NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Raven berteriak dari arah kamarnya, membuat Aruna dan Julian panik, mereka langsung berlari ke kamar anak itu. Ternyata anak itu sudah tergeletak di lantai.

"Raven, kau tidak apa-apa?" tanya Julian, langsung memeluk anak itu.

Raven menganggukan kepalanya pelan. Ia bercerita kalau tadi tidak sengaja terjatuh. Ia mengira kasurnya masih luas. Julian terkekeh karenanya. sementara Aruna mencubit pipinya gemas.

Akhirnya Julian dan Aruna menemani Raven tidur, dengan menjadi tameng di sebelah kanan dan kiri anak itu. Namun, mereka malah sulit terpejam karena anak itu terus mengoceh.

Aruna terkantuk-kantuk suara Raven sudah seperti obat bius. Ia sudah tidak betah lagi untuk mendengarkan ocehan anak itu. Julian tersenyum saat wanita itu akhirnya tertidur.

"Raven, lihat Mama. Dia kelelahan mendengarkanmu bercerita dari tadi. Sekarang sudah larut, sebaiknya kau tidur, ya. Ayah juga sudah ngantuk," Julian berusaha membujuk agar anaknya itu mau tidur.

Raven cemberut, lalu melipat tangan ke dada. "Kenapa, Ayah dan Mama sama suka menyuruh-nyuruh aku untuk tidur. Padahal mataku belum ngantuk!" protes anak itu dengan ekspresi kesal.

Julian terkekeh. "Kau tidak boleh berbicara seperti itu, semua itu demi kebaikanmu, karena Ayah dan Mama sangat menyayangimu," ucapnya berusaha memberi perhatian.

Raven menoleh. "Sungguh, Ayah sayang kepadaku?" tanyanya, seraya menatap Julian.

Julian mengusap lembut pipi Raven. "Sangat sayang, bahkan kau adalah hidup ayah sekarang."

Sebelum tahu kalau Raven adalah anak kandungnya, Julian sudah menyayangi anak itu dengan sepenuh hatinya. Tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, mungkin karena ikatan batin seorang ayah dan anak yang sangat kuat.

Setelah beberapa menit Raven tertidur pulas seraya memeluk Julian. Aruna terkejut dalam tidurnya dan tiba-tiba terbangun. Ia melirik ke arah anaknya yang sudah nyenyak. Ia menghela napas lega.

Tanpa sadar Julian, pun ikut tertidur. Mereka terlelap dalam satu ranjang hingga matahari terbit. Aruna membuka matanya perlahan, rupanya matahari sudah tinggi. Ia segera bangkit, lalu mencuci mukanya di kamar mandi.

tidak lama kemudian Julian menyusul bangun. Aruna keluar dari kamar mandi terkejut, karena pria itu sudah berdiri tepat di depan pintu.

Julian menarik tubuh Aruna ke dalam pelukannya. "Apakah kau tidak merasa nyaman?"

Aruna mendorong tubuh pria itu sehingga lebih jauh darinya. Ia bergerak salah tingkah, lalu pergi meninggalkan julian. Ia berjalan menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

Aruna membawa pancake dan segelas susu untuk Raven. Namun, setelah sampai di kamar, anak itu belum terbangun. Ia meletakkan nampan berisi sarapan itu ke atas nakas.

Julian terburu-buru memakai jasnya, lalu keluar dari kamar Raven. Hari ini ia ada janji bertemu dengan Pak Robert, untuk membicarakan event anniversary perusahaannya yang akan segera di selenggarakan.

"Kau terburu-buru?" tanya Aruna melihat pria itu tergesa-gesa memakai sepatunya.

"Iya, pagi ini aku ada janji bertemu pak Robert," ucapnya dengan wajah serius.

"Tunggu sebentar." Wanita itu berlari ke dalam rumahnya, lalu kembali dengan membawa kotak bekal. Ia mengulurkannya ke arah Julian.

"Terima kasih," Julian tersenyum seraya menerima kotak bekal itu.

Aruna hanya mengganggu kan kepalanya, lalu masuk ke dalam rumah. Sungguh gambaran keluarga bahagia yang sesungguhnya. Sayangnya mereka masih belum bisa terikat dalam sebuah pernikahan.

Raven sudah terbangun dan memakan sarapannya. Ia keluar rumah untuk menghirup udara segar, kebetulan Hans sedang jogging dan melewati rumah Aruna. Ia melihat Raven di sana.

Anak itu terus menatapnya, seperti ingin menyampaikan sesuatu. Akhirnya Hans memutuskan untuk berhenti, lalu menghampiri Raven. "Hai, anak tampan, siapa namamu?" tanyanya basa-basi.

"Raven, kek. Kalau kakek namanya siapa?" tanyanya dengan lantang. Ia tidak takut berinteraksi dengan orang asing.

"Panggil saya opa titik opa Hans." pria setengah baya itu memperkenalkan diri, lalu tersenyum ke arah Raven.

"Opa Hans, aku belum pernah melihatmu di sini? "Raven merasa asing dengan wajah itu.

Hans melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Raven, lalu menunjuk ke rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari pandangannya. "Itu rumah, Opa, kemarin opa baru pindah ke sini."

"Wah, ternyata rumah kita sangat dekat, ya. lain kali aku ajak, Opa jalan-jalan di sekitar sini. kalau Raven sudah sembuh," ucapnya dengan nada lirih di akhir kalimat.

"Kau sedang sakit, ya. Tidak apa-apa lain kali kita jalan-jalan atau mau lari pagi bersama opa?" tanya Hans menghibur Raven

Raven tampak berpikir sejenak. "Boleh juga, jogging sekalian jalan-jalan iya, kan Opa?"

Hans terkekeh, ternyata cucunya itu sangat menyenangkan. "Kau sangat pintar bahkan opah tidak berpikir seperti itu."

Raven kekeh, lalu Aruna keluar rumah mendengar Raven mengobrol dengan orang lain "Maaf Pak Hans, Raven sudah banyak bicara."

Hans senyum, "Tidak apa-apa anakmu sangat menyenangkan. Aku suka anak-anak yang seperti dia sangat pandai berbicara," ucapnya, lalu tersenyum.

"Pak Hans masih semangat ya berolahraga, pantas saja tubuhnya masih terlihat bugar walaupun usianya sudah tidak mudah lagi," ucap Aruna menyanjung pria setengah baya itu.

Hans terbahak "Ya, memang begitu kenyataannya. Saya memang gemar berolahraga sejak masih muda."

Arena tersenyum. "Bapak mau mampir dulu kebetulan saya membuat minuman hangat dari rempah-rempah yang rasanya sangat enak."

Hans menganggukkan kepalanya. "Wah, terima kasih banyak. Saya juga suka mengonsumsi minuman itu untuk kesehatan tentunya."

"Baiklah silakan masuk, Pak."

Hans mengganggukan kepalanya, lalu mengikuti Aruna masuk ke dalam rumah. Dari sikap Aruna yang seperti itu ia semakin yakin dan sudah tidak sabar lagi menjadikannya menantu. wanita itu sangat peduli terhadap orang lain, jiwa keibuannya kuat dan terlihat sangat penyayang.

Aruna menyajikan secangkir minuman hangat untuk pria setengah baya itu. "Silakan, Pak. Ini buatan saya sendiri."

"terima kasih Aruna. Kau sudah baik sama Bapak. Omong-omong di mana suamimu kenapa aku tidak melihatnya?

Aruna mendadak canggung tidak tahu harus menjawab apa, karena dia tidak memiliki suami tapi punya anak. "Suami saya, ya. Dia sudah berangkat kerja. Tadi pagi-pagi sekali dia terburu-buru katanya ada janji dengan orang." jawabnya penuh keraguan.

"Oh, begitu rupanya sekali lagi terima kasih untuk minumannya ini sangat enak. Lain kali saya akan mampir lagi untuk minum ramuan rempah ini karena aku belum pernah minum yang seperti ini."

Aruna terkekeh. "Baiklah lain kali langsung kemari saja, Pak,"

Pria setengah baya itu berpamitan. sesampainya di rumah, ia terus terngiang-ngiang sikap Aruna yang begitu baik. Ia memikirkan cara untuk membujuk Julian agar segera menikahi wanita itu. Padahal tanpa sepengetahuannya putranya itu telah mengajak Aruna menikah beberapa kali. Namun, wanita itu yang belum mau menerimanya.

Hari ini raven merengek, karena ayahnya belum pulang juga. Padahal hari masih siang sementara Julian Tidak tahu pulangnya kapan. Aruna dibuat pusing dengan permintaan putranya itu.

Dengan terpaksa Aruna menelpon Julian, lalu menyuruhnya agar segera pulang. Ia tidak menyangka kalau Raven akan lebih manja setelah tahu ayahnya. Mungkin itu naluri anak kecil yang sudah lama mendambakan sosok ayah untuk dirinya.

Raven masih enggan untuk masuk ke dalam rumah, sebelum ia melihat ayahnya pulang. semakin lama anak itu semakin manja dan hanya ingin dimengerti oleh Julian. beberapa menit kemudian mobil Julia memasuki pelajaran rumah Aruna.

Wajah Raven langsung berubah ceria setelah beberapa saat yang lalu ia menekuk mukanya. Julian turun dari mobil, lalu menghampiri anak itu. "Raven kenapa di luar? "

Raven memeluk ayahnya. "Aku menunggu ayah sepanjang hari di sini kenapa Ayah lama sekali? "

Julian tersenyum, lalu mengusap kepala Raven. "Maafkan, Ayah. besok kalau Ayah libur kita akan pergi liburan kau mau?"

Raven menganggukkan kepalanya. "Ayah janji?" ia mengacungkan jari kelingking kepada ayahnya.

Julian tersenyum, lalu membalas jari keliling Raven. "Janji,"

"Kalau Ayah berbohong, aku tidak akan sayang Ayah lagi." Anak itu memperingatkan.

Julia mengerutkan keningnya, "Ayah jadi takut untuk mengingkari janji."

Setelah percakapan itu, mereka masuk ke dalam rumah. Julian membiarkan anak itu main di kamarnya. Pria itu mencari Aruna. Ia mendengar seperti orang menangis di kamar wanita itu. Tanpa basa-basi ia menghampiri sumber suara dan melihat Aruna sedang menitikkan air matanya.

"Aruna, kau kenapa? "

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!