Amelia ,seorang janda yang diceraikan dan diusir oleh suaminya tanpa di beri uang sepeserpun kecuali hanya baju yang menempel di badan ,saat di usir dari rumah keadaan hujan ,sehingga anaknya yang masih berusia 3 tahun demam tinggi ,Reva merasa bingung karena dia tidak punya saudara atau teman yang bisa diminta tolong karena dia sebatang kara dikota itu ,hingga datang seorang pria yang bernama Devan Dirgantara datang akan memberikan pengobatan untuk anaknya ,dan kebetulan dia dari apotik membawa parasetamol ,dan obat itu akan di berikan pada Reva ,dengan syarat ,dia harus mau menikah dengannya hari itu juga ,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur satu ranjang
Malam ini ,Devan berada di kamar tidur Bayu,bermain dan membacakan dongeng untuknya ,setelah kemarin ia memutuskan untuk menjalani kontrak pernikahan dengan Amelia seumur hidup ,Devan berusaha berperan sebagai suami dan ayah yang baik untuk Bayu .
Devan duduk di tepi ranjang Bayu, membacakan dongeng tentang seekor rubah kecil yang belajar terbang dengan sayap pinjaman. Amelia duduk di lantai, bersandar pada kasur, memperhatikan keduanya dengan senyum hangat di bibir. Bayu mengucek matanya, tapi tetap memaksa terjaga.
“Lagi, Abi ! lagi dong ceritanya,” gumamnya, suaranya mulai mengantuk.
Devan menutup buku perlahan, lalu mengelus rambut Bayu dengan lembut. “Besok, Nak. ini sudah malam ,Sekarang waktunya tidur.”
Bayu menggumam protes, tapi tubuhnya sudah menyerah pada kantuk. Ia memeluk boneka kelincinya erat-erat, lalu berbisik, “Abi ,jangan pergi, ya?”
“Abi di sini sampai kamu tertidur,” jawab Devan pelan.
Amelia menatap punggung Devan,bahu yang selalu siap menanggung beban, tangan yang tak pernah lelah menggendong, suara yang selalu sabar. Hatinya bergetar. Sejak malam itu, sejak percakapan di teras tentang cinta dan masa depan, sesuatu telah berubah. Bukan hanya dalam cara mereka berbicara, tapi dalam cara mereka saling memandang seperti ada cahaya baru yang perlahan menyala di antara mereka.
Bayu akhirnya tertidur. Napasnya teratur, wajahnya damai. Devan menarik selimut hingga menutupi bahu mungil itu, lalu berdiri perlahan. Ia menoleh ke Amelia, memberi isyarat dengan dagunya ke arah pintu.
Setelah Bayu tidur, mereka berdua keluar kamar, mereka berjalan pelan menuju ruang keluarga. Tidak ada suara, hanya detak jam dinding dan suara rintik air hujan di luar. Devan duduk di sofa, lalu menepuk tempat di sampingnya. Amelia duduk, jarak mereka cukup dekat untuk saling merasakan kehangatan, tapi cukup jauh untuk menjaga batas yang selama ini mereka sepakati
“Amelia ,aku ingin bicara serius padamu ,tentang kita."
Amelia menatapnya, jantungnya berdebar. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.
"Bagaimana ,kalau kamu tidur dikamarku mulia malam ini ?"
"Tapi ..bagaimana dengan Bayu ?"tanya Amelia menatap Devan .,Devan tersenyum ,dia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan berlahan .
“Bayu sekarang usianya sudah tiga tahun,dan sebentar lagi dia mau masuk paud ,” lanjut Devan, suaranya lembut namun mantap. “Dia itu anak yang kuat. Dia cerdas. Dan dia butuh belajar tidur sendiri. Bukan karena kita tidak sayang, tapi karena itu bagian dari tumbuh dewasa.”
Amelia mengangguk pelan. Ia sudah memikirkan hal ini juga. Tapi selalu ada rasa bersalah ,seolah meninggalkan Bayu sendirian di malam hari berarti mengkhianati kepercayaannya.
“Iya .mas aku paham ,Tapi, bagaimana kalau dia menangis? Kalau dia takut sendiri?”
“Kita tidak kemana mana , kita hanya berada di kamar yang bersebelahan. Kalau dia butuh, kita datang. Tapi kita juga harus percaya bahwa dia bisa. Dan kita juga harus mulai membangun ruang untuk kita berdua.”
Amelia menunduk, jemarinya memilin ujung bajunya. “Aku… aku takut, Mas.”
“Takut apa?”
“Takut kalau aku nggak cukup baik. Takut kalau aku nggak bisa jadi istri yang kamu harapkan.”
Devan menghela napas, lalu menggenggam tangannya. “Amelia, kamu sudah lebih dari cukup. Kamu sudah jadi istri yang aku impikan tanpa perlu berubah jadi orang lain. Aku nggak minta kamu jadi sempurna. Aku cuma minta kamu jadi dirimu bersamaku.”
Matanya menatap lurus ke dalam jiwa Amelia. Hangat,Jujur,Penuh keyakinan.
“Jadi bagaimana kalau malam ini kita coba?” tanyanya pelan. “Kita tidur di kamar yang sama,aku ingin menjalankan rumah tangga yang sesungguhnya .
Amelia menarik napas dalam. Lalu mengangguk pelan. “Ya,mas ."
"Tapi mas ,apakah sudah memberitahu bayu,takutnya nanti dia terbangun dan mencariku .
"kalau itu kamu nggak usah khawatir ."
Sore tadi saat Devan bermain dengan Bayu ,Devan memberi pengertian pada anak kecil itu .
“Nak,” panggil Devan lembut.
Bayu menoleh. “Iya, Abi?”
“Abi dan Mama punya rencana kecil.”
“Rencana apa?”
Devan tersenyum. “Mulai malam ini, kamu akan tidur sendiri di kamarmu. mama akan tidur dikamar Abi ? Kalau kamu butuh, tinggal teriak ‘Abi!’ atau ‘Mama!’, kami langsung datang.”
Bayu mengerutkan dahi. “Tapi, kenapa? Aku kan suka tidur sama Mama.”
“Iya, Abi tahu ,apa Bayu nggak mau lihat mama sama Abi tidur dikamar yang sama ,Seperti mama dan papa teman kamu itu ."
Bayu tampak bingung. Lalu matanya melebar. “Oh! Kayak Raka sama papa Mamanya?”
“Persis kayak Raka,” jawab Devan sambil tertawa kecil. “Dan kamu tahu? Raka juga dulu takut tidur sendiri. Tapi sekarang dia bangga banget, karena dia udah jadi anak besar!”
Bayu menggigit bibirnya, lalu bertanya, “Kalau aku mimpi buruk?”
“Kamu bisa datang kekamar Abi ,dan tidur bersama kami ,tapi tidak boleh sering sering ,karena Bayu sudah gede ,dan jagoan ." Devan berkata lembut pada Bayu.
"kamu ingin adek kecil yang bisa menemani Bayu main nggak ?"
"Mau Abi ,aku ingin punya adek seperti Raka ."
"Makanya ,mulai malam ini Bayu tidur sendiri ,biar mama dan Abi bisa memberi kamu adek ,untuk teman bermain kamu ."
"Iya Abi ,aku akan tidur sendiri , mama dan Abi biar cepat membuatkan aku adik ."
Bayu terlihat senang ,dan Devan melihat itu tersenyum penuh kemenangan.
***
Malam itu, Amelia duduk di tepi ranjang utama ranjang yang selama ini hanya dipakai Devan. Seprai baru berwarna lembut, bantal empuk, dan aroma lavender yang menenangkan. Devan berdiri di ambang pintu, memperhatikannya dengan senyum kecil.
“Nervous?” tanyanya.
“Sedikit,” jawab Amelia jujur.
Devan masuk, lalu duduk di sisi lain ranjang. Ia tidak langsung berbaring, hanya duduk diam sejenak, memberi ruang.
“Kita nggak harus langsung melakukan apa-apa,” katanya pelan. “Kita cuma tidur. Berdua. Di bawah selimut yang sama. Itu saja.”
Amelia menatapnya, lalu tersenyum. “Kedengarannya sederhana.”
“Tapi berarti,” tambah Devan.
Mereka berbaring perlahan, menjaga jarak yang sopan tapi tidak kaku. Devan mematikan lampu, lalu berbisik, “Selamat malam, Istriku.”
Amelia menahan napas. Kata itu ISTRIKU terdengar begitu asing, tapi juga begitu indah di telinganya.
“Selamat malam, Suamiku,” jawabnya pelan dengan malu malu
Di keheningan malam, mereka berdua terjaga. Tapi tidak canggung. Tidak takut. Hanya hadir. Satu sama lain.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara kecil dari kamar sebelah Bayu memanggil, “Mamaaa…”
Amelia langsung bangkit, tapi Devan menahan tangannya dengan lembut. “Biarkan aku yang pergi. Kamu istirahat.”
Ia bangkit, lalu berjalan pelan ke kamar Bayu. Amelia mendengar suara Devan yang menenangkan, lalu Bayu yang tertawa kecil. Beberapa saat kemudian, Devan kembali, lalu berbaring lagi di sampingnya.
“Dia minta cerita lagi?” tanya Amelia.
“Minta peluk. Dan janji Abi nggak boleh ilang,” jawab Devan sambil tersenyum dalam gelap.
Amelia tertawa pelan. Lalu, tanpa sadar, tangannya meraih tangan Devan. Devan menggenggamnya erat hangat, tenang, penuh arti.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Amelia tidur nyenyak,tidak karena kelelahan, tapi karena hatinya akhirnya merasa nyaman
Karena cinta sejati bukan tentang kesempurnaan. Tapi tentang dua orang yang berani membuka pintu, perlahan dan saling menunggu di ambangnya, sampai keduanya siap melangkah bersama.
malam pertama nya
apakah Devan akan ketagihan dan bucin akut... hanya author yg tau...