NovelToon NovelToon
Istri Dalam Bait Do'Aku

Istri Dalam Bait Do'Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.

Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.

Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mecca dan traumanya

'Menormalisasi kalau mengagumi tidak harus pacaran, tapi tau batasan. Mana yang layak kamu kagumi, mana yang siap menikahi.'

.

.

.

Mereka para bodyguard eyang, mulai interogasinya dengan bertanya banyak hal tentang Kenindra. Mereka yang hanya melihat saja kaget dengan pernikahan ini, apalagi Mecca.

"Karena ini hasil seleksi Yang Mulia, berarti kita tidak perlu khawatir, teman-teman. Pasti ini sudah grade A untuk Bos Muda," ucap Gerry sambil tertawa kecil melihat Ken. Kadang tingkah mereka memang berlebihan, saking tidak inginnya sesuatu hal buruk terjadi pada Mecca.

Mereka adalah orang pertama yang akan kalang kabut jika terjadi sesuatu pada Mecca, bahkan nyawa mereka menjadi taruhannya.

"Eh... Kakak ipar, kenapa semua wanita di sini berjalan menunduk?" celetuk Gangga, membuat Mecca terkikik. Memang sejak tadi Gangga lebih fokus untuk memperhatikan banyak santri putri yang lalu lalang di sekitar mereka.

"Kakak ipar?" Kenindra mengernyitkan dahinya.

"Iya, kan suaminya Bos Muda, jadi kita panggil Kakak ipar saja, haha. Itu kenapa? Wanita itu? Jangan-jangan mereka sedang sakit," ketiganya menatap serius menunggu jawaban Ken.

"Itu namanya menjaga pandangan. Kita dianjurkan untuk menjaga pandangan kepada yang bukan mahram. Mahram itu misalnya suami istri atau ayah dan abang. Selain itu berarti kita tidak boleh menatapnya," terang Ken sesederhana mungkin, ia tahu di mana harus menjelaskan secara detail dengan bahasa hadits dan ia juga bisa menyesuaikan diri dengan siapa lawan bicaranya.

"Oh, kalau gitu di sini nggak mungkin ada perselingkuhan, dong! Gimana mau selingkuh, lihat laki-laki lain saja tidak boleh, hahahaha. " balas David, lantas ketiganya tertawa lepas bersamaan.

"David, bukan hanya di sini. Hakikatnya semua umat Islam diharuskan seperti itu. Bukannya kamu juga pasti akan bangga kalau istri kamu hanya akan melihat kamu, tidak pada laki-laki lain..."

Mecca yang duduk di samping Ken tersenyum bangga padanya. Pelan namun tegas, Kenindra menjawab beberapa hal yang terus mereka bertiga tanyakan. Tidak terkesan menggurui atau mengintimidasi sama sekali, pada mereka yang mempunyai kehidupan begitu kontras dengan kehidupan di sini. Banyak sekali pertanyaan nyleneh yang harus Kenindra jawab dengan sabar, sampai tidak sadar obrolan panjang mereka harus segera berakhir.

"Bos, Kakak ipar, kita pamit dulu. Sebenarnya kita disuruh survei lokasi di sekitar resto Jepang yang akan segera dibuka oleh 'Yang Mulia' di persimpangan rest area sekitar jalan besar sebelum menuju ke sini." ucap Gerry usai sarapan.

"Oh, iya, iya Udah kelar surveinya?" jawab Mecca.

"Kak Mecca, ada telepon," Gery yang sudah membuka mulutnya jadi urung menjawab. Zahrana berlari ke arah Mecca sambil membawa ponsel kantor. Gadis itu terus berdiri menyimak pembaicaraan Mecca karena itu berkaitan dengan butik.

Usai menjawab telepon, Mecca memicingkan matanya, ia bisa menangkap kalau Gerry terus menatap ke arah gadis yang di sampingnya, Zahra. BUkan tatapan aneh namun lebih ke, kagum sepertinya. Sementara gadis yang ia pandang tak tahu menahu, karena jelas ia terus menunduk.

"Ekhmmm... Mas Gerry, jaga pandangan," seru Ken, membuat mereka semua fokus pada arah tatapannya, sedangkan Gerry hanya meringis salah tingkah sambil mengusap tengkuknya.

"Sory, Kakak ipar," ucapnya lirih, namun masih diam-diam curi pandang pada Zahra.

"Mm... ya udah, Bos muda kalau butuh bantuan langsung telepon. Kita ada di bawah sampai malam," ujar Gerry.

"Siap," balas Mecca.

Mereka bertiga segera berlalu meninggalkan pesantren dan Mecca kembali ke ruangan kerjanya bersama Zahra. Kenindra sendiri ada urusan keluar pesantren bersama Abah katanya.

"Kak, tadi itu siapa?" tanya Zahra sambil tangannya sibuk mengerjakan tugas dari Mecca.

"Tadi itu karyawan staf produksi di butik aku merangkap jadi bodyguard juga. Mereka mau mengecek resto Jepang yang mau opening minggu ini di rest area bawah itu," jelas Mecca.

Zahra mengangguk. "Serem-serem, ya, orangnya? Kayak bodyguard, hihi."

"Iya emang mereka bodyguard Zaaaa, tapi hati mereka lembut kok. Udah jinak, tenang saja, Zah." balas Mecca terkekeh. Untuk sekelas Zahra yang sangat jarang sekali melihat laki-laki, begitu heran mendapati penampilan Gery dan yang lainnya.

***

Jam delapan malam, Zahra dan semua tim Mecca berpamitan untuk ke masjid besar katanya ada kegiatan yang harus mereka ikuti.

Mecca sendiri masih berada di ruangan besarnya sendirian, tangan dan matanya masih sibuk memilah beberapa contoh kain yang akan digunakan untuk proses jahit besok. Beberapa menit berlalu, sampai punggungnya mulai merasa kaku dan lelah, matanya melirik ke arah jam dinding. Ternyata sudah pukul sepuluh malam. Kenindra meneleponnya setengah jam lalu, memberi kabar kalau dia masih dalam perjalanan, belum sampai pesantren. Pikir Mecca, sambil menyelesaikan pekerjaan, ia juga bisa menunggu Kenindra pulang.

Namun yang terjadi adalah, Mecca merasakan dadanya seketika menjadi sesak, napasnya tersengal-sengal, dan ketakutan yang amat besar tiba-tiba merayap menyelimutinya. Ia mundur perlahan. Rasa takut itu terus menguasai sampai kakinya pun terasa sulit untuk melangkah. Matanya memejam erat, menghalau bayangan hitam yang kerap kali hadir ketika Mecca sedang dalam ketakutan seperti itu.

Kesulitan mengendalikan diri, akhirnya tubuh Mecca yang bersandar di dinding melorot ke lantai dengan napas yang makin sesak tanpa tenaga lagi.

Semua itu terjadi ketika lampu tiba-tiba padam. Ruangan tempat kerjanya menjadi gelap gulita, dan ponsel yang awalnya berada di tangan juga kini terlihat sangat jauh. Sambil kesusahan menahan sesak dan takut, Mecca mencoba meraih ponsel miliknya untuk menekan panggilan darurat.

Berhasil. Panggilan tersebut langsung tersambung pada kontak darurat yang selalu disetel nomornya Gery sejak dulu. Bersamaan dengan itu juga, Mecca kembali melihat sekelebat bayangan hitam yang melintas di depannya. Dadanya makin sesak, ia ingin menjerit, tapi semua suaranya tertahan di tenggorokan.

Setelahnya, Mecca tidak sadar lagi apa yang terjadi.

Suara ponsel yang bergetar segera Gerry buka, panggilan dari Mecca berhasil masuk, namun tidak ada jawaban dan tidak bisa dihubungi kembali. Pria berambut hitaam legam itu mendengus pelan, tuan putri yang biasanya ia jaga dirasa aman karena berada di lingkup pesantren. Namun sikap waspadanya tetap berlaku, ia bergegas mencari posisi Mecca melalui aplikasi pelacak yang tersambung di ponselnya.

"Mungkin cuma mati aja, Ger, ponselnya," ujar Gangga. Ia tidak menaruh rasa khawatir sedikit pun mengingat keberadaan Mecca saat ini sepertinya tidak terlalu berpotensi bahaya.

"Kalau cuma perkara ponsel mati, masa Bos Muda sampai menghubungi nomor darurat di ponselnya?" gumam Gerry, menanggapi dengan serius. Berbeda dengan yang lainnya, Gerry berpikiran paling waspada. Ia sangat yakin terjadi sesuatu hal genting atau bahkan buruk yang menimpa Mecca saat ini.

David segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke pesantren. Kebetulan mereka masih berada di rest area yang sedang mereka survei. Jalanan yang sepi membuat mereka segera sampai ke pesantren lagi hanya dalam hitungan di bawah sepuluh menit.

"Di mana Bos Muda?" tanya Gerry cepat pada Umma yang menyambut kedatangan mereka. Wanita paruh baya itu cukup kaget melihat mereka kembali dalam keadaan panik.

"Mecca maksudnya?" tanya Umma balik.

"Iya, tadi Bos telepon melalui panggilan darurat di ponselnya. Pasti sedang terjadi sesuatu dengannya," Gerry mengangguk sopan, lantas lanjut meminta izin untuk menuju rumah Mecca.

"Dia pasti sudah di rumahnya, tidak mungkin ada kejadian kriminal di sini, Mas. Tidak usah khawatir," ucap Umma menenangkan, namun tidak mempan. Gerry, David, dan Gangga meminta izin untuk mencari Mecca melalui sinyal dari alat pelacaknya. Mereka sadar sinyal itu tidak muncul saat mereka mencarinya ke rumah.

Umma yang awalnya tenang jadi terbawa panik ketika mengetahui rumah dalam keadaan kosong. Gery berdecak kesal, di tengah masih banyaknya aktivitas para santri matanya menelisik tiap sudut yang bisa ia jangkau dengan mata jelinya.

Untungnya tidak sulit bagi Gerry dan yang lainnya untuk menemukan Mecca, di area pesantren yang luasnya masih sangat bisa mereka jangkau. Yang Gerry lebih khawatirkan lagi saat ini kondisinya sudah sangat malam. Langkahnya terus tertuntun oleh GPS di ponselnya.

'Terima kasih untuk kalian yang sudah baca... 

ikutin terus romansa Mecca dan Kenindra yaa, see you.'

1
MimmaRia
ceritanya bagus, gk monoton yg pesantren bgt, tp jg gak sok CEO2 gt , mskipun chapter awal2 msh yg byk flashbacknya, tp bkn yg lebay ke blakang bgt gt..
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍
Yazh: Wahh😍 Terima kasih kak. Iya memang konfliknya aku sengaja buat yang ringan, jadi nggak bikin kalian mikir banget.

Udah banyak pikiran kan? Ya kali aku nambahin beban🤭
becandaa kak✌
total 1 replies
MimmaRia
wkwkwkkkk... Mecca jd mikir pstinya,, jaim salah gak jaim mancing Kenindra😂😂
Yazh: 😄😄 betul kak, galau maksimal dia. Denial terus, antara nggak mau jujur sama diri sendiri dan nggak kuat sama godaan Ken😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!