NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lama-lama Aku Bisa Gila

"Iya, si mbok," jawab Melati yang kemudian menoleh, menatap suaminya.

"Tapi, nggak ada siapa-siapa di sini selain kita," jawab Seno.

Melati yang tidak percaya pun melihat ke kanan dan kirinya, karena masih tidak melihat si mbok, gadis berambut kuncir kuda itu pun memperhatikan seluruh ruangan. "Mungkin, si mbok lagi keluar, jadi kamu nggak lihat," sambungnya.

Seno hanya bisa mengangguk, jelas-jelas dari tadi dia melihat hanya ada Melati di dapur. Seno pun keluar untuk mencari si mbok, tapi tetap tak menemukannya. Tiba saatnya semua orang sarapan bersama dan saat itulah Seno menanyakan keberadaan si mbok. "Mana si mbok? Kenapa nggak sarapan bareng?"

"Tadi bilang mau ke depan dulu," jawab Melati dan Seno mengangguk.

Sementara Kemuning, dia hanya memperhatikan mereka dengan diam.

Singkat cerita, semua orang sudah menghabiskan sarapannya, Melati membereskan meja makan di bantu Kemuning.

"Mel, aku mau keluar dulu, ada perlu," kata Seno, pria yang masih duduk di kursi meja makan itu menatap istrinya.

"Iya udah, hati-hati di jalan," jawab Melati yang tanpa sadar sudah memberikan perhatian pada Seno.

Seno yang ingin pergi ke rumah teman-temannya untuk meminta bantuan mengurus sawah itu pun segera bangun dari duduk, dia pergi ke tempat dimana teman-temannya bisa berkumpul.

Sesampainya di sana, dirinya tak disambut dengan hangat seperti biasanya. Mereka memilih mengabaikan Seno. "Eh, kenapa kalian cuek? Aku punya salah apa?" tanya Seno seraya ikut duduk.

Ya, pria itu tidak basa-basi lagi, dia tau perubahan teman-temannya dari awal Seno mengatakan ingin menikahi Melati, si gadis pembawa sial. "Jangan dekat-dekat sama kami, kami nggak mau ketularan sial juga!" celetuk salah satu temannya.

"Sial bagaimana, kalian liat sendiri kan, aku masih baik-baik aja," jawab Seno dan mereka semua pun memperhatikan Seno dari ujung kaki sampai kepala, tidak ada yang berubah malah terlihat sedikit terurus.

"Bukannya kalian waktu itu hampir mati keseruduk mobil?" tanya yang lain.

"Enggak lah, waktu itu aku liat Melati dalam bahaya, aku nggak tega liat dia celaka, jadi aku selamatin dia," jawab Seno dengan sedikit bangga.

"Jadi, bisa dibilang kalau aku ini dewa penyelamat Melati," sambung Seno masih dengan bangganya.

"Alah, gayamu!" sahut si ketua geng.

"Terus, mau apa kamu ke sini? Bukannya urusin istrimu sana!" kata si ketua geng lagi.

"Aku mau minta bantuan kalian, kerja di sawah, kita nanam padi, nanti kalau panen aku gaji kalian," jawab Seno yang berterus terang.

Dan apa yang Seno utarakan menjadi bahan tertawaan semua orang, saat itu lah Seno menyadari kalau dirinya bukan lagi bagian dari mereka.

"Apa yang lucu?" tanyanya dengan nada getir.

"Kamu liat, kan? Udah berapa lama Sum ngurus sawah keluarga mereka? Apa yang terjadi? Gagal panen terus! Jadi, ngapain kami buang-buang waktu, mendingan main!" jawab si ketua geng dan yang lainnya membenarkan.

Lalu, mereka semua melanjutkan permainan kartunya, mengabaikan keberadaan Seno.

Merasa tak dianggap, Seno pun pergi. "Ya udah. Aku pamit dulu," ucapnya.

"Ya... ya, sana. Selamat menikmati kesialan!" celetuk salah satu dari mereka dan disambut gelak tawa oleh yang lainnya.

Seno pulang dengan membawa harapan yang pupus, di perjalanan, Seno di sapa oleh ibu-ibu yang sepertinya hendak pergi ke sawah. Terlihat dengan pakaian dan barang bawaannya.

"Iya, ada apa, Bu?" tanya Seno yang menghentikan langkah.

"Itu, loh. Istrimu, apa dia udah gila?" tanyanya.

"Jangan asal kalau ngomong, Melati nggak gila!" Seno hampir emosi dibuatnya.

"Lah, ko marah? Orang ibu cuma nanya, jangan-jangan kamu juga udah ketularan gila kaya mereka," jawab si ibu yang kemudian berlalu, meninggalkan Seno yang masih dengan perasaan marahnya.

Seno kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda dan saat dirinya sudah sampai di halaman rumah, dia melihat Melati yang sedang bicara sendiri di halaman rumah.

"Mel," panggilnya dan Melati yang sedang memperhatikan si mbok menyapu halaman sambil bercerita itu menoleh.

"Iya, Sen. Kamu udah pulang," jawab Melati, dia yang duduk di tangga kecil yang ada di depan pintu rumahnya itu bangun, menyambut suaminya.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Seno seraya memperhatikan sekitar.

"Lagi liatin si mbok nyapu halaman, mbok juga tadi bilang nggak bisa nemenin kamu ke sawah, jadi si mbok ngasih tau aku cara-caranya menanam padi," jawab Melati, dia sedikit mengangguk pada suaminya.

"Gila, bener-bener gila aku kalau lama-lama di rumah ini," batin Seno.

"Nggak kakaknya, nggak adiknya sama aja!" sambungnya, Seno terdiam, seketika dia memikirkan apa yang tadi ibu-ibu itu katakan padanya.

"Terus, si mboknya mana?" tanya Seno lagi.

Sekarang, Melati mencari-cari keberadaan si mbok dan anehnya lagi halaman rumah itu masih berantakan, padahal tadi sudah rapi.

"Lho, mana, ya?" tanya Melati pada dirinya sendiri.

"Itu kenapa halaman berantakan lagi? Kamu, ya?" tanya Melati pada Seno.

"Aku?" jawab Seno dengan sebuah pertanyaan.

"Emangnya aku kurang kerjaan?!" jawabnya lagi dengan nada sedikit jengkel.

Seno pun menerobos masuk, dia meninggalkan Melati yang sakit hati dengan jawaban itu, jawaban Seno yang terkesan kasar.

Sementara Kemuning, dia sedang menonton televisi, Seno ikut bergabung dengannya. Dengan perasaan jengkelnya, dia bertanya, "Mbakmu memang suka ngobrol sendiri, ya?"

Kemuning menjawab dengan menggeleng pelan, lalu kembali fokus ke arah televisi, tiba-tiba saja, Seno merasa kurang nyaman di rumah itu, semua terlihat aneh.

"Ya Allah, apa pilihan aku salah buat tanggungjawab? Aku kira setelah bertanggung jawab, semua mimpi buruk itu akan pergi, tapi nyatanya mimpi buruk itu sepertinya jadi nyata," batin Seno.

Seno yang mulai bimbang dengan hubungannya itu bangun dari duduk, dia berbalik badan dan deg! Seno terkejut bukan main.

Bagaimana tidak terkejut kalau ternyata Melati sudah ada di sisinya, tanpa suara tanpa tanda kehadirannya, semua terasa tiba-tiba.

Jantung Seno seperti hampir mau lepas dari tempatnya, Seno pun kembali duduk dengan mendesah pelan.

"Ada apa, Sen?" tanya Melati dan Seno menjawab dengan menggeleng, dia kembali bangun, langsung berjalan ke arah kamarnya.

Seno duduk di tepi ranjang, dia kembali teringat dengan janjinya untuk membantu Melati lepas dari kutukan itu.

Dia bangun, membuka pintu, lalu memanggil Melati. "Mel, sini!"

Melati yang baru mau duduk di sofa ruang tengah itu bangun lagi, dia menghampiri suaminya dan masuk ke kamar, tidak lupa mereka menutup pintu rapat.

"Iya, ada apa, Sen?" tanya Melati seraya ikut duduk di tepi ranjang.

"Soal kutukan yang pernah kamu bilang," jawab Seno, dia menatap lekat sang istri.

"Juga perempuan yang pernah menghantui aku, siapa dia?" tanya Seno lagi.

"Dia, Kin!" jawab Melati dengan suara lirih, dia yakin kalau yang sedang Seno bicarakan adalah Kin.

"Kin? Siapa dia? Apa hubungannya sama keluargamu?"

"Dia mau menuntut balas, dia nggak mau lihat keluarga ini bahagia."

Seketika bulu kuduk Seno meremang, tengkuknya seperti tertiup angin, dingin menghampiri mereka, seolah menandakan ada seseorang yang datang.

"Menuntut balas?" Seno mengulangi jawaban itu dan Melati mengangguk pelan.

"Iya, keluargaku pernah bersalah sama dia," sahut Kin.

"Berarti, kalian harus minta maaf!" jawab Seno dan keduanya saling menatap, Melat8 bingung, memikirkan caranya, bagaimana mungkin meminta maaf jika perempuan itu sudah lama meninggal?

1
Rhina sri
semua org menjauhi melati sm kemuning
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!