"Ahh, oke."
Tut.
William segera mematikan sambungan teleponnya, miliknya ikut berdiri saat mendengar suara wanita Archen tadi.
"Sial. Belum waktunya boy." Gumam William.