Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Langit di atas Danau Hitam telah berubah. Tak ada bintang, tak ada bulan, hanya pusaran pekat yang berputar perlahan seperti mata iblis yang terbuka. Gerbang Malam kini berguncang hebat—tanda bahwa segel terakhir akan segera runtuh.
Shuwan berdiri di ujung tebing danau, pedang naga menyala dalam genggamannya, Bo Zhi. Dua Phoenix, satu berapi dan satu membeku, melayang di atasnya dengan mata menyala tajam.
Feng Aoren berdiri di sampingnya, dengan mantel gelap terangkat angin dan cahaya biru menyelubungi tangan serta pedang spiritualnya. Aura kekuatan suci mengalir kuat dari tubuhnya, seperti tiang penyangga yang tak tergoyahkan.
“Segel keempat telah runtuh,” kata Phoenix Api.
“Jika segel kelima pecah, gerbang akan terbuka sepenuhnya,” sambung Phoenix Es.
Shuwan menatap gerbang batu raksasa yang kini retaknya menjalar seperti sarang laba-laba.
Dari celahnya, cahaya hitam menyembur ke udara, membentuk awan bayangan yang meneteskan makhluk-makhluk iblis berwujud kabut.
Dari kejauhan, ribuan iblis mulai merayap, seakan terpanggil oleh suara gaib dari balik gerbang. Tanah gemetar, udara mendesis, dan dunia seolah menahan napas.
Shuwan mencabut pedangnya. Suara nyaring logam dan siulan cahaya membelah udara. “Kita tak bisa menunggu mereka datang. Kita harus menutupnya sekarang.”
Feng Aoren mengangguk. “Kita akan masuk dan segel dari dalam.”
“Terlarang,” seru Phoenix Api. “Jika kalian masuk dan segel dari dalam, maka tidak akan ada jalan keluar. Dunia akan selamat, tapi kalian…”
Shuwan menatap Aoren. “Kau tahu ini satu-satunya jalan, bukan?”
“Ya,” Aoren membalas tatapannya. “Dan aku lebih memilih mati bersamamu… daripada hidup tanpamu.”
Shuwan tersenyum tipis. “Tapi kita tidak akan mati hari ini. Kita akan melangkah keluar bersama.”
Mereka saling menggenggam tangan, lalu melompat ke udara, diterbangkan oleh Phoenix menuju pusat Danau Hitam.
Gerbang kini terbuka lebar, menunjukkan dunia lain di dalamnya—kerajaan kegelapan yang dipenuhi nyala ungu dan langit merah darah. Dunia tempat iblis-iblis terkurung selama ribuan tahun.
Begitu melangkah ke dalam gerbang, kekuatan mereka seolah diredam. Namun bersamaan itu, cahaya dari tubuh Shuwan menyala terang.
Simbol matahari terukir di dahinya, menandakan bahwa ia bukan hanya Putri Cahaya tetapi juga titisan cahaya purba yang ditunggu-tunggu oleh dunia.
Di tengah kegelapan itu, sosok raksasa bangkit. Berjubah bayangan, dengan dua mata menyala merah. Suaranya seperti gema dari ujung dunia.
“Kau… titisan cahaya terakhir… Akhir akan datang melalui tanganmu sendiri.”
“Tidak,” jawab Shuwan. “Akhir akan datang untukmu.”
Ia mengayunkan pedangnya ke tanah, menancapkan energi suci ke pusat ruang gelap. Tanah bergetar. Rantai cahaya bermunculan dari pusaran cahaya di langit, menggulung tubuh iblis itu.
Namun iblis utama, yang dikenal sebagai Raja Bayangan, tidak tinggal diam. Ia menghunus pedang hitamnya dan meluncur ke arah Shuwan. Tapi sebelum bisa menyentuhnya—
Clang!
Pedang Feng Aoren menahan serangan itu. Kedua energi berbenturan, menciptakan gelombang cahaya dan bayangan yang menghancurkan ruang di sekitar mereka.
“Aku bukan manusia biasa,” ujar Aoren, aura dewa perlindungan bangkit dari tubuhnya. “Aku pecahan cahaya… sama sepertinya.”
Kekuatan gabungan mereka menyatu. Cahaya Shuwan menyelimuti dunia gelap, sementara kekuatan spiritual Aoren menstabilkan segel yang pecah. Phoenix Api dan Es bergabung, mengepakkan sayap ke seluruh penjuru, mempercepat penguncian gerbang.
Raja Bayangan meraung. “Kalian tidak bisa mengurungku lagi!! Dunia telah berubah! Ketakutan telah kembali!”
Shuwan melompat tinggi, cahaya dari pedangnya membentuk naga cahaya. “Tapi harapan juga telah bangkit!”
Dengan satu tebasan, ia membelah tubuh Raja Bayangan menjadi dua. Bayangan itu melengking dan perlahan menguap, disedot kembali ke dasar kegelapan.
Aoren berdiri di tengah pusaran segel, tangannya terangkat. “Shuwan… sekarang!”
Shuwan menggenggam pedang naga dengan kedua tangan, menancapkannya ke inti gerbang. Cahaya membuncah keluar, menelan mereka berdua dalam ledakan putih yang menyilaukan.
Gerbang Malam menutup kembali dengan jeritan terakhir ribuan iblis.
---
Beberapa hari kemudian.
Langit di atas Kekaisaran Dawei kembali biru. Bunga-bunga mekar, dan kabut hitam yang menyelimuti dunia telah lenyap. Di istana utama, para bangsawan, rakyat, dan pasukan suci berkumpul.
Di atas singgasana emas, Putri Mahkota Shuwan, mengenakan jubah putih dan mahkota cahaya, berdiri tegak. Di sampingnya, Feng Aoren dengan tenang mengamati kerumunan.
“Kegelapan telah dikurung. Dunia bebas. Tapi pertempuran belum berakhir,” ucap Shuwan lantang. “Kita harus menjaga cahaya, dan tidak pernah melupakan betapa rapuhnya kedamaian.”
Semua orang bersorak. Para jenderal bersujud. Kedua Phoenix terbang mengelilingi istana sebagai lambang perlindungan dan kemenangan.
Han Juan mendekat dengan senyum lega. “Kami kira kalian takkan kembali.”
Shuwan tersenyum, memandang Aoren. “Kami hampir tidak kembali. Tapi cahaya selalu menemukan jalannya.”
Dan saat matahari menyinari singgasana, dunia tahu bahwa Putri Cahaya telah kembali—bukan hanya sebagai penyelamat, tapi sebagai pemimpin baru dunia.
Bersambung
selalu suka dengan kata² nya yang indah dan ceritanya yang menarik 😍