Jiao Lizhi, 25 tahun, seorang agen profesional di abad ke-21, tewas tragis saat menjalankan misi rahasia. Yatim piatu sejak kecil, hidupnya dihabiskan untuk bekerja tanpa pernah merasakan kebahagiaan.
Namun tak disangka, ia terbangun di dunia asing Dinasti Lanyue, sebagai putri Perdana Menteri yang kaya raya namun dianggap “tidak waras.” Bersama sebuah sistem gosip aneh yang menjanjikan hadiah. Lizhi justru ingin hidup santai dan bermalas-malasan.
Sayangnya, suara hatinya bersama sistem, dapat didengar semua orang! Dari keluhan kecil hingga komentar polosnya, semua menjadi kebenaran istana. Tanpa sadar, gadis yang hanya ingin makan melon dan tidur siang itu berubah menjadi pejabat istana paling berpengaruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Jiao Lizhi
Cui masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia menatap nona nya dengan penuh selidik.
“Nona...” ucap Cui dengan suara bergetar, “tubuh Anda tenggelam di kolam taman dua hari lalu... tabib berkata... meski berhasil diangkat, napas Anda hampir tak tersisa. Semua orang di rumah sudah... sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk.”
Lizhi terdiam.
Ia menatap tangannya sendiri, halus dan pucat seperti porselen.
“Jadi... tubuh ini sempat mati... lalu aku... masuk ke dalamnya?” pikirnya dalam hati.
[Benar sekali, Tuan Rumah! Jiwa Anda menggantikan jiwa yang lemah ini setelah resonansi artefak aktif.]
Lizhi refleks hampir bersuara keras, tapi ia buru-buru menutup mulutnya.
“Gu-Gu, diam! Jangan bicara keras-keras. Disini ada orang lain! Nanti dikira kamu adalah hantu!” ucapnya dalam hati sambil melihat reaksi Cui.
[Ups, maaf, Tuan Rumah. Tapi tenang, hanya Anda yang bisa mendengar suara saya.]
Lizhi menghela napas pelan, pantas saja pelayan itu masih menangis di lantai bukannya kaget dengar suara, tapi tidak ada wujudnya. Ia berusaha menenangkan.
“Cui, sudah, jangan menangis seperti itu,” katanya lembut. “Aku baik-baik saja, lihat?” Ia menepuk pelan pipinya sendiri sambil tersenyum kikuk. “Masih hidup, kan?”
Cui menggeleng sambil terisak. “Tapi... tapi tabib berkata... hidup Nona hanya tinggal beberapa hari lagi. Tubuh Nona terlalu lemah... hamba... hamba gagal menjaganya...”
Tangis Cui semakin keras, bahunya bergetar.
Lizhi mematung sejenak. Rasa hangat menjalar di dadanya.
Ia menarik napas dalam, lalu dengan gerakan pelan, mengulurkan tangan dan menepuk kepala Cui.
“Cui, jangan salahkan dirimu. Kau sudah menjagaku dengan baik.”
Suaranya lembut, penuh ketenangan yang jarang dimiliki gadis empat belas tahun.
Cui mendongak, matanya memerah. “Nona... Anda... Anda berubah...”
Lizhi tersenyum samar. “Mungkin jatuh ke kolam membuatku berpikir lebih jernih.”
Lizhi menghela napas, bersandar di bantal besar di belakangnya.
“Jadi tubuh ini benar-benar sakit parah,” pikirnya. “Kalau aku tidak hati-hati, aku bisa mati lagi sebelum sempat rebahan dengan nyaman.”
[Selamat, Tuan Rumah, Anda baru saja membuka misi pertama: Menjaga Kesehatan Tubuh Lemah mu! Hadiah: ramuan penguat tubuh kelas dasar.]
“Apa? Kau bahkan memberiku misi menjaga diri sendiri?”
[Benar! Jika gagal, tubuh ini akan kembali pingsan selamanya.]
Lizhi mendengus pelan. “Baiklah, baiklah. Aku akan minum obat.”
[Bagus, Tuan Rumah. Dengan begitu, kekuatan tangan dan kaki Tuan Rumah akan kembali menjadi kuat.]
“Bukankah itu tidak menyenangkan? Jika aku menjadi seperti itu, siapa yang akan menyukaiku? Bukankah orang zaman kuno ini sangat suka dengan wanita yang lemah lembut?”
[Itu tidak cocok dengan kepribadian mu, Tuan Rumah!]
“Benar juga. Hahaha.”
[...]
Lizhi menatap Cui lagi. “Cui, tolong ambilkan bubur hangat, ya. Aku lapar.”
Cui langsung mengangguk dengan cepat, wajahnya masih basah air mata namun senang mendengar perintah itu. “Baik, Nona! Hamba akan segera menyiapkan bubur terbaik! Tunggu sebentar saja!”
Ia berlari kecil keluar ruangan, meninggalkan Lizhi.
Hening.
Hanya suara burung di luar jendela dan angin lembut yang mengibaskan tirai sutra.
Lizhi memejamkan mata sejenak.
“Dinasti Lanyue...” gumamnya pelan. “Sepertinya kau, Gu Gu, aku mulai menyukaimu. Yah, bagaimana tidak? Di duniaku aku sangat menyukai gosip yang belum tentu benar. Tapi di sini, aku bisa makan melon besar setiap hari, bukan? Wah, kau sistem terbaik yang dikirimkan Tuhan untukku.”
[Tentu saja, tuan rumah. Sistem makan melon ku adalah sistem terbaik di tujuh dimensi ini.]
Lizhi terkikik pelan. “Jangan terlalu sombong. Tapi... baiklah, aku setuju. Aku mulai merasa kita akan akrab.”
[Itu semangat yang bagus, Tuan Rumah.]
“Jangan panggil aku Tuan Rumah, panggil saja.... A Zhi. Seperti keluarga ini memanggil ku.”
[Baik, A Zhi.]
Jiao Lizhi menganggukkan kepalanya.
langkah-langkah cepat dari luar koridor. Suara sepatu kain dan desiran pakaian sutra yang tergesa memenuhi udara. Lizhi menoleh ke arah pintu dan menghela napas pelan.
“Sepertinya aku akan kedatangan tamu,” gumamnya lesu.
Pintu terbuka dengan cepat, dan tiga sosok masuk hampir bersamaan.
Wanita paruh baya di depan mengenakan jubah sutra hijau muda, rambutnya disanggul elegan, dihiasi tusuk giok putih. Matanya indah namun sembab karena tangis dialah Zhao Rulan, ibu kandung Jiao Lizhi.
Di sebelahnya, pria berwajah tegas dan berseragam biru tua dengan ikat kepala perak, Jiao Wenqing, Perdana Menteri Dinasti Lanyue. Sorot matanya penuh wibawa, namun kini diselimuti kelelahan dan cemas.
Sedangkan di belakang mereka, seorang pemuda tinggi berusia Sekitar delapan belas tahun berdiri tegak. Wajahnya tampan, hidung mancung, dan matanya tajam seperti elang muda, Jiao Fei, kakak laki-laki Lizhi yang baru saja kembali dari akademi kekaisan.
Lizhi menatap mereka bergantian, tertegun sejenak.
“Astaga... ibu ku ini cantik sekali... seperti peri. Ayah... yah, cukup tampan, tapi tidak setampan aku bayangkan seorang perdana menteri. Tapi... laki-laki di belakang itu... wah, sangat tampan. Pasti kakakku. Kalau aku bukan keluarganya sendiri, mungkin aku akan jatuh cinta padanya!”
Begitu suara hatinya selesai, ketiga orang yang baru masuk tiba-tiba berhenti berjalan dan saling berpandangan.
Raut wajah mereka berubah, bingung, kaget, dan tak percaya.
Mata Zhao Rulan membulat. Jiao Wenqing menegang. Sementara Jiao Fei menatap sekitar, keningnya berkerut tajam.
“Suara siapa itu barusan?”
“Aku juga mendengar suara di kepalaku? Tapi... mulut siapa yang bergerak?”
“Jangan-jangan, ada hantu di kamar ini dan belum pergi?!”
Ketiganya serentak menoleh ke arah Lizhi, yang masih duduk tenang di ranjang, dengan mulut yang tertutup rapat dan wajah polos seperti tidak tahu apa-apa. Yah hanya ada mereka berempat diruangan itu.
Lizhi memiringkan kepala, heran dengan tatapan aneh mereka. “Ibu? Ayah? Kakak? Kenapa kalian melihatku seperti itu?”
Ketiganya membeku. Yah suara yang mereka dengar adalah suara yang sama dengan suara Jiao Lizhi.
Jiao Wenqing berdeham pelan, mencoba menenangkan diri. “A-Zhi... apakah kau, ber bicara sesuatu pada kami barusan?”
Lizhi berkedip. “Bicara apa? Aku hanya bertanya kenapa kalian bertiga menatap ku?”
“Ada apa dengan mereka bertiga? Apakah mereka sedang kerasukan? Atau mereka terpesona dengan kecantikanku?” ucap Lizhi dalam hati.
Sistem mendengar itu seketika meremehkan nya, cantik dari mana? Muka tuan rumah nya masih pucat bak orang yang akan mati.
Ketiganya saling berpandangan lagi. Zhao Rulan menutup mulutnya, tampak ragu ingin menjelaskan sesuatu, tapi begitu bibirnya terbuka ingin mengungkapkan suara yang ia dengar, namun sayang ...
Lehernya seolah tersumbat, seakan udara berhenti di tenggorokan. Suaranya tak keluar. Hanya mulutnya yang bergerak.
“Bu?! Ada apa?” seru Lizhi, bingung melihat ibunya yang tampak kesulitan bicara.
Beberapa detik kemudian Zhao Rulan bisa bernapas normal lagi, setelah berhenti ingin berbicara.
lanjut up tiap hari thor 1 bab aja jika bisa ya lebih💪💪💪💪💪💪