NovelToon NovelToon
Bulan & Angkasanya

Bulan & Angkasanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Persahabatan / Cinta Murni / Light Novel
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Keirina

Bulan akhirnya bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya tidak malu mengakui segala perasaan yang ada di hatinya. Kenneth, siswa baru di sekolahnya yang belum lama Bulan kenal, tapi berhasil menaklukan hati Bulan.

Tapi rahasia Kenneth yang baru Bulan ketahui berhasil membuat Bulan takut. Takut kalau Kenneth tiba-tiba pergi meninggalkannya.

Apa Bulan masih bisa tersenyum secerah sekarang kalau Kenneth tidak ada?

Kenneth yang sebelum bertemu Bulan tidak takut kalaupun besok dia pergi, kini tidak lagi.
Bulan berhasil membuat Kenneth takut jika saja besok dia pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENUNGGU KABAR

Pukul 21.00 Bulan sampai di rumahnya setelah melalui hari yang lumayan berat untuknya.

Bulan berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan lelah dan pikirannya yang masih terus tertuju pada Kenneth. Di sepanjang jalan dari rumah sakit menuju ke rumah pikiran Bulan terus tertuju pada Kenneth. Bulan masih merasa tidak tenang karena belum bertemu Kenneth langsung.

"Baru sampai?" Tanya Tari yang duduk di sofa begitu melihat Bulan datang.

Bulan tidak menjawab Tari. Dia menyalim tangan Tari, meletakkan tasnya asal di lantai dan menghempaskan tubuhnya di sofa tidak bersemangat. Bulan menghela nafasnya berat sambil melihat handphonenya yang tidak ada pesan masuk dari Kenneth.

Tari menatap anaknya yang menghela nafas berat dan terlihat seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu. "Kenneth kenapa sampai dibawa ke rumah sakit?" Tanya Tari membuka obrolan, "Kenneth anaknya tante Revina kan?"

Bulan tidak langsung menjawab, dia menarik nafasnya dalam dan menghela berat lagi, memiringkan posisi tubuhnya menghadap Tari, mengangguk mengiyakan, "Kata dokter sih tadi lambung bu terus kecapean juga"

"Terus kenapa kamu bisa di rumah sakit sama dia?"

"Kan Bulan perginya tadi sama Kenneth terus pulangnya juga bareng," Tari lupa kalau Kenneth tadi pagi menjemput Bulan. "Terus di jalan pulang tadi tiba-tiba dia kesakitan gitu terus minta tolong Bulan untuk antar ke rumah sakit kasih. Rumah sakit tempat Ibu periksa waktu itu" Cerita Bulan

"Kesakitan kenapa?"

Bulan mengedikkan bahunya juga tidak tau.

"Tapi udah baik-baik aja kan?"

Bulan kembali mengedikkan bahunya, "Kata dokter sih udah"

"Kok kata dokter?kamu gak ketemu sama Kenneth?"

Bulan menggeleng. Tari menatapnya heran.

"Bulan disuruh pulang sama dokternya katanya Kenneth lagi istirahat terus karena takut Bulan kemalaman nunggu Kenneth bangun Bulan disuruh pulang" Ucap Bulan sambil menatap Tari yang mendengarkannya. Sebenarnya Bulan sedikit bingung baru kali ini dia bertemu dokter yang mengkhawatirkannya pulang malam, tapi Bulan tidak terlalu memikirkan itu karena fokusnya sedang tertuju pada Kenneth.

"Ya mungkin memang butuh istirahat kali nanti juga pasti Kenneth kabarin kamu kalau udah bangun" Ucap Tari menenangkan Bulan yang menunjukkan raut wajah khawatirnya

Bulan kembali menghela nafasnya, "Iya kan bu pasti ngabarin kan ya?"

Tari tersenyum menatap Bulan curiga yang menurutnya tidak seperti biasanya. "Jadi kamu udah ngabarin tante Revina?"

Bulan membenarkan posisi duduknya menatap Tari, "Bulan gak kepikiran tadi ngabarin tante Revina, tapi sama pihak rumah sakitnya udah dikabarin kok bu"

Tari mengangguk-angguk kecil, "Ya udah nanti Ibu coba telfon tante Revina kalau gitu" Katanya senyum-senyum melihat anaknya yang terlihat gelisah itu.

"Kamu suka sama Kenneth ya?"

Bulan menatap Ibunya bingung, "Apasih bu!orang cuma teman"

"Ya lagian kamu khawatir banget gitu"

"Ya memang salah khawatir sama teman sendiri?apalagi tadi Bulan nyaksiin dia kesakitan gitu"  Bulan mengalihkan matanya dari Tari

Melihat respon Bulan, Tari malah semakin gencar menggoda anaknya itu,

"Ibu kan kenal kamu, biasanya kamu gak pernah kayak gini khawatir sama orang,"

"Lagian kalau memang cuma teman terus kenapa tadi lemas banget masuk rumah kayak gak ada tenaga gitu, berat banget juga kayaknya helaan nafasnya tadi Ibu perhatiin"

"Yah..Bulan kan khawatir bu, memang salah khawatir sama teman yang lagi sakit?" Bulan menatap Tari yang menatapnya tidak percaya, "Udah ah Ibu lagi gak jelas hari ini, Bulan ke kamar dulu kalau gitu mau mandi terus tidur" Ucap Bulan yang jadi panik sendiri terus mengambil tasnya dan pergi ke kamar meninggalkan Tari yang memperhatikkannya dari sofa. Setelah Bulan masuk ke kamarnya, Tari juga ikut beranjak dari sofa pergi ke kamarnya.

***

Bulan meletakkan tasnya begitu saja di lantai dan melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Bulan kembali mengecek handphonenya yang juga belum ada pesan dari Kenneth dan tanpa sadar kembali menghela nafasnya berat.

Bulan seketika merubah posisinya menjadi duduk, "Capek kayanya lo Lan hari ini, mendingan mandi biar segar biar otak lo bisa berpikir jernih lagi" Gumamnya sendiri merasakan ada keanehan pada dirinya. "Pasti gara-gara Ibu tadi nih!" Gerutu Bulan lalu, mengambil handuk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

***

"Mamahkan udah bilang jangan maksain diri kamu!"

"Mamah tau kamu senang main basket, tapi pikirin juga kondisi kesehatan kamu!"

"Kamu gak sayang sama Mamah??"

Omel Revina yang baru saja sampai di rumah sakit begitu menghampiri Kenneth yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Untung saja tadi Revina meminta kamar sendiri untuk Kenneth dirawat jadi Revina bisa bebas memarahi Kenneth tanpa harus menganggu pasien yang lain. Meskipun alasan sebenarnya bukan karena itu tapi, karena Revina ingin Kenneth bisa beristirahat dengan nyaman.

"Mamah jangan marah-marah" Kata Kenneth dengan suara lemah yang sedang memakai alat bantu nafas yang terpasang di hidungnya (Kanula hidung) karena masih merasa sulit untuk bernafas meskipun tidak separah sebelumnya.

"Kenneth gakpapa Mah cuma kecapean aja"

Revina menatap Kenneth tidak bisa menyembunyikan raut wajah khawatirnya. Kalian tidak bisa membayangkan betapa paniknya Revina tadi saat sedang ada di rumah begitu mendapat kabar dari rumah sakit.

"Gakpapa apanya sampai dirawat kaya gini!"

"Kamu buat Mamah takut tau gak!" Air mata Revina jatuh begitu saja. Tapi, Revina langsung menghapus air matanya tidak ingin membuat Kenneth jadi mengkhawatirkannya.

"Kenneth minta maaf mah" Ucap Kenneth melihat Revina yang menangis

"Ya udah kamu istirahat sekarang, mamah mau ke kantin dulu beli makan" Revina merapikan selimut yang menutupi tubuh Kenneth. Lalu, pergi meninggalkan Kenneth sendirian di ruangan itu.

Kenneth diam menatap langit-langit kamar rumah sakit. Tenggelam dalam pikirannya. Kenneth teringat kejadian di pinggir jalan sebelumnya. Dia tidak bisa mendeskripsikan rasa sakit yang dirasakannya saat itu, tapi kenapa harus saat sedang bersama dengan Bulan penyakitnya kambuh. Kenneth menyesali hal itu, tapi dia juga tidak bisa mengendalikan penyakitnya.

Kenneth melihat handphonenya yang tergeletak di atas nakas di sebelah kanan ranjangnya dan teringat perkataan dokter Rama padanya. Tapi, entah kenapa Kenneth merasa berat untuk mengabari Bulan. Meskipun dia tau kalau Bulan pasti khawatir apalagi tadi Bulan menyaksikannya yang sedang kesakitan. Tapi, hal itulah yang membuat Kenneth merasa semakin berat untuk mengabari Bulan. Kenneth takut Bulan tidak akan semudah itu percaya dengan perkataan dokter Rama tentang keadaanya. Padahal sekarang Kenneth juga sedang mengkhawatirkan Bulan. Bertanya-tanya Bulan pulang naik apa ke rumah dan apa Bulan sudah sampai di rumah?tapi, sudah hampir jam 12 malam seharusnya Bulan sudah sampai di rumahnya sedari tadi.

Kenneth menarik nafas dalam kembali merasakan sesak di dadanya. Tubuhnya benar-benar terasa lemas saat ini, kepalanya pusing, seluruh tubuhnya terasa sakit. Kenneth melihat kembali handphonenya dan memilih memejamkan matanya belum ingin menghubungi Bulan.

***

Bulan yang sudah kembali segar setelah mandi dan sudah memakai baju tidurnya berbaring di tempat tidur. Bulan mengambil handphonenya dan kembali mengecek pesan yang masuk ke nomornya, tapi tidak ada satu pesanpun yang berasal dari Kenneth. Entah kenapa Bulan kembali merasa frustasi. Bulan membenarkan posisi tubuhnya dan menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya. Setelah itu Bulan kembali melihat layar handphonenya yang menunjukkan jam sudah hampir tengah malam. Tapi, kenapa Kenneth tidak mengabarinya juga apa dokter Rama lupa memberitahu Kenneth atau Kenneth belum bangun juga?Bulan meletakkan handphonenya merasa kesal sendiri.

"Susah banget ngasih kabar aja?"

"Gue kan cuma mau mastiin dia benaran udah baik-baik aja"

"Memang salah ya?sesama teman memangnya gak boleh khawatir?kan masalahnya gue tadi yang nganterin dia ke rumah sakit"

"Wajar gak sih kalau gue khawatir nungguin kabar dia, iya gak sih?"

Bulan mengoceh sendiri pada langit-langit kamarnya. Bulan menghela nafas kasar lalu dia mematikan lampu kamarnya dan memilih untuk tidur.

1
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Frontier
Blackrose
Daebak!
Ritsu-4
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Joko Castro
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
foxy_gamer156
Bikin ketagihan deh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!